2.Kapan lo berubah, Sa?

4.3K 258 0
                                    

Malam sudah sangat gelap, tapi Aksa masih saja duduk di lapangan basket dekat kompleks perumahannya. Dia seakan enggan untuk pulang malam ini.

Drettt...

Dering ponsel miliknya terus berbunyi. Tapi bukannya mengangkatnya, justru Aksa malah memilih merijek panggilan telepon mamanya.

"Ngapain lo gak pulang?" Tanya seseorang dari belakang punggung Aksa. Suara itu, Aksa sangat membenci dan merindukan suara itu.

"Tadi mama nyariin lo." Lanjutnya, ketika tidak mendapat respon dari Aksa. Dia duduk di samping Aksa yang sedang menatap lurus kedepan.

"Ngapain?" Tanya Aksa, tidak sedikit pun dia menoleh atau menatap Arga.

"Maksudnya?" Arga tidak mengerti dengan pertanyaan yang Aksa lontarkan. Karena Aksa bicara sangat singkat.

"Ngapain mama nyari gue?" Terdengar helaan nafas pelan dari bibir Aksa. Lalu dia memperjelas pertanyaannya.

"Gak tahu, mungkin karena dia kangen lo. Lo kan jarang kumpul sama kita. Bahkan lo jarang ikut makan malam bersama." Jawab Arga, ragu. Aksa tersenyum hambar, mana mungkin mamanya rindu dengannya, jika Arga saja sudah bisa membuat keluarga itu bahagia.

"Ayo pulang," Ajak Arga yang di balas gelengan kepala oleh Aksa.

"Gue mau disini." Arga tersenyum getir. Adiknya tidak seperti dulu lagi.

"Yaudah, gue pulang dulu," Pamit Arga yang hanya dianggukin kepala oleh Aksa.

🔹🔹🔹

Aksa masuk kedalam rumahnya. Tawa bahagia terdengar dari ruang keluarga. Kaki Aksa berjalan pelan menaiki satu-persatu anak tangga yang terdapat di rumah milik kedua orang tuanya.

Kamar bernuansa hitam pekat itu mewakili setiap perasaannya. Disinilah dia berada, di balkon kamarnya. Dengan sebatang rokok menemani sepinya.

Mata coklat itu menatap lekat ramainya jalan ibu kota dari atas balkonnya.

Dia kembali masuk kedalam kamarnya yang terlihat seperti kapal pecah. Cat warna dimana-mana, kain kanvas di dekat jendela, baju berserakan, dan barang-barang berada tidak pada tempatnya.

Aksa duduk di kursi dekat jendela kamarnya. Bibirnya tersungging tipis.

Tangannya mulai melukis sosok keluarganya. Di sebuah taman ada kedua orang dewasa serta satu anak kecil laki-laki yang tengah memakan arum manis. Sedangkan di kejauhan sana ada anak laki-laki yang memiliki wajah sama dengan anak laki-laki tadi tengah memegang bola. Matanya menatap lekat keluarga kecil itu. Tersirat rasa iri yang terpancar lewat kedua matanya.

"Gue benci kalian!!" Hanya itu yang Aksa katakan.

🔹🔹🔹

Pagi hari menyapa. Sinar mentari menyinari bumi, matahari sedang bekerja untuk dunia. Di meja makan saat ini terdapat keluarga kecil yang tengah sarapan bersama.

"Gimana sekolah kamu, Ga?" Tanya Danil kepada putra pertamanya.

"Baik, Pah." Jawab Arga, singkat. Lalu Danil melirik putra keduanya.

"Kalau kamu, Sa?" Aksa melirik papanya sebentar, lalu dia kembali melanjutkan makannya. Aksa hanya diam tanpa mau menjawab pertanyaan yang papanya lontarkan tadi.

"Aksa, papa bicara sama kamu!!" Sentak Danil, marah.

"Baik." Setelah menjawab pertanyaan papanya, Aksa beranjak dari kursi yang dia duduki.

Aksa berangkat sekolah begitu saja, tanpa mau bersalaman dengan kedua orang tuanya.

Aksa berjalan menuju halte bus. Tidak lama bus yang dia tunggu datang. Lalu dengan cepat Aksa naik kedalam Bus itu. Karena di dalam bus sangat ramai, Aksa memilih berdiri. Dia kasihan kepada orang tua yang tidak kebagian tempat duduk. Matanta fokus menatap keluar bus. Hingga tiba-tiba....

AKSA ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang