42. puisi ungkapan hati

2K 122 1
                                    

Mona sedang tidur di pangkuan papanya. Hal seperti ini sering dia lakukan ketika dia masih kecil dulu.

"Anak papa udah gede ya?" Bram mengusap lembut rambut Mona yang sedang tidur sambil menonton televisi.

"Iya, putri cantik papa ini udah gede." Mona berkata dengan bangga. Hal itu membuat Bram tertawa kecil.

"Tapi manjanya gak hilang-hilang, tetap sama seperti dulu." Mona memanyunkan bibirnya ketika mendengar ucapan papanya.

"Ih..., Papa." Rajuk Mona, cemberut.

"Anak mama sama papa kenapa? Kok cemberut gitu?" Riska datang menghampiri Bram dan Mona sambil membawa beberapa cemilan dan minuman yang dia letakkan di atas meja ruang keluarga.

"Papa tuh, Ma. Masa dia ngatain aku manja." Adu Mona, dia melipat kedua tangannya ke dada.

"Lah kok ngambek sayang? Papa kamu kan benar. Kamu orangnya manja, tapi walau begitu, mama sama papa sayang sama kamu." Mona yang tadinya ingin marah langsung tersenyum.

"Tadi yang ngambek siapa, Ma? Kok sekarang malah senyam-senyum." Sindir Bram, yang mampu membuat pipi Mona memerah karena malu.

"Ih..., Papa." Rajuk Mona, sambil menutup wajahnya.

🔹🔹🔹

Terbesit kenangan bersama Mona yang membuat Iren rindu. Iren memeluk bingkai fotonya bersama Mona. Nasi yang sudah menjadi bubur tidak mungkin bisa di ubah seperti semula lagi.

Iren menunduk dalam, kakinya dia rendam kedalam kolam renang. Dari awal kepindahannya sampai sekarang, dia seperti tidak mempunyai semangat lagi.

"Dek...," Panggil David. Dia mendekati Iren. Dia mengusap punggung adiknya.

"Mau liburan ke Jakarta?" Tanya David, lembut. Dia tahu, jika saat ini adiknya sangat merindukan Mona. Tidak salah memang jika Iren merindukan sahabatnya itu. Setiap hari mereka selalu bersama, suka-duka, tangis dan tawa mereka lalui bersama.

David tidak sepenuhnya menyalahkan adiknya atas kejadian tempo hari lalu. Ini perihal hati yang tidak bisa kita atur. Tapi dia sangat menyayangkan sikap adiknya yang tega menghianati sahabatnya sendiri.

"Enggak, aku mau disini aja." Iren terus memperlihatkan wajah murungnya. Hal itu sangat mengusik hati David.

"Kamu yakin?" Kali ini David benar-benar bingung bagaimana cara menghibur Iren? Adiknya yang sekarang jarang makan dan terus melamun, membuat badannya semakin kurus.

"Bisa kakak pergi? Aku mau disini sendiri." Iren menunduk, dia ingin sendiri. Untuk kali ini dia tidak butuh orang lain dulu.

"Baiklah, setelah ini kamu cepat masuk. Diluar udaranya dingin." David mengusap rambut adiknya. Setelahnya dia kembali masuk kedalam rumah.

"Masih murung, Dav?" Tanya mamanya sambil menghela nafas berat.

"Iya, Ma. Seperti biasa." Jawab David, sambil menatap punggung adiknya sendu.

🔹🔹🔹

Raka dan Aksa sedang berkumpul di apartemen Karel. Mereka bertiga sedang membicarakan tentang festival bedah buku dan lukisan. Tapi sayangnya festival itu berada di Yogyakarta.

Seperti browsur yang Karel terima dari tetangga apartemennya, bahwa acara bedah buku dan lukisan yang di selenggarakan nanti akan sangat meriah. Karena itu yang menyelenggarakan adalah seniman terkenal dan tentunya berkerjasama dengan sastrawan yang juga sudah senior dan berbakat. Acara nanti akan di hibur dengan berbagai bend musik dari anak-anak Jogja sendiri.

AKSA ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang