🔞
"Welcome back, Jessamine."
Jay menyambutku begitu ia datang bersama Yayan dan kini berhadapan dengan kami di ruangan utama. Aku sudah cukup pulih dan kembali menjalankan misi. Ini misi pertamaku setelah perawatan.
"Thank you, Boss."
Yayan menyodorkan kotak kecil berwarna hitam padaku. Aku menerimanya dan menatap Jay penasaran. Kotak itu dilapisi kain beludru yang sangat halus. Ia menudingkan dagunya, memberiku isyarat untuk membukanya.
Aku menurut. Kubuka kotak itu perlahan, menampilkan sebongkah berlian yang bersinar cukup terang di dalam ruangan yang minim cahaya ini. Seumur hidup aku belum pernah melihat berlian sebesar dan semegah itu, ini pertama kalinya. Tentu saja harganya mahal, dan entah dari museum mana barang ini habis dicuri.
Aku menutup kotak itu, menyukupi kekagumanku.
"This," Jay menegaskan kotak yang ada ditanganku untuk diantar ke pelanggan kami selanjutnya. "The details already sent to you."
Juan membuka ponselnya, menerima pesan yang baru Yayan kirimkan. Kami membacanya sekilas dan mengangguk-anggukan kepala mengerti. Tidak begitu jauh dari sini ternyata.
"Three days from now. Well, enjoy the short break."
Short break? Bukannya kami akan menjalankan misi?
Kami saling bertukar pandang, atau lebih tepatnya aku sendiri. Tidak ikut misi beberapa kali membuatku ketinggalan akan banyak hal? Ada apa ini?
Tidak lama setelah itu Jay meninggalkan ruangan bersama Yayan. Kali ini aku tidak mendengar kalimat yang biasa Jay ucapkan. Aku bahkan bisa merasakan ada yang berbeda di antara kami berdua. Semakin berbeda.
Mungkin memang malam itu tidak berarti banyak untuknya.
Aku teringat pembicaraanku dengan Doy tempo hari. Di hatiku tidak ada siapa-siapa. Aku tidak perlu memastikan lagi bahwa yang kukatakan adalah benar, karena hubunganku dengan Jay bukanlah apa-apa. Aku hanya anak buahnya, dia hanya bosku. Malam itu hanya kesalahan kecil yang bisa dilupakan kapan saja.
Kupikir begitu.
"Jess?" Aku sempat yakin 100% Jay akan berhenti melakukan kebiasaan itu. Namun sepertinya aku harus sedikit meragukannya.
Aku masih berdiri di tempat, kemudian menghampirinya di ambang pintu masuk. Yayan meninggalkan kami berdua setelahnya.
"Watch Ardoyne for me, okay?" Katanya dengan suara yang lirih.
Aku menaikkan alis, "Sorry?"
"You heard right. Awasi aja. Dan jangan sampai dia tahu. Kalo ada yang aneh-aneh kamu bilang sama aku."
"O-oke, Jay."
"I trust you." Dia meletakkan satu tangannya di bahuku, memberi sedikit beban di sana.
Ragu-ragu, kutatap matanya lekat-lekat, mencari tahu hal yang kulewatkan. Dia serius saat mengatakannya, ini bukan candaan. Meskipun wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa, tapi aku bisa melihat sesuatu yang lebih gelap di sana.
"Stay sharp." Kemudian dia melenggang pergi, menghampiri Yayan yang telah menunggunya di samping mobil. Ternyata dia tidak lupa dengan kalimatnya.
Dia menatapku untuk terakhir kali dan melesat menjauh.
Awasi Doy? Kenapa?
Aku kembali pada Doy dan Juan yang kini sedang duduk santai sambil menyalakan rokoknya di ruang tengah. "Did I miss something?" Tanyaku entah kepada siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mad City
General FictionI survive, nothing else matters. Until I see her. --Ardoyne OC x Ardoyne 🔞 melloizt©2019 melgerit©2023