Aksa berjalan menuruni satu-persatu anak tangga rumahnya dengan menggunakan tongkat. Sakit di kakinya tidak menjadi alasan untuk dia berhenti mengejar mimpinya. Tas besar bertengger di pundaknya, di tangan kanannya terdapat Kanvas untuk alat dia melukis nanti.
"Pagi, Sa." Sapa Arga, yang juga baru turun dari lantai atas. Kaki cowok itu sudah sembuh. Aksa mendengus kesal ketika melihat kakinya.
"Gue bantu." Ucap Arga, yang di balas gelengan kepala oleh Aksa.
"Yakin? Padahal gue tulus ngebantu lo...."
"Arga!! Makan sana. Kalau anak nakal itu gak mau di bantu yaudah." Bentak Intan, lantang.
"Arga kenyang. Ayo Sa, berangkat bareng gue." Ajak Arga, tanpa menoleh kearah Intan.
Aksa tidak mau banyak bicara, dia berjalan di belakang Arga. Dia tidak memiliki pilihan lain selain menerima ajakan Arga untuk berangkat sekolah bareng. Kakinya tidak bisa berjalan, akan terasa merepotkan jika dia harus pergi ke sekolah menggunakan angkot atau kendaraan umum. Suasana di dalam mobil sangat hening. Tidak ada yang bicara, kedua remaja itu sibuk dengan fikirannya masing-masing.
"Lo langsung ke galery lukis David 'kan?" Tanya Arga, memecah keheningan di dalam mobil.
"Hem." Dehem Aksa, sebagai jawaban.
"Gak ke sekolah dulu?" Tanya Arga, santai. Aksa menggeleng pelan.
Mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di depan galeri lukis David.
"Gue masuk, bang." Ucap Aksa, sambil tersenyum tipis. Seperti sedang bercermin, Arga melihat wajah Aksa yang mirip dengannya lekat.
Deg...
Setelah lama Aksa tidak pernah memanggilnya dengan panggilan abang, sekarang Aksa kembali memanggilnya dengan sebutan itu.
"Lo panggil gue abang?" Tanya Arga, ragu. Aksa mengangguk pelan, lalu dia berjalan tertatih masuk kedalam galery lukis.
"Lo tetap adik gue, walau semua orang membenci lo." Batin Arga tersenyum getir. Kenapa semua orang membenci adiknya? Apa salah adiknya? Bahkan kedua orang tuanya sendiri seperti tidak mengharapkan kehadiran Aksa, adiknya.
Aksa berjalan sambil melamun. Hingga tanpa sengaja dia menabrak seseorang.
Brug...
"Sorry..." Ucap Aksa, dia mencoba berdiri. Namun sekarang ini kakinya terasa sakit.
"Duh maaf ya Kak Aksa, maaf banget. Gue gak sengaja nabrak kakak." Ucap Iren, takut. Aksa mengangguk, dia mencoba berdiri sendiri.
"Iya, ngapain lo kesini?" Tanya Aksa kepada Iren yang masih berdiri mematung di depannya.
"Ketemu kakak gue." Jawab Iren, kikuk.
"Btw gue ke sekolah dulu ya kak, bay...." Seru Iren, sambil memasang senyum manis.
"Aksa Leonald?!" Tanya seorang lelaki yang memiliki tubuh tinggi dan rahang tegas. Namanya David, seorang pelukis handal asli jakarta yang selama ini tinggal di amerika.
"Iya bang, bagaimana dengan lukisan yang saya kirim 2 minggu lalu?" Tanya Aksa kepada David, lelaki yang kira-kira berusia 20 tahun itu tersenyum.
"Sangat memuaskan. Saya minta kamu beri saya lukisan 2 lagi untuk pameran nanti sorry. Apa bisa?" Tanya David yang puas akan kinerja Aksa.
"Saya usahakan." Jawab Aksa, tegas. David menyukai karakter yang ada pada diri Aksa, cowok itu selalu bersikap profesional dalam bekerja. Dari beberapa orang pelukis yang David temui, hanya Aksa yang terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSA ( Complite)
Novela JuvenilAKSA LEONALD!! Cowok itu memiliki arti sebuah mata. Seperti artinya yang sangat indah, Aksa Leonald adalah cowok tampan yang memiliki sejuta pesona. Aksa memiliki kegemaran yang tidak semua orang tahu, yaitu melukis. "Kata orang cinta itu indah, tap...