16.malaikat ku telah pergi.

2.8K 165 2
                                    

Aksa baru saja turun dari motornya, tapi Mona sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan cemas. Mona menelusuri wajah Aksa yang penuh lebam.

"Wajah kamu kenapa?" Mona menyentuh wajah Aksa yang terdapat banyak sekali luka lebam.

"Biasa, cowok." Hanya jawaban itu yang Aksa berikan kepada Mona.

"Ikut aku," Mona menarik tangan Aksa dengan paksa. Dia berjalan cepat menuju UKS. Mona sampai hampir terjatuh menginjak tali sepatunya sendiri tadi.

"Duduk disini sebentar." Suruh Mona, dia hendak pergi, tapi Aksa menahan tangannya.

Aksa berjongkok di depan Mona. Dia mengikat tali sepatu Mona yang terlepas.

"Nanti kamu jatuh kalau tali sepatumu tidak di ikat." Ucap Aksa, dia mengusap lembut rambut panjang Mona.

Pipi Mona bersemu merah. Tapi setelahnya dia tersadar, dia harus pergi sekarang.

"Aku pergi sebentar, kamu tetap disini." Mona berlari sekuat tenaga. Dia berdiri terengah di depan ibu kantin.

"Bu, beli es batu sama air meneral. Tapi kasih baskom sekalian." Pinta Mona, yang di jawab anggukan kepala oleh ibu kantin.

"Buat apa mbak?" Tanya ibu kantin itu kepada Mona.

"Ngobati luka teman saya. Nih bu uangnya." Setelah membayarnya, Mona langsung berlari. Dia mengambil handuk kecil yang berada di lokernya.

"Kenapa sampai kayak gini? Apa yang kamu lakuin di luar sana?" Mona mengompres luka lebam yang berada di sekitar wajah Aksa. Terkadang Mona meniupnya, memberikan rasa hangat di bagian wajah Aksa.

"Kalau aku nanya, jawab." Mona menekan handuk kecil yang berada di tangannya ke pipi Aksa.

"Auu..., urusan cowok." Jawaban yang Aksa berikan membuat Mona mendengus.

"Lain kali jangan gitu lagi, aku takut kamu pergi." Mona menatap mata Aksa dalam.

"Aku tidak akan pergi, jika kamu tidak memulainya." Aksa membawa Mona kedalam pelukannya. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri jika dia akan menjaga Mona dengan nyawanya.

"Apa ini sakit?" Mona memegang luka lebam milik Aksa.

"Sedikit."

"Sini, biar aku kasih alkohol dan obat merah. Biar cepat kering lukanya." Mona semakin mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Aksa.

"Biar cepat kering lukanya, dan biar bisa kembali adu jotos lagi." Sontak perkataan Aksa langsung membuat Mona kesal.

"Haaa..., bercanda sayang." Aksa tertawa lebar di depan Mona.

Deg...

Sayang?

"Itu kenapa pipi kamu?" Goda Aksa.

"Gak apa-apa. Awas aja kalau kamu berani berantem lagi." Ancam Mona.

"Kalau aku berantem lagi mau kamu apain?" Goda Aksa, sambil memeluk tubuh Mona dari samping.

"Mungkin akan aku cubit seperti ini" Mona mencubit perut Aksa. Mereka tertawa bersama saat ini.

🔹🔹🔹

Intan sudah uring-uringan dari semalam. Semenjak mama mertanya berada di rumahnya, dia menjadi tidak bebas. Apa-apa selalu mama mertuanya atur.

"Intan, ambilkan obat pusing kepala mama." Suara itu berasal dari lantai dua. Intan yang sedang membaca majalah di ruang tamu menghela nafas kasar.

AKSA ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang