12.semoga kamu tidak menyesal.

2.9K 180 0
                                    

Disinilah mereka berdua berada, Aksa dan Mona sedang menikmati pemandangan di sore hari dari atas gedung sekolah. Tadi Mona ikut ekstra tari, setelah selesai latihan dia berniat melihat indahnya kota jakarta dari atas gendung, tapi dia tidak menyangka akan bertemu dengan Aksa disini.

"Gue mau nanya, kenapa kakak suka melukis?" Mona menatap Aksa, lekat. Dia menunggu jawaban yang keluar dari bibir cowok di sampingnya.

"Karena bagi gue lukisan itu adalah curahan hati seorang seniman. Seperti halnya dengan seorang penulis, penulis selalu menyurahkan isi hatinya melalui tulisan-tulisannya. Mereka akan terasa lega jika selesai menulis, seakan beban masalahnya sedikit menghilang. Begitulah dengan seorang pelukis, gue selalu merasa senang dan masalah gue seakan sedikit berkurang dengan gue melukis setiap hari." Aksa sedikit tersenyum dikala mengingat tentang kesehariannya yang selalu melukis.

"Kalau begitu, apa boleh aku menjadi objek lukisanmu? Aku yang menjadi peran utama di dalam sana." Mimik wajah Mona yang selalu cengengesan berubah serius.

"Maksud lo?" Aksa menaikkan satu alisnya. Matanya yang bagaikan elang menatap kedua iris bola mata milik Mona.

"Gue ingin masuk ke dalam Kehidupan kakak dengan menjadi kekasih kak Aksa." Tidak ada keraguan di setiap kata yang Mona lontarkan.

"Gue tidak akan pernah membiarkan itu terjadi." Rahut wajah bersahabat Aksa berubah menjadi dingin.

"Kenapa? Apa Kak Aksa nganggep gue bocah? Sampai Kak Aksa tidak mau menjadi kekasih gue." Mona menatap Aksa sendu.

"Tidak, lo akan hancur jika masuk kedalam kehidupan gue."Aksa enggan menatap wajah Mona yang terus menatapnya.

"Gue tidak perduli." Mona tipekan cewek yang sangat keras kepala. Dia akan melakukan apapun demi apa yang dia inginkan tercapai.

"Lo akan menyesal jika sudah masuk kedalam kehidupan gue. Karena sekali lo masuk, lo tidak akan pernah gue biarkan keluar dan pergi begitu saja." Aksa menatap dalam kedua manik mata kecoklatan milik Mona.

"Dunia gue hitam, sekali lo masuk, lo pasti akan tenggelam disana." Suara itu terdengar dingin dan menyeramkan. Hingga membuat Mona merinding.

"Dan gue tidak akan membiarkan lo masuk kedalam kehidupan gue. Lo cewek baik-baik, masih banyak cowok yang mau sama lo." Tolak Aksa dengan cara halus.

"Tapi gue maunya jadi kekasih Kak Aksa!" Suara Mona naik satu oktaf.

"Lo tidak pantas sama gue, lo itu pantasnya sama Arga, kakak gue." Mona menggeleng mendengar penuturan Aksa.

"Kak Arga memang lebih baik dari pada Kak Aksa. Tapi kalau gue mau-nya Kak Aksa yang jadi pacar gue, dia bisa apa?" Sontak perkataan Mona membuat Aksa terdiam.

"Lo yakin mau jadi kekasih gue?" tanya Aksa, menyeringai.

"Iya." Mona mengangguk cepat.

"Berarti lo sudah siap menderita bersama gue. Sekarang lo milik gue." Setelah bicara seperti itu, Aksa berjalan menjauh dari Mona.

"Yes...., akhirnya jadi pacar Kak Aksa juga." Mona berjoget-joget bagaikan orang gila.

"Ngapain masih disitu? Ayo pulang," Ajak Aksa. Mona hanya nyengir sambil menutup wajahnya, malu. Dia malu karena ketahuan Aksa joget-joget tidak jelas.

Diam-diam Aksa tersenyum melihat kelakuan Mona. Menurutnya cewek itu sangat lucu.

🔹🔹🔹

Aksa menarik sudut bibirnya keatas. Ternyata perlakuan baik mama dan papanya hanya untuk menarik simpati neneknya.

"Sa, Ga, nenek punya hadiah untuk kalian." Nenek Era menyelesaikan makannya. Dia tersenyum kepada kedua cucunya.

AKSA ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang