🔞
Jessamine
Taeyong Lee.
Marc Li.
Aku tidak benar-benar mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sini. Dua orang itu seharusnya tidak berada di tempat ini. Bersama kami.
Di rumah aman kami.
"Jay told me about the safe house." Ujar Taeyong enteng.
"So we came here. We have to catch up, you know? Why do you guys bother to interrogate us? You still don't believe Jay really sent us here? Oh, come on." Mark mondar-mandir tidak sabar, memainkan sedikit rambutnya yang kini tidak pirang lagi.
Tiba-tiba kepalaku pusing, kemudian menunduk dan berhenti memperhatikan mereka berdua. Kupejamkan mata sejenak, memikirkan kembali kenyataan yang sedang terjadi. Aku ingin menghadapinya, namun semua terjadi begitu cepat dan aku seperti tidak bisa mengimbanginya.
Baru tiga hari lalu sejak kami diobrak-abrik. Belum sempat memecahkan secara utuh misteri yang menimpa kami, kini kami harus menghadapi kenyataan lain.
Ya, kenyataan.
Fakta.
Dan itu yang membuatku tidak bisa berhenti bertanya-tanya.
Tanpa memperpanjang pening yang masih mendera kepalaku, aku beranjak pergi mencari kekosongan barang sebentar. "Maaf, gue undur diri dulu."
Aku tidak melihat ekspresi mereka semua di ruang tamu karena aku memilih untuk menunduk dan menyembunyikan raut wajahku yang entah seperti apa sekarang.
"Oke, Jess. Istirahat." Ujar Kun, menyetujui ucapanku meskipun aku tidak memerlukan izinnya.
Aku melangkah pergi. Sepersekian detik aku berpikir untuk naik ke lantai dua dan menemui Doy, namun sepertinya itu bukan ide yang bagus. Aku butuh sendiri. Aku butuh menjernihkan kepalaku. Toh Doy sudah sadarkan diri dan ditemani Renjana sekarang, aku tidak perlu khawatir lagi.
Kemudian kuputuskan untuk pergi ke halaman belakang. Di sana ada bangku cor yang berhadapan dengan kolam ikan koi. Tidak besar, kurang lebih berdiameter dua meter. Ada tujuh ekor ikan koi di sana.
Kupandangi tubuh mereka yang berenang bebas di dalam air. Ada yang cepat, ada yang lambat. Ada yang bersama, ada yang menyendiri. Mereka hidup, mereka bernapas. Meskipun hanya berputar-putar di kolam kecil dan dangkal itu.
Aku penasaran berapa lama mereka bisa hidup di dunia ini dan kapan mereka akan mati alami. Aku tidak begitu suka ikan, jadi aku tidak tahu apa mereka di sini untuk dibesarkan untuk di makan pada akhirnya, atau dibiarkan mati sampai ajalnya. Apa ikan koi bisa dimakan?
Aku tidak tahu.
Aku tidak ingin memikirkannya.
Tetapi aku tak bisa.
Mereka bertahan hidup sampai detik ini. Tidak lain karena air yang mereka tinggali begitu bersih dan dirawat dengan baik oleh anak-anak Dream Club. Aku yakin mereka juga memberi ikan-ikan itu makan dengan teratur hingga mereka tumbuh besar dan terlihat kuat.
Aku tersenyum kecut.
Menyadari persamaan yang mengejutkan.
Tentu saja, karena mereka peliharaan. Terdengar mirip dengan sesuatu?
Dengan kami.
Kami hanya senjata Wirajuda. Living weapon.
Kami dirawat, dibesarkan, diberi kehidupan dengan baik oleh Wirajuda. Untuk jadi apa? Menjadi senjata hidup mereka. Yang seharusnya menurut pada mereka sebagai balas budi telah dibiarkan hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mad City
General FictionI survive, nothing else matters. Until I see her. --Ardoyne OC x Ardoyne 🔞 melloizt©2019 melgerit©2023