15--Say Something

1K 161 8
                                    

🔞🔞

"Kita jeda selama beberapa hari, sampai kalian menemukan komplotan itu. Status terakhir ada di mana, Kun?"

Kun langsung membuka ponselnya, "Kemungkinan besar mereka yang bakal dateng ke sini, Bos. Langsung dari Cirebon."

Jay mengangguk-anggukan kepala, "Pantau terus. Saya nggak mau ada keributan lagi. Mereka terlalu bodoh kalo beneran dateng ke sini. Tapi apapun itu, kalian harus tetep siap."

"Ya, Bos."

Butuh waktu beberapa jam bagi Kun untuk mencari tahu keberadaan musuh kami dari berbagai sumber. Kebanyakan dari mereka yang pernah menjadi klien kami. Begitu menemukan kecocokan yang mendekati komplotan musuh kami, ia langsung menggali informasi lebih dalam.

Dua dari klien kami pernah bekerja sama dengan mereka. Meskipun ada harga yang harus dibayar dengan informasi tersebut, Jay tidak keberatan.

"Enjoy your night, orang-orang Marleen mungkin udah nungguin kalian." Dengan begitu Jay pergi bersama Yayan yang membawa barang dari klien kami sebelumnya.

Aku hendak menanyakan apa Doy berminat untuk ke Marleen, namun dia sudah masuk ke kamar dan terlelap tidur. Kelelahan melahapnya, jadi kubiarkan saja dia istirahat. Sementara itu, meskipun aku melakukan kegiatan dan beraktivitas, isi kepalaku tidak bisa berkompromi.

Ingin rasanya aku ikut berbaring bersama Doy dan menemaninya tidur. Tapi itu tidak mungkin. Kami tidak seharusnya melakukan itu.

Aku belum memastikan hubungan apa yang kumiliki dengan Doy, mungkin sebenarnya tidak ada hubungan apa-apa.

Dia tidak bertindak banyak sejak kepulangan kami tadi. Dia tidak menatapku, dia tidak melihatku, dia tidak mengajakku bicara, dia... kelihatan menjauh. Dia selalu diam. Atau mungkin hanya lelah. Entahlah.

"Gue ikut ke Marleen dong." Kataku pada Kun dan Ten yang sudah bersiap meluncur di dalam mobil.

"Nggak sama Doy, Juan?"

"Nggak, mereka tepar."

"Oh ya udah, ayo."

Aku melompat ke dalam mobil mereka dan segera menuju ke Marleen. Winnie dan Leon sudah duluan ke sana.

Marleen, bar yang biasa kami datangi kala melepas penat atau hanya sekadar ingin minum bersama keramaian. Marleen terletak di gedung Alexandria. Gedung tiga lantai yang berdekatan dengan Paradise City. Sudah beberapa minggu aku tidak ke sini karena jadwal yang padat, terlebih kemarin sempat jeda dua minggu sejak masuk rumah sakit.

Seringkali aku datang bersama Juan. Dulu waktu kami belum dibagi tugas, aku sering ke sini bersama Winnie. Kami dekat sejak awal, sejak kami dipertemukan oleh Jay. Sampai akhirnya terpisah karena beda divisi.

"Lyla." Panggilku, menyolek seseorang yang sedang sibuk menuangkan whiskey ke dalam gelas.

"Eh buset! Lama banget lo nggak ke sini anjir udah berapa bulan? Gue kira lo mati asli."

Aku tertawa keras, beradu dengan suara musik yang diputar oleh DJ di atas sana. "Sialan. Cuma satu bulan kali! Gue emang sekarat kemaren. Udah hampir mati pokoknya deh."

"Sumpah lo? Anjir gue bercanda tadi, tapi ternyata beneran."

"Hahaha. Makanya kalo ngomong dijaga, Sistur."

"Nggak bisa, Sistur. Tertuntut untuk berkata kasar."

"Anjay." Aku masih tertawa. "Biasa dong."

Lyla menyodorkan minuman yang biasa kupesan. "Sendiri aja lo?"

"Nggak sih, bareng Ten sama Kun tadi."

Mad CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang