49. cinta memang sulit di tebak.

1.8K 102 0
                                    

Setelah pulang dari acara festival bedah buku dan lukisan, Mona dan lainnya kembali ke hotel. Sekarang ini Mona sedang berdiri di pinggiran balkon kamar inapnya bersama Aksa. Jika kalian berfikir mereka tidur satu kamar, kalian salah. Aksa hanya menemani Mona yang kesulitan tidur, padahal jam sudah menunjukkan pukul 01.36 wib.

"Cinta memang sulit di tebak ya?" Mona duduk di lantai balkon, dia bersandar pada pundak Aksa.

"Maksud kamu?" Tanya Aksa, bingung.

"Bukankah kita pacaran karena paksaan dari aku? Awalnya kamu menolak, kamu kasar, dan kamu cuek. Tapi seiring berjalannya waktu, sikap kamu melembut padaku. Kamu baik, kamu penyayang, dan kamu romantis. Aku kira cowok dingin seperti kamu itu kaku, ternyata aku salah. Benar kata orang, batu yang keras jika terus terkena air juga akan terkikis. Seperti kamu, ketika aku terus bersabar, menunggu kamu membalas cintaku, perlahan hati kamu luluh." Aksa mengusap rambut kekasihnya, lembut. Dia tidak munafik. Dulu dia selalu menyalahkan takdir, tapi sekarang dia tahu, bahwa hal manis akan dia dapat setelah melewati hal pahit.

"Aku tidak menyangka akan kembali mencintai seseorang setelah Chindy pergi." Mona mendongak keatas, dia menatap wajah tampan kekasihnya.

"Boleh aku ketemu Chindy?" Tanya Mona, ragu.

"Hah?" Beo Aksa, tidak mengerti.

"Datang ke makamnya maksudku." Jelas Mona, yang di balas Aksa dengan senyuman.

"Tentu, aku tidak mau ada yang di tutup-tutupi lagi dalam hubungan ini."

🔹🔹🔹

Mona dan lainnya sedang joging bersama di alun-alun kidul Yogyakarta. Alun-alun ini sangat ramai, pemandangannya juga indah. Pagi hari seperti ini udaranya sangat dingin, memang cocok untuk dibuat olahraga pagi.

Pagi ini sudah pukul 07.00, mereka berkumpul di warung bubur ayam kaki lima.

"Makin lengket aja nih." Sindir Arga yang duduk disamping Rehan. Bukannya marah, Rehan maupun Iren malah tersenyum.

"Kayaknya benih-benih cinta mulai tumbuh nih." Goda Alvaro, yang di balas tawa oleh semuanya.

"Jangan gitu, yank. Tuh Iren malu." Zola menepuk pundak Alvaro, meminta sang kekasih berhenti menggoda Iren dan Rehan lagi.

"Dia tuh gak malu, pipinya merah karena menyembunyikan rasa bahagia." Raka yang memang sudah gila, ikut menggoda Rehan.

"Cinta emang sulit ditebak." Ucap Deby, sambil tersenyum penuh arti.

"Mereka cocok kok." Mutiara angkat bicara, membuat Iren semakin malu.

"Jangan gitu, malu tuh mereka berdua." Bela Aksa.

"Iya, lihat Iren dari tadi nunduk." Mona menatap sahabat karibnya yang sedang menahan malu.

"Dasar kalian semua, usil mulu tiap hari." Rehan menyugar rambutnya kebelakang. Hal itu membuat ketampanannya makin bertambah.

"Ini mas, mbak, silahkan di makan." Suruh orang yang sepertinya pemilik warung kaki lima ini. Setelah meletakkan minuman dan bubur ayam, dia kembali kedapur.

"Makan, Rey. Berjuang butuh tenaga ekstra." Rehan mendengus ketika mendengar ucapan Karel.

"Makan, Ren. Karena menahan godaan setan-setan yang terkutuk butuh tenaga untuk sabar." Tambah Dara yang dibalas semuanya dengan tawa.

AKSA ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang