Aksa sedang bermain catur bersama Bram, papa Mona. Bram dapat jadwal memeriksa pasien siang, hingga pagi ini Bram bisa menemani istri dan anaknya di rumah. Bram merasa kesepian ketika di tinggal anak dan istrinya belanja, hingga dia menyuruh Mona untuk menelpon Aksa dan menyuruhnya datang ke rumah.
"Emang ya, Sa. Perempuan kalau sedang belanja langsung gak ingat pulang." Bram membuka suara, Aksa yang mendengar keluhan Bram tertawa kecil.
"Iya, Om. Mereka kayak di tarik maknet gitu. Gak mau jauh-jauh dari pusat pembelajaan." Aksa menanggapi keluhan Bram dengan santai. Menurutnya semua perempuan memang begitu. Apalagi kalau melihat barang diskon, matanya langsung khilaf gak kedip. Uang di ATM habis tidak tersisa. Kalau dimarahin jawabannya, Mumpung diskon, kapan lagi dapat barang murah? Padahal harga barang diskon itu tidak jauh beda dari harga biasanya.
"Kadang kalau Om sangking kesalnya nganter Tante kamu belanja yang lamanya nauzubillah, Om sampai omelin dia dan nyuruh dia tidur di pusat pembelajaan itu." Bram memajukan kuda-kudanya, tentu hal itu membuat posisi Aksa terancam.
"Yah, Om. Aku kalah. Gara-gara om ngajak aku ngobrol terus, aku jadi gak fokus." Bram tertawa mendengar ucapan Aksa.
"Makanya fokus." Bram tertawa penuh kemenangan.
"Assalamualaikum..." Seru Mona sambil membawa dua plastik hitam besar.
"Waalaikumsalam. Masyaallah nak, kamu belanja apa aja?" Bram sampai menelan ludahnya, putrinya itu memang benar-benar membuat kepalanya pusing.
"Assalamualaikum. Yaampun papa, mata mama tadi sampai khilaf gara-gara lihat banyak banget barang diskon disana. Tadinya mama cuma mau beli bahan pokok kita yang sudah habis, tapi berhubung di mall lagi ngadain diskon besar-besaran, ya mama borong sekalian baju sama tas dan perlengkapan mandi." Bram mendengus, di dalam hati dia mengucap banyak-banyak istighfar agar tidak berteriak marah.
"Waalaikumsalam, gak kaget papa ngederinnya." Aksa dan Mona saling tatap dengan bibir menahan senyum.
"Yaallah, Pa. Namanya juga khilaf." Riska tersenyum malu-malu kearah suaminya.
"Khilaf kok hampir tiap hari." Bram kembali duduk di teras samping rumah.
"Heee..., Mon, ayo bantu mama buatin papa sama Nak Aksa cemilan." Ajak Riska kepada putrinya.
"Bilang aja mau ngerayu." Riska meringis mendengar ucapan suaminya.
🔹🔹🔹
Tidak akan ada habisnya untuk menceritakan tentang kemesraan kedua remaja yang sekarang ini sedang duduk saling berhadapan dengan buku matematika di depannya.
"Wih calon menantu sama putri mama lagi belajar. Nih mama bawain kalian kue brownies." Mama Mutiara menghampiri Arga dan Mutiara yang sedang belajar di ruang keluarga.
"Jangan mereka doang dong, Ma. Papa juga mau." Entah dari mana papa Mutiara datang, yang pasti sekarang dia sedang berada di belakang Mama Mutiara.
"Belajar apa?" Tanya Papa Mutiara kepada Arga dan Mutiara.
"Matematika, Om." Arga duduk di bawah bersama Mutiara. Sedangkan kedua orang tua Mutiara duduk diatas sofa.
"Arga, Mutiara, sini duduk atas." Arga dan Mutiara mengangguk, mereka duduk di sofa yang terpisah.
"Kami mendukung hubungan kalian, karena kami lihat Nak Arga ini sangat baik dan bisa membawa dampak positif untuk Mutiara. Buktinya kalian di hari libur kayak gini masih belajar. Tapi saya pesan sama Nak Arga, tolong jaga kepercayaan saya. Jaga Mutiara, jangan merusak dia. Berpacaran 'lah dengan semestinya." Arga mengangguk, dia memang sudah bersumpah pada dirinya sendiri akan menjaga Mutiara dengan baik.
![](https://img.wattpad.com/cover/184168792-288-k76017.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSA ( Complite)
Novela JuvenilAKSA LEONALD!! Cowok itu memiliki arti sebuah mata. Seperti artinya yang sangat indah, Aksa Leonald adalah cowok tampan yang memiliki sejuta pesona. Aksa memiliki kegemaran yang tidak semua orang tahu, yaitu melukis. "Kata orang cinta itu indah, tap...