34--Start Over

694 129 20
                                    

🔞🔞

Aku tidak meninggalkan kehancuranku begitu saja. Aku memeluknya, dan membawanya ke manapun aku pergi. Itu lebih mudah untukku, bahwa menerima kesakitan yang kurasakan dan membiarkannya terus berjalan sebagaimana mestinya... entahlah, rasanya melegakan.

Memangkas rambutku sependek dagu, adalah langkah pertama menuju segalanya.

Ringan.

Semuanya lebih ringan sekarang.

Kepergiannya tidak lagi seperti mimpi buruk. Sisa kehadirannya tidak lagi membuatku takut tersakiti. Lubang besar yang ia tinggalkan di antara aku dan teman-teman tidak lagi mengganggu.

Tidak apa-apa.

Semuanya akan baik-baik saja.

Karena aku masih mencintainya. Meskipun semu, karena aku tidak tahu apakah cintaku saat ini berbalas, tidak masalah. Aku bisa mengatasinya.

Aku hanya perlu membuat diriku sendiri berfungsi dengan baik.

Seperti seharusnya─hidup dengan rasa yang kumiliki terhadap Doy.

Jess, berjalanlah... sampai di ujung jalan.

Aku mengingatkan diriku sendiri.

Sekarang tiba saatnya untuk memulai lagi dari awal. Memulai hidup yang baru tanpa kehadirannya.

Teman-teman sudah melakukannya lebih dulu, aku yang paling terlambat untuk menyadarinya.

Tetapi setidaknya, aku masih sempat menyadari kenyataan itu. Bukannya bermuram durja dan menolak seluruh ketidakhadirannya. Terima kasih, kepada Tuhan manapun yang telah mengizinkanku mendapat pencerahan.

Kerutan kening menyambut kedatanganku keesokan harinya di kantor Jay. Aku berjalan bersama Juan yang sedang menyentil-nyentil ujung rambut pendekku sejak malam tadi.

"Lucu banget sih, kayak Dora." Katanya, saat pertama kali menyaksikanku berambut pendek semalam.

Aku mengernyit, "Makasih. Tapi gue kan nggak setembem dia. Baju gue juga nggak kekecilan. Gimana dong?"

"Ya nggak apa-apa, masih tetep lucu, kok." Ujarnya, dengan nada yang sangat bahagia dan terdengar sangat tulus. "Thanks Jess... for coming back."

Kalimat terakhirnya membuatku memandanginya sejenak, tahu betul apa yang ia maksud. Padahal aku tidak kemana-mana, kan? Aku tetap di sini. Tetapi tidak dengan kewarasanku yang hilang beberapa saat sampai akhirnya sekarang telah kembali.

"I'm always here, you know."

Ia tersenyum lebar, lalu menunduk untuk memandangi lantai marmer yang berkilau di bawah lampu.

Kalau Doy di sini, apa yang bakal dia bilang, ya?

Tentu saja tidak seperti apa yang Juan katakan. Mungkin aku bisa menebak dan membayangkannya. Dia akan mengejekku karena aku akhirnya patah hati sampai memotong rambutku sependek ini. Dan kalau Juan menyebutku lucu seperti Dora, mungkin Doy akan mengatakan, "Rambutnya jangan kayak Jaiko bisa kali!"

Ya... mungkin dia akan menyamakanku dengan Jaiko. Besar kemungkinannya dia akan menyamakanku dengan karakter yang dianggap buruk oleh orang-orang. Aku yakin dia tidak mungkin melewatkan kesempatan ini untuk mengejekku. Seperti yang biasa dia lakukan.

Tanpa kusadari aku tertawa kecil. Membayangkan sosoknya di kepalaku.

"Jaiko-Jaiko begini lo suka, kan? Lo sukanya sama yang rambut pendek loh. Udah ngaku aja."

"Rambut pendeknya nggak gini juga. Minimal kayak Scarlett Johansson lah."

"Scarlett Johansson-nya nggak mau sama lo. Yang mau sama lo cuma gue."

Mad CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang