23. Kue leker

2.2K 134 0
                                    

Aksa memakan makanannya tanpa minat. Malam tadi acara tahlilan untuk mendoakan neneknya berjalan lancar. Dan pagi tadi kedua orang tuanya sudah kembali ke Jakarta. Arga tidak bisa datang ke acara tahlilan Nenek Era dengan alasan sibuk dengan tugas sekolah dan OSIS.

Siang ini di luar sangat terik. Membuat siapa saja pasti enggan untuk sekedar keluar rumah. Siang ini Aksa sudah berencana untuk pergi jalan-jalan, dia ingin menikmati kue leker khas Bandung yang terletak di pinggiran jalan.

Dengan semangat, Aksa menggendong tas ransel miliknya yang berisi kamera. Dia mengambil kunci motor yang dia letakkan di atas meja makan.

"Bi, saya pergi sebentar." Aksa berlari kecil keluar rumah. Bibi yang baru selesai menyapu lantai dua geleng-geleng kepala ketika melihat tingkah majikan mudanya.

"Pantas saja dia menjadi cucu kesayangan Nenek Era, ternyata tingkahnya persis seperti Den Danil dimasa muda. Ceria dan aktif." Begitulah yang bibi tangkap dari tingkah Aksa. Dia memang sangat periang, tapi jangan salah. Itu hanya berlaku ketika dia berada di rumah nenek dan kakeknya.

Aksa melajukan motornya menuju ramainya jalan Kota Bandung. Dia menikmati perjalanan walau terik matahari seakan berada di atas kepalanya.

"Bandung memang banyak kendaraan bermotor seperti Jakarta. Tapi udara di Bandung lebih bersih dari Jakarta." Aksa menyusuri jalan ibu kota Bandung dengan senyum mengembang. Dia berhenti di samping sekolah SMA Mutiara Bangsa. SMA ini sering sekali membuat gara-gara dengan geng motornya, tapi itu dulu. Sekarang preman sekolah SMA ini sudah lulus dan sedang kuliah di Jerman.

Aksa memarkirkan motornya di pinggir jalan. Dia berdiri di depan penjual leker.

"Kumaha damang, Pak?" Aksa menyapa lelaki paruh baya itu dengan senyuman hangat.

"Yaallah, Aden kasep kesini? Ke rumahnya Nenek Era ya? Saya turut berduka cita ya, Den? Atas meninggalnya nenek kamu." Penjual leker itu terlihat kaget ketika melihat kedatangan Aksa. Mereka berdua memang sudah saling kenal. Karena Aksa kecil sering membeli leker disini. Dan kebiasaan itu terus berlanjut sampai dewasa.

"Heee..., Iya pak. Lekernya 4." Pesan Aksa. Cowok itu memang sangat menyukai kue tipis yang di dalamnya ada berbagai buah, coklat, susu, dan lainnya. Ada berbagai varian rasa kue Leker, semuanya Aksa suka. Sebutlah Aksa sebagai raja makan kue leker.

"Waduh, banyak amat." Aksa hanya tersenyum tipis ketika menanggapi ucapan bapak penjual kue leker.

"Iya, pak. Saya 'kan kangen makan kue leker buatan bapak." Gurau Aksa, membuat penjual itu tertawa.

Satu buah leker di jual Rp.5000. Pas dengan uang saku anak sekolahan. Terkadang Aksa berfikir, Apa penjualnya tidak rugi menjual makanan seenak itu dengan harga segitu? Aksa berfikir seperti itu bukan tanpa alasan, bukankah sekarang semua bahan makanan itu mahal?

"Ini leker spesial buat Den Aksa." Si penjual itu meletakkan satu piring yang berisi 4 kue leker di depan Aksa.

"Makasih, Pak." Aksa melahap kue leker di depannya. Dia sangat menikmati kue leker yang enak ini. Banyak anak SMA yang curi-curi pandang kearah Aksa. Warung kaki lima yang tidak terlalu tertutup ini menjadi bahan cuci mata anak cewek SMA. Tidak usah di tanya perihal pesona Aksa, karena pesona cowok itu mampu membius cewek manapun.

"Aduh, kasep pisan cowok itu." Pekik perempuan berambut ikal, gemas.

"Iya, waktu senyum masyaallah, berasa lihat es degan di Padang pasir. Adem banget." Timpal salah satu teman cewek itu.

"Iya, senyumannya bikin diabetes. Gak nahan." Celetuk cewek yang memiliki tahi lalat kecil di bawah bibirnya.

Bukannya Aksa tidak dengar semua itu, dia hanya mencoba bersikap acuh dan tidak peduli. Penghianatan yang Mona lakukan masih membekas di dalam hatinya. Jadi jangan salahkan dia jika dia menilai bahwa semua perempuan itu mata keranjang tingkat dewa. Cewek lebih parah kalau sedang berselingkuh di banding cowok. Aksa masih saja bingung. Cewek sepolos dan selugu Mona berani berselingkuh darinya? Nyalinya bagus. Nyari masalah berarti tuh cewek.

"Beruntung saya ada Aden disini, dagangan saya jadi laris di serbu anak SMA. Mana yang beli gelis-gelis. Katanya lumayan beli satu kue leker bisa cuci mata ngelihatin Aden." Aksa tertawa kecil ketika mendengar kelakar si bapak penjual kue leker.

🔹🔹🔹

Iren mengumpat kesal dikala kakaknya menolak membantunya untuk mendapatkan hati Aksa. Dia sampai rela menghianati sahabatnya sendiri demi mendapatkan cinta Aksa. Namun kakak satu-satunya yang dia miliki seakan acuh dengan masalahnya.

Iren terpaksa bohong kepada Mona dengan beralasan pergi ke Makassar untuk menjenguk neneknya yang sedang sakit. Padahal dia sedang menguntit Aksa.

Iren tinggal di hotel untuk beberapa hari ini. Dia harus bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk bisa dekat dengan Aksa.

Instagram.

Aksa_Leonald.

Iren mencari nama Aksa di pencarian Instagram miliknya. Setelah ketemu, dia me DM Aksa tanpa malu.

To. Aksa_Leonald.

Kak Aksa, temenin aku ke taman ya? Aku gak ngerti kota Bandung.

Aksa yang kebetulan sedang bersantai di pinggir kolam renang membaca pesan masuk dari nama Instagram yang sepertinya dia kenal.

Dengan malas Aksa mengetik balasan untuk Iren.

To. Iren

Males. Kalau lo gak tahu Kota Bandung, yaudah, pulang sana ke Jakarta.

Aksa menyelam kedalam kolam renang. Dia membiarkan heandponnya menyala, pertanda ada pesan masuk. Sedangkan dilain tempat, Iren sedang mengumpat kesal.

"Songong banget jadi cowok." Geram Iren.

🔹🔹


Arga tidak percaya dengan gosip yang beredar di sekolah. Diam-diam Arga mencari tahu tentang inti permasalahan yang menimpa adiknya. Arga tidak mau Aksa terluka dan mengalami patah hati untuk yang kedua kalinya.

Arga tahu betul, bagaimana Aksa dua tahun lalu saat di tinggal Chindy? Dia bagaikan mayat hidup. Kesehariannya hanya diam di kamar sambil memandangi foto dirinya dan Chindy. Arga tidak mau kejadian dua tahun lalu kembali terulang pada diri Aksa.

Dengan tatapan serius, Arga memantau setiap gerak-gerik orang yang dia curigai terlibat di permasalahan ini. Dia tidak percaya jika Karel tega merebut Mona dari Aksa. Marena setahu dirinya, Karel sedang gesit mendekati seorang gadis SMA dari sekolah sebelah.

"Ternyata benar dugaan gue. Dasar iblis." Arga menyeringai, akhirnya dia tahu dalang di balik permasalahan ini. Kedok Iren terbongkar oleh Arga. Tidak sia-sia Arga menyewa detektif untuk mencari tahu awal permasalahan yang sebenarnya.

"Lo tidak bisa membodohi gue." Arga menyambar kunci motornya, dia harus mengatakan kebenaran tentang kabar miring ini kepada Aksa.

"Ga, mau kemana?" Danil menatap anaknya dengan koran yang masih bertengger manis di pangkuannya.

"Nyusul Aksa, Pa. ke rumah nenek." Jawab Arga, jujur.

"Gak usah, masuk. Entar juga Aksa pulang sendiri. Biarin dia memenangkan diri dulu disana." Arga mengerutkan keningnya. Tumben sekali papanya baik dan pengertian terhadap Aksa. Arga mengangguk lemah, mungkin lain kali saja dia memberi tahu masalah ini kepada Aksa.

"Mending kamu belajar soal investasi. Biar kamu bisa mengajari Aksa nanti soal bisnis investasi." Suruh Danil, serius.

"Hah?" Arga tidak mengerti dengan ucapan papanya. Tapi dia tetap menjalankan tugas yang di perintahkan papanya.

AKSA ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang