33.sang penguasa dunia.

2.6K 147 4
                                    

Mona sedang berada di atap gedung sekolah. Cewek itu sedang berada di pelukan Aksa. Air matanya tidak kunjung berhenti. Sahabatnya sendiri yang selalu bersamanya mulai dari kelas 1 SMP tega menghianatinya. Lalu sekarang dengan siapa dia mempercayakan segala hal?

Uhuk..., Uhuk...

Aksa terkejut ketika mendengar Mona terbatuk. Dia ingin beranjak dari duduknya untuk membeli minum, tapi pergelangan tangannya di tahan oleh Mona.

"Jangan pergi lagi, nanti kamu gak akan kembali." Mona menatap sendu kedua iris mata Aksa. Sontak hal itu membuat jantung Aksa kembali berdetak cepat.

"Tenang, gue cuma mau beli minuman." Aksa tersenyum kepada Mona, tapi Mona malah menggelengkan kepalanya.

"Gak boleh, aku gak haus. Nanti kamu bohong lagi." Larang Mona, Aksa kembali duduk dengan kening berkerut.

"Emang gue pernah bohong?" Tanya Aksa, dia mencoba mengingat-ingat janjinya yang tidak dia tepati kepada Mona.

"Iya, kamu bohong sama aku. Katanya kamu tidak akan meninggalkan aku kecuali aku yang meninggalkan kamu. Nyatanya aku tetap setiap sama kamu, tapi kamu malah meninggalkan aku." Mona mengingat kata-kata Aksa yang dulu pernah cowok itu ucapkan ketika dia berada di rumahnya.

"Gue gak ninggalin lo." Aksa membelai pipi Mona, memberi kasih sayang yang beberapa hari ini dia tidak lakukan.

"Tapi kamu menjauhi aku dan mengatakan bahwa aku hanya pelampiasanmu." Aksa menghela nafas kasar. Rupanya gadisnya ini masih mengingat semua kata-katanya.

"Gue ngomong seperti itu karena waktu itu gue sedang marah." Aksa mencoba menjelaskan kepada Mona tentang ucapannya beberapa hari lalu.

"Apa kamu benar-benar menjadikan aku pelampiasan?" Tanya Mona, sendu. Aksa menggeleng cepat, semua itu salah besar.

"Tidak." Jawab Aksa, tegas.

"Tapi Chindy Lard?" Cicit Mona, dengan kepala menunduk.

"Kalau ngomong sama aku, tatap mata aku. Jangan nunduk." Tanpa Aksa sadari, sekarang dia menggunakan aku, kamu, ketika berbicara kepada Mona. Dia tidak lagi menggunakan kata lo atau gue.

"Dia hanya masa lalu 'ku, dan kamu adalah masa depanku." Jelas Aksa, dia menggenggam kedua tangan Mona. Dia sedang mencoba meyakinkan kepada Mona bahwa yang dia katakan adalah suatu kebenaran, bukan kebohongan.

"Tapi..."

"Kemarin aku hanya cemburu ketika melihat kamu ketawa bersama Karel. Kamu tahu 'kan? Aku tidak akan membiarkan siapapun merebut apa yang aku meliki, termasuk kamu. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambil kamu dari aku." Aksa kembali membawa Mona kedalam pelukannya. Dia membiarkan gadisnya itu bersandar pada kenyamanan yang terdapat pada dirinya.

"Jadi hubungan kita sekarang ini apa?" Mona mendongakkan kepalanya, menatap bibir Aksa yang sedang tersenyum kearahnya.

"Kamu masih mempertanyakan hal itu?" Aksa menangkap wajah Mona dengan bibir tersenyum.

Mona mengangguk pelan." Karena aku butuh kepastian."

"Apa pernah aku mengucapkan kata putus di depan kamu?" Tanya Aksa, yang di balas Mona dengan gelengan kepala.

"Jadi status kita ini apa?" Aksa menyingkirkan rambut Mona yang menutupi wajah cantik kekasihnya kebelakang.

"Sepasang kekasih." Jawab Mona, polos.

"Berarti kita?" Aksa menahan senyum geli di bibirnya.

"Pacaran." Cengir Mona. Senyum bahagianya tidak mampu Aksa maupun Mona sembunyikan.

AKSA ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang