1. Gadis Pemberani nan Misterius

990 41 5
                                    

"HAI KAMU! SINI!" sorak Emma, senior.

Aulia menengok ke arah tempat sumber suara itu. Tidak ada senyum sedikitpun dari bibirnya. Tatapan matanya juga terlihat sangat tajam pada mereka. Tidak ada rasa takut atau segan pada kakak kelas. Terlihat dengan jelas bahwa Emma menggertakan giginya serta semakin mengepalkan tangannya dengan kencang. Ekspresi ini memancing kenaikan pada emosi para senior.

Perilaku dingin ini yang menjadi penyebab para senior tidak menyukainya. Hingga dia dicap sebagai 'anak sombong' oleh para senior di sekolahnya akibat tatapan tajam yang selalu dia beri pada semua orang termasuk para senior di Comprehensive School Blaise Pascal ini. Teman-teman sekelas pun tidak lagi heran mendengar Aulia dipanggil oleh senior. Mereka pun juga tidak menyukai Aulia karena tatapan tajam yang Aulia beri terasa seperti menantang mereka.

Aulia hanya datang dengan tenang dan dingin. Tidak ada rasa tegang apalagi takut yang terpancar dari ekspresinya. Para senior menjadi semakin heran dengan ekspresinya saat ini. Apakah karena hal ini sudah menjadi rutinitasnya?

Mereka mengajak Aulia keluar dari bangunan sekolah dan melabraknya di belakang bangunan ini. Aulia berdiri di ujung barat Aula bersama 3 orang senior. Dua orang perempuan dan satu orang laki-laki. Mereka terlihat sangat emosi kecuali yang laki-laki, Victor. Victor hanya mengikuti kemauan teman-temannya untuk melabrak Aulia. Dia tidak mau ikut campur dalam hal ini.

"Anak baru udah belagu!" bentaknya. Jari telunjuk tangan kanannya menunjuk pada Aulia dengan tajam. Muka anak-anak baru terlihat semakin tegang melihat para senior dengan emosi yang meledak.

Aulia hanya diam. Dia tidak menjawab apapun tetapi juga tidak melakukannya. Matanya melirik ke kiri dan mulutnya tersenyum. Namun senyum ini terlihat seperti merendahkan mereka. Balasan ini membuat para senior menjadi semakin emosi.

"Kamu...." geram Emma. Tidak dapat ditahan lagi emosi ini.

"Kamu berniat melawan kami?" bentak Emma lagi. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan adik kelas yang seperti ini. Dia juga menjadi berpikir bahwa ada kelainan pada adik kelas ini.

"Kenapa?" ucapan dengan intonasi tinggi terdengar dari mulut Aulia dan memancing tekanan darah pada senior menjadi naik.

"Kamu baru aja masuk sudah belagu! Dari hari pertama selalu saja melawan kami! Kami ini seniormu! Hormati kami!" ujar Emma. Emosinya semakin meninggi karena jawaban Aulia yang menantangnya. Dia sangat sebal dengan Aulia sejak hari pertama melihat Aulia datang.

"Atau kamu mau kami laporkan pada kepala sekolah?"

Tidak ada ekspresi ketakutan. Mulutnya hanya tertutup tanpa ada senyuman sedikitpun. Aulia hanya diam dan tenang. Ancaman demi ancaman semakin dia dengar tetapi hal itu tidak membuatnya takut. Justru wajahnya semakin terlihat seperti menganggap remeh mereka. Seirama dengan ekspresi wajahnya, dia pasang earphone yang sejak tadi ada di genggaman tangannya.

Perlakuan Aulia semakin menarik emosi mereka semakin tinggi. Tak sanggup lagi menahan emosi. Tangannya reflect tergerak ingin mengambil earphone yang sedang dikenakan oleh Aulia dan membantingnya. Victor berusaha menahan tangan itu karena tidak ingin memperbesar masalah. Sebelum ia berhasil meraih tangan Emma, Aulia telah merenggut tangan itu dengan kencang.

Emma tetap berusaha memajukan tangannya tetapi Aulia semakin meremas tangannya.

"Silahkah laporkan! Tidak ada gunanya juga aku sekolah."Aulia membanting tangan Emma dengan kencang lalu melepaskannya. Emma menahan sakit akibat cengkraman Emma serta nyeri pada sikunya karena bantingan yang kencang tadi. Aulia hanya berpaling pada pintu dan berjalan meninggalkan mereka dengan dingin.

Victor terkejut melihat reaksi Aulia yang berani melawan Emma.  Di pergelangan tangan Emma, dia melihat bekas kemerahan akibat cengkeraman tadi. Hening seketika menguasai tempat itu. Mata Victor kembali melirik gadis yang kini sedang melangkah pergi dengan santai. Tangan kanan Aulia merogoh saku seragam. Dia meraih sebuah ipod lalu memasang earbuds di telinga. Seolah tak pernah terjadi apapun, Victor melihatnya pergi begitu saja.

***

*Sorry buat yang sudah pernah baca sebelumnya. Setelah naskah sudah selesai ditulis dan diedit, ada banyak perubahan. So, I decide to come back from the first part again. Sorry for the inconvenient, I hope you like it. :)

Jangan lupa ya buat bantu ramaikan novel ini dengan vote dan comment. I would like it so much if u do it on this novel. 🥰🥰🥰

Lost Daddy (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang