4. Anak tidak dianggap bisa apa?

3.4K 231 0
                                    

Arga pulang ke rumah dengan tidak bersemangat. Tidak ada yang tahu keberadaan Aksa sekarang. Saudara kembarnya itu tidak membawa ponsel atau uang sepeser pun ketika dia pergi kemarin malam.

"Lo dimana, Sa?" Tanya Arga, pada dirinya sendiri. Cowok tampan itu sedang duduk di depan tempat tidurnya. Sebagai seorang abang, Arga merasa kasihan melihat keadaan adiknya.

"Gue gak tahu lo udah makan atau belum, gue gak tahu keberadaan lo, gue gak tahu semalam lo tidur dimana? Semoga lo baik-baik saja." Arga sangat menghawatirkan keadaan Aksa sekarang. Bagaimana adiknya bisa membeli makan atau sekedar menyewa hotel untuknya tidur? Jika uang pun dia tidak bawa.

🔹🔹🔹

Karel terkejut ketika dia mendapati Aksa tengah tidur di kamarnya. Sahabat karibnya itu memang mahir sekali membuat semua orang khawatir.

"Sa, woy!!" Teriak Karel, dia mencoba membangunkan Aksa.

"Sa....!!" Teriak Karel, semakin keras. Aksa meregangkan otot-otot tangannya yang kaku dengan mata sayu.

"Hemm...." Gumamnya dengan mata masih sedikit mengantuk.

"Semalam lo tidur di rumah cewek?" Tanya Karel, yang tidak tahu nama Mona.

"Hemm...." Gumam Aksa, sebagai jawaban.

"Kok bisa?" Karel mulai memasang wajah serius.

"Gue diusir bokap gue dari rumah." Jawab Aksa, malas.

"Hah? Serius lo?" Karel menatap Aksa penuh selidik. Siapa tahu sahabatnya itu berbohong.

"Emangnya lo buat kesalahan apa?" Tanya Karel yang sudah menormalkan kembali ekspresi wajahnya dari terkejutan tadi.

"Biasa, anak tidak dianggap bisa apa?" Jawab Aksa, sambil duduk bersandar di tempat tidur Karel.

"Masih mending kedua orang tua lo masih bersama. Lah gue, orang tua gue aja gak perduli sama gue. Semenjak mereka pisah, mana pernah mereka bertanya tentang keadaan gue. Gue masih hidup atau udah mati aja kedua orang tua gue gak tahu. Mereka sibuk dengan kehidupan baru mereka." Ucap Karel, sambil tersenyum getir. Terlihat jelas bahwa Karel sangat merindukan sosok keluarganya.

"Lebih baik gue tidak punya orang tua, Rel. Punya atau tidak bagi gue sama saja. Lo tidak tahu betapa sakitnya gue ketika harus di bandingkan dengan Bang Arga. Lo tidak tahu betapa sakitnya gue ketika usaha gue tidak pernah di hargai oleh kedua orang tua gue. Di mata mereka hanya Arga, Arga, dan Arga. Gue hanya benalu di kehidupan mereka." Aksa menarik sudut bibirnya keatas. Semua yang berada di dunia ini seperti tidak berpihak kepadanya.

Sekarang dua remaja itu tengah bergelut dengan fikiran mereka masing-masing .

🔹🔹🔹

Mona sedang makan malam bersama kedua orang tuanya di luar. Orang tua Mona selalu mementingkan Mona diatas segalanya.

"Sayang, kemarin kata pak satpam kompleks kita, kamu bawa masuk cowok ya ke rumah?" Tanya Riska, mama Mona. Tanpa fikir panjang, Mona menganggukkan kepalanya.

"Dia siapa kamu? Tumben kamu gak izin papa dulu?" Tanya Bram, kepada putri sematawayangnya.

"Kakak kelas Mona. Maaf Pa, Maaf Ma, kemarin malam saat aku ingin menyeberang jalan, aku tidak melihat kalau ada mobil kencang yang melaju kearahku. Aku hampir tertabrak, untung saja ada kakak kelas ku itu, dia nolongin aku sampai dia luka. Sepertinya dia sedang ada masalah, jadi saat dia minta izin tidur semalam di rumah kita, ya aku izinin. Tapi papa tenang aja, dia anak baik-baik kok." Jelas Mona yang di tanggapi oleh kedua orang tuanya dengan senyuman.

AKSA ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang