20--Cutie Pie

1K 147 8
                                    

🔞

Hari berikutnya kami memulai perjalanan seperti biasa. Kami bertiga tidak banyak bicara selama di dalam mobil, maksimal hanya memutar lagu melalui pemutar musik yang diikuti oleh suara Juan dan Doy menyanyi secara bergantian. Aku hanya mendengarkan mereka dengan senang hati.

Tentu saja senang hati. Malamku bersama Doy kini masuk dalam salah satu malam favorit yang akan selalu ku ingat sepanjang hidup. Aku menirunya dari Neva. Bagaimana dia membuat sepuluh hari terfavorit sepanjang hidupnya, yang ia tempel di dinding kamar dan menyusunnya sesuai urutan paling disukai.

Berbeda dengan Neva, aku membuat lima malam terfavorit sepanjang hidup, supaya lebih mengerucut dan tidak terlalu banyak. Orang sepertiku tidak punya banyak kenangan indah yang perlu diingat-ingat. Aku lebih banyak hidup di dunia malam, so... yeah.

Sejauh ini, bersama Doy semalam membuatnya berada di posisi kedua. Posisi pertama? Meskipun bukan yang terindah, tapi aku sangat suka malam itu. Sangat berkesan dan penuh makna. Pertemuan pertama kami di hari Kun datang ke markas lama. Hari di mana kami bertujuh akhirnya dipertemukan karena Jay.

Belum ada yang bisa menandingi posisi itu. Terlalu indah untuk dilupakan. Peristiwa bersejarah yang membuatku tidak sendiri lagi dan memulai kehidupan yang baru.

Sementara malam bersama Doy melonjak naik sampai di posisi dua, malam yang kuhabiskan bersama Jay saat itu turun tangga. Yang satu ini, karena tak terlupakan dan terlalu berkesan. Meskipun begitu posisinya hanya berdiri di posisi terakhir, posisi kelima.

Mengenai malam favorit, kalau kata Winnie, "Lo casing aja suka bantai orang sampe mati, tapi hati masih Hello Kitty. Anjir pake malam terfavorit segala, anak SD lo?!" Ujarnya dengan sewot.

"Ya biarin sih, lo nggak punya kan begituan?"

"Ngapain juga punya? Nggak penting banget sumpah, ah goblok."

Aku tertawa melihat ekspresinya yang seolah berkata, 'I'm so done with you.'

"Tapi kalo lo ada di salah satu malam favorit gue lo mau kan?"

Winnie mengernyit, "Habis ngapain gue sama lo sampe masuk ke malam favorit lo anjir? Gue, sama lo? Mustahil." Tangannya bergerak-gerak menyamping, menegaskan apa yang dia katakan.

Aku terbahak-bahak melihat respon yang dia berikan. Sedikit banyak tahu mengapa kami mustahil. Karena dia akan selalu menjadi teman baikku, begitu pula aku untuknya.

The bond between us just so irreplaceable.

Jadi, yah, masih ada dua malam yang kosong dan belum bisa kuisi. Sudah bertahun-tahun berlalu sejak aku memulai lima malam favorit itu, namun begitu sulit untuk mengisinya penuh. Sekali lagi, tidak banyak hal indah dan patut dikenang terjadi di dunia malam.

Aku sedikit terlelap saat pemutar musik melantunkan lagu slow. Lagu-lagu semacam MLTR dan The Beatles mengantarkanku pada tidur singkat. Saat bangun, aku mendapati satu tangan Doy berada di sebelah kursiku. Kupikir kepalaku seharusnya tersungkur kalau tidak ada tangannya.

Padahal dia sedang sibuk menyetir, namun sempat-sempatnya berlaku demikian.

"Senderan ke jendela aja. Dipake bantalnya." Katanya saat menoleh ke arahku, kami bertemu mata sekilas.

"Udah nggak ngantuk kok." Ujarku sambil mengucek mata dan mengumpulkan kesadaran. Juan tidak tidur, dan sedang memperhatikan kami berdua. Aku hanya tersenyum tipis padanya dan mengganti lagu yang agak ramai supaya tidak mengantuk.

Perjalanan ke Bali tidak pernah sebentar. Kami harus mengendarai mobil seharian penuh. Perlu sekali untuk check in hotel di Yogyakarta sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke tujuan.

Mad CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang