47. tentang persahabatan

1.8K 108 2
                                    

Mereka semua sudah sampai di hotel Leonald pukul 21.11 WIB. Setelah mandi, berganti baju, dan makan, mereka semua pergi ke festival yang sudah mulai dari sore tadi. Tapi puncak acaranya malam ini, pukul 21.35. Dan ini sudah pukul 22.00 WIB. Aksa menggegam tangan Mona, mereka berdua menghampiri para seniman lainnya.

"Kamu ikut acara ini?" Tanya Mona, sambil menatap wajah tampan Aksa.

"Tentu, dan aku sudah mengirimkan lukisanku lewat pos." Aksa tersenyum bangga. Mona mengangguk, dia menggegam tangan Aksa semakin erat.

"Aku takut terpisah dari kamu." Mona menyentuh lukisan laki-laki yang sedang memegang kuas.

"Dulu aku tidak terlalu menyukai seorang seniman, tapi sekarang aku tidak sekedar menyukainya, sekarang aku sangat mencintainya." Aksa tersenyum mendengar ucapan Mona.

"Sama, dulu aku juga tidak suka dengan seorang penulis. Bagiku dia sangat lemah dan alay. Dia selalu menuliskan kata dengan diksi yang membuatku jengah. Tapi karenamu, aku menyukainya. Semua itu tidak instant, karena mie yang katanya instant aja butuh di rebus supaya matang. Perlahan aku membeli komik, aku membacanya, mencoba memahami isinya. Jujur, aku menyukaimu sejak kamu menemuiku di rumah sakit. Tapi waktu itu aku bodoh, aku tidak menyadari perasaanku sendiri." Mereka berdua saling peluk di tengah-tengah keramaian orang. Meski maraknya Virus Corona, yang melihat festival ini juga sangat banyak. Tatapan mata Mona dan Aksa beradu, seakan mencurahkan rasa cinta yang mendalam.

Namun tiba-tiba terdengar suara musik yang mengalun. Membuat perhatian semua orang teralih melihat kearah penggung.

Dulu kita sahabat, berteman begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari
Dulu kita sahabat, berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu - kupu

Mona tertegun mendengar lagu itu. Lagu itu mengingatkan dirinya dengan Iren. Mona lupa jika Iren tinggal di daerah Jogja. Sedangkan dilain tempat, Iren menatap kakaknya, seakan meminta penjelasan.

"Itu apa kak?" Tanya Iren, tidak mengerti.

"Orang nyanyi." David sibuk melihat penampilan dari anak universitas gajah Mada. Dia melirik adiknya yang sedang berdiri di sampingnya dengan gusar.

"Maksud aku gak gitu." Geram Iren, kesal.

"Lalu?" Pancing David.

"Gak jadi." Iren membuang muka, seakan enggan menatap wajah kakaknya. Tanpa disangka dia melihat Aksa dan Mona.

Kini kita berjalan berjauh - jauhan
Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
Namun itu karna ku sayang

Mata Iren menatap Mona dengan sendu. Begitupun dengan Mona, mereka berdua saling tatap. Seakan memancarkan sebuah kerinduan.

Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu - kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Persahabatan bagai kepompong
Maklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagai kepompong
Na na na na na

"Untuk Mbak Iren dan Mbak Mona silahkan naik ke atas panggung." Suruh salah satu perempuan yang berada di atas panggung bersama teman-temannya.

"Aku?" Tanya Mona kepada Aksa.

"Menurut kamu?" Mona mendengus, dia berjalan menaiki panggung. Sepertinya Iren juga akan naik ke atas panggung.

Iren dan Mona saling tatap, tapi mereka tidak menyapa satu sama lain.

AKSA ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang