17--Run Devil Run

1K 151 11
                                    

🔞

Winnie dan Leon telah menunggu beberapa kilo meter sebelum memasuki rumah susun yang kami tuju. Rusun Kalista tidak ubah seperti rusun lainnya, kumuh dan padat penduduk. Kupikir mereka terlalu bodoh untuk menjadikan tempat itu sebagai markas.

Mobil kami yang dikendarai oleh Doy, memimpin di depan. Kukira kami akan berhenti tepat di tempat tujuan kami, namun Doy mengambil jalan lurus dan berbelok di pertigaan kecil yang sepi. Jalan aspalnya rusak dan rumput tumbuh tinggi menyambut kedatangan kami.

"Bukannya di Kalista?"

Doy mengamati spion, memastikan yang lain juga mengikuti kami. "Markasnya di belakang gedung."

Kami memarkir mobil di dekat gedung tinggi yang belum jadi dibangun. Bahkan mungkin sudah ditinggalkan karena tidak ada tanda-tanda pembangunan lebih lanjut. Tempat ini seperti kota mati skala kecil karena jauh dari keramaian. Gedung tinggi dan rumah berjejer yang terbengkalai. Aku dan teman-teman turun dari mobil, mengenakan masker, topi hitam dan memasang silencer.

Aku menggendong senapan jarak jauh, membiarkannya aman di punggungku. Kali ini bukan senapan biasa yang kubawa. Karena kami membutuhkan musuh kami dibawa dalam keadaan hidup, kami menggunakan senapan bius. Tetapi aku juga membawa pistol yang sudah aman di sisi badanku. Kami semua begitu.

Kun menunjuk suatu rumah di kejauhan yang kupikir adalah markas mereka.

"Barusan gue lihat ada orang ngerokok di jendela. Rumah nomor dua dari kiri." Katanya melalui silencer.

Satu per satu dari kami melompat melalui pagar besi yang hanya setinggi pinggang. Sebagai leader, Doy memberi isyarat pada kami untuk berpencar. Ia menunjuk ke atas padaku, menyuruhku untuk naik dan mencari ketinggian.

"Go Up, S." Katanya dari kejauhan.

"On my way."

Aku menemukan salah satu gedung tinggi terdekat, kemudian memanjat tangganya. Aku mengambil posisi di dekat jendela dan menunduk rendah-rendah. Aku bisa melihat isi rumah itu dengan baik melalui teropong.

"Ada empat orang lagi main kartu. Dua orang diskusi. Satu orang tiduran. Semuanya ada tujuh orang."

"Ada yang rambutnya putih?" Tanya Doy.

Aku memperhatikan, "Ada. Lagi tiduran. He's the boss?"

"Iya." Dia diam sesaat, "Ayo. Siap depan belakang."

Kemudian kami semua mengucapkan "Oke."

Aku bisa melihat teman-teman dari posisiku. Selain mengintai ke dalam rumah, aku juga mengawasi sekitar mereka agar aman. Aku bisa mendengar dengungan yang datangnya dari Rusun Kalista, entah suara apa.

Sesekali aku juga mengecek gedung rusun itu, berjaga-jaga kalau ada orang yang melihat ke arah sini. Meskipun kemungkinannya kecil karena kami berada di punggung gedung.

Juan dan Ten mengendap-endap di dekat bangunan rusun, memposisikan diri untuk menyergap mereka dari pintu belakang.

"Ayo masuk, dalam hitungan ketiga." Perintah Doy. "Satu, dua..."

Kupikir rencana kami akan berjalan mulus−memang seharusnya berjalan mulus. Sampai kudengar teriakan dari kejauhan. Tepat di mana Juan dan Ten berada.

Dalam waktu bersamaan aku bisa mendengar teriakan, "WOY!!" dari dua orang asing yang sedang berdiri di rooftop Kalista. Dan juga suara, "Tiga." Melalui silencer.

Bangsat.

Aku bisa melihat dua orang asing itu lari terbirit-birit ke arah kami. Teropongku kembali pada Doy dan Winnie yang telah masuk ke dalam rumah melalui pintu depan. Sementara Leon dan Kun melalu jendela samping. Hiruk pikuk terdengar, bahkan aku sampai bisa mendengar suara tembakan. Ah, goblok.

Mad CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang