39--Baby Steps

900 135 12
                                    

🔞🔞

Awalnya aku tidak berharap lebih dari dilepaskan dan dibiarkan hidup. Tetapi sekarang aku berharap lebih.

Berharap bahwa semuanya bisa kembali lagi seperti semula, bahkan lebih baik lagi. Meskipun aku sangat tahu kemungkinannya hampir nol. Namun aku tidak ingin menyerah. Maksudku, aku masih punya tujuan yang lebih besar dari hanya sekadar hidup lebih lama.

Kini aku punya.

Aku ingin hidup lebih lama, menikmati semuanya dengan bahagia bersama orang-orang yang kusayang. Dan itu benar-benar pengharapan yang terlalu tinggi. Aku sampai ragu apa aku akan diberi kesempatan semacam itu.

Apapun itu, aku harus bertahan hidup. Itu hal yang terpenting sekarang.

Jay dan Valen akhirnya memindahkan kami ke tempat yang lebih luas dan bersih.

Berkat ancaman Kun dan Ten yang tentu saja sangat manjur.

"Gue nggak mau mereka di sini dan dalam keadaan begini. Atau gue nggak akan bantu sama sekali." Ujar Ten dengan mata berapi-api yang langsung membuat Valen gelisah. Sementara Jay, menghadapinya dengan tenang. Ini bukan pertama kalinya dia melawan, jadi dia sudah terbiasa menghadapinya.

"Bawa Neva juga sama kita." Pinta Kun, sama sekali tidak memberi celah untuk Valen dan Jay menolak permintaannya. Ia sebisa mungkin bersikap ramah walau sebenarnya dia bisa lebih kurang ajar dari itu.

Wah, luar biasa. Lihat, kan? Sudah berapa etika yang mereka langgar hanya karena beberapa dari kami diperlakukan tidak seharusnya.

Valen semakin gelisah meskipun tetap menuruti apa yang mereka minta.

Kami masuk ke dalam ruangan lebih besar dan lebih terang. Doy menyambut kedatangan Neva dengan pelukan, ia mengubur wajahnya di dada Doy sambil menangis.

Aku mendekat pada Ten dan Kun, mereka mengusap bahuku pelan. "Juan, Winnie, Leon?"

"Mereka ada misi, baru balik lusa."

Aku mengangguk mengerti. Setelah itu, aku, Doy dan Neva diberi kesempatan untuk membersihkan diri terlebih dulu. Mereka memberi kami baju ganti dan makan yang tidak pada waktunya. Makan malam yang terlalu malam, sarapan yang terlalu pagi. Waktu menunjukkan pukul dua dini hari.

Suasana sunyi senyap menemani kami berkumpul kembali. Valen berdiri menghadap jendela, menerawang jauh menembus kaca bening yang menampilkan langit malam. Jay dan Yayan sedang mengobrol di sudut ruangan dengan suara lirih yang tak bisa kudengar. Kun, Ten dan Doy sudah memposisikan diri di depan laptop dan semua peralatan yang mereka butuhkan.

Sementara itu, tanganku digenggam erat oleh Neva. Dia tidak melepaskan tanganku sejak kami duduk di sofa di tengah ruangan. Dia merapatkan badannya padaku, tidak ingin melepaskan.

Aku mau tidak mau memeluk bahunya dan membiarkannya bersandar di bahuku supaya posisi kami lebih nyaman.

"Aku nggak tahu kalo semuanya bakal gini, Kak." Ia memulai, suaranya parau dan serak karena terlalu banyak berteriak.

Kuelus punggung dan bahunya, berusaha untuk tidak menyela apa yang ingin ia katakan.

"Aku... aku..." Ia mulai terisak, menenggelamkan wajahnya ke dalam pelukanku.

"Sssh. Kamu nggak perlu cerita kalo nggak mau, Nev. Jangan dipaksa."

"Kakak... Kakak nggak tahu kan betapa merasa bersalahnya aku harus bikin Kak Ardo ninggalin kakak. Aku nggak tahu kalo selama ini profesi kalian─itu. Aku juga nggak tahu kalo Kak Jess nggak bisa ikut sama kita. Kalo aku tahu apa yang kalian lakukan, mungkin aku bisa pertimbangin." Ia bercerita di sela-sela tangisannya. Suaranya cukup keras untuk didengar seisi ruangan.

Mad CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang