7.Retak

3.2K 217 6
                                    

Mobil Karel memasuki area rumah sakit. Di parkiran sudah ada Aksa, Mona, dan Iren. Raka dan Karel membantu Aksa masuk kedalam mobil. Sedangkan Iren dan Mona memegangi kursi roda Aksa.

"Kak, gue boleh ya ikut ke rumah kakak? Plis..." Mohon Mona, yang dianggukin kepala oleh Aksa.

"Gue juga." Timpal Iren, antuasis. Karel, Raka, dan Aksa terkekeh pelan.

"Kalian berdua boleh ikut." Putus Aksa. Mona dan Iren sangat senang. Mereka semua masuk kedalam mobil Karel. Sepanjang perjalanan Iren terus berbicara hingga membuat Mona kesal.

"Ren, diam kenapa sih?! Tuh kasihan kepala Kak Aksa pusing." Tegur Mona, yang tidak Iren hiraukan.

"Kak Aksa kok bisa kecelakaan? Pakai acara nabrak rambu-rambu lalu lintas lagi. Kak Aksa mabok ya? Atau Kak Arga yang tidak bisa nyetir mobil?" Tanya Iren, beruntun.

"Gue sama Arga ngantuk. Jadi Gak terlalu fokus sama jalanan." Jawab Aksa, berbohong. Entah kenapa Mona tidak percaya dengan jawaban yang Aksa berikan.

Tidak terasa mereka sekarang sudah sampai di depan rumah Aksa. Mobil kedua orang tua Aksa berada di rumah, Namun kenapa mereka tidak menjemput Aksa?_ Mona menggelengkan kepalanya, pelan. Sunguh orang tua yang kejam.

"Assalammualaikum," Seru Iren, sambil membuka gerbang rumah Aksa yang tidak terkunci.

"Langsung masuk aja." Suruh Aksa, datar. Percuma Iren teriak-teriak tidak jelas, Aksa yakin kedua orang tuanya tidak akan keluar rumah untuk membukakan mereka gerbang. Karena mereka tahu, sore ini dirinya akan pulang dari rumah sakit.

Di ruang keluarga, Arga, Danil, dan Intan sedang mengobrol seru. Bahkan mereka tidak menghiraukan keberadaan Aksa. Padahal mereka tahu, Aksa berada di depan pintu sambil duduk di kursi roda.

"Tante, om, kok kalian tidak menjemput Kak Aksa tadi di rumah sakit?" Tanya Iren, yang tidak tahu semuanya.

"Ngapain? Dia kan udah besar. Pulang dari rumah sakit gitu aja gak perlu jemput kalik. Manja banget." Sinis Intan. Hati Aksa mencelos perih.

"Hah? Tapi....."

"Kamu itu tahu apa tentang keluarga saya?!" Bentak Danil, marah. Arga hanya diam melihat pertengkaran di depannya. Dia sama sekali belum pernah melawan ucapan atau perintah dari kedua tuanya. Walau sebenarnya dia ingin melakukan itu. Tapi dia tidak cukup punya keberanian atas itu.

"Anda boleh membenci saya, tapi tidak dengan teman saya." Ucap Aksa, dingin. Rahangnya mengeras menahan amarah.

"Aksa, berani kamu melawan saya?!" Sentak Danil, hampir saja dia menampar pipi Aksa.

"Tampar Pa, bukannya papa ingin aku mati? Bahkan jika Aksa boleh memilih, Aksa lebih memilih mati dari kecelakaan kemarin, dari pada hidup bersama kalian." Tantang Aksa, serak. Arga menatap Aksa tajam disaat Aksa berkata seperti tadi.

"Apa yang lo ucapkan tadi?" Tanya Arga, sambil menatap kedua iris mata Aksa dengan tajam. "Harusnya lo bersyukur masih bisa hidup."

"Bersyukur? Apa yang harus gue syukuri? Melihat tawa lo bersama mereka? Melihat kebahagiaan lo bersama mereka? Apa melihat sikap pilih kasih mereka kepada kita?" Teriak Aksa, dia tersyungkur dari kursi rodanya.

"Sa...." Teriak Karel, Raka, Mona, dan Iren bersamaan. Aksa menepis tangan Raka dan Karel disaat mereka ingin membantunya berdiri.

"Gue bisa bangun sendiri. Cuma sakit kayak gini doang gue bisa ngadepin sendiri. Gue cuma sakit biasa, bukan lumpuh." Serkah Aksa, dingin. Air matanya luluh, menetes membasahi kedua pipinya.

"Seharusnya kamu bersyukur punya papa seperti saya, mau apa aja pasti saya berikan. Mau mobil? Ada. Mau makanan enak? Ada. Mau motor model terbaru? Ada. Apa yang tidak saya berikan kepada kamu?" Tanya Danil, dia berjongkok di depan Aksa. Bibirnya tersenyum sinis.

AKSA ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang