17.merenung

2.6K 144 4
                                    

Malam ini terasa sunyi. Aksa berjalan menyusuri jalanan ibu kota tanpa tujuan. Rasanya dia malas hanya sekedar duduk di rumah. Nenek yang selalu menemaninya pulang dengan mendadak.

Tubuhnya membeku dikala melihat Mona berjalan bersama Karel di parkiran Minimarket. Perlahan bibirnya tersungging sinis, ternyata semua perempuan itu sama saja, Murahan.

Aksa berbalik arah, dia berjalan dengan tatapan yang mulai mengabur. Segera dia mendongak keatas, pantang baginya menangisi orang yang sudah membuatnya hancur.

"Tidak hanya keluarga dan pacar yang membuat hati gue remuk. Namun seorang sahabat juga ikut andil dalam menghancurkan hidup gue." Aksa berjalan dengan perasaan kacau.

Tiba-tiba...

"Mau mati Lo?!" Seorang pengendara motor mengumpat kepada Aksa. Hampir saja Aksa tertabrak motor karena tidak fokus melihat jalan di depannya.

"Maaf." Hanya itu yang Aksa katakan, lalu dia kembali berjalan. Meninggalkan si pengendara motor itu sendiri.

🔹🔹🔹

Di tempat yang sama, Karel dan Mona baru saja keluar dari Minimarket. Karel tidak sengaja bertemu dengan Mona di pintu keluar, lalu mereka berjalan ke parkiran bersama. Mereka sedang asik membicarakan tentang Dara.

"Oh, jadi Dara itu elergi dengan bulu kucing?" Karel menanggapi apa yang baru saja Mona sampaikan.

"Haa..., Iya. Dia tuh sampai bersing-bersing. Parahnya lagi badannya sampai panas gara-gara tidak bisa tidur karena bersing-bersing." Karel menjadi iba dengan apa yang Dara alami. Tidak seperti Mona yang malah tertawa keras.

"Terus sekarang keadaan dia bagaimana?" Tanya Karel, khawatir. Mona tersenyum tipis, dia melihat seberkas cinta yang sangat dalam dari mata Karel kepada Dara.

"Udah mendingan sih, lagi pula itu kucing tetangga depan rumah yang tidak sengaja lepas, terus masuk kedalam rumah Kak Dara." Jawab Mona, santai.

"Syukurlah, pokoknya lo harus bantu gue dapatin Dara." Karel sengat bersemangat dan optimis untuk mendapatkan cinta Dara.

"Berani bayar berapa?" Canda Mona.

"Bayarnya pakai cinta dari Aksa." Jawab Karel, ikut bercanda. Mereka berdua tertawa bersama di parkiran. Tanpa mereka sadari, ada sosok lelaki tegap yang memperhatikan tingkah mereka dari radius yang sedikit jauh.

🔹🔹🔹

Pagi menyapa, kicauan burung ikut menyambut pagi yang cerah ini. Awan di langit terlihat biru, berawan. Aksa hanya diam sambil menyesap aroma kopi hitam buatannya sendiri. Semalam dia tidak bisa tidur gara-gara memikirkan Karel dan Mona. Ada hubungan apakah mereka berdua?

Aksa tidak bodoh. Karel sangat sensitif dengan yang namanya perempuan. Lalu melihat tawa yang Karel tunjukkan kepada Mona tadi malam, membuat Aksa berasumsi bahwa Karel suka dengan Mona.

"Ternyata mengenalkan Mona dengan Karel itu salah." Aksa meremas gelas yang berada di genggaman tangannya.

"Kalau mereka ingin menjalin cinta, kenapa gue yang harus jadi mangsanya? Licik! Bukan hanya keluarga gue yang tidak menginginkan gue bahagia, tapi semua yang ada di muka bumi ini menginginkan diri gue menderita." Aksa melempar gelasnya hingga pecah. Menyisakan emosi yang mendalam.

"Cinta akan membuat semua orang bahagia, Omong kosong!! Cinta hanya akan membuat hati patah dan berakhir menderita." Aksa membenci semua orang yang berada di muka bumi ini, tentu kecuali neneknya.

AKSA ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang