40. makan malam bersama

2K 125 0
                                    

Mona, Karel, Raka, dan Deby sedang berkumpul di rumah Dara. Tadi pagi badan Dara sangat panas, hingga membuat Karel panik.

Mona terus mengoceh bagaikan burung gagak. Dia bingung harus ngomong seperti apa kepada Aksa? Mama dan papanya mengundang Aksa makan malam di rumahnya, tapi dia tidak berani ngomong langsung kepada Aksa.

"Ini semua pasti gara-gara Karel semalam datang ke rumah Dara. Terus orang tua lo pengen Aksa seperti Karel. Benar gitu 'kan, Mon?" Mona mengangguk, dia membenarkan tebakan Raka yang seratus persen benar.

"Nah, Rel. Itu tuh gara-gara lo. Jangan restui Dara sama dia Mon." Karel mendelik mendengar ucapan Raka.

"Bukan salah Kak Karel. Kak Karel keren kok. Dia berani ngungkapin perasaannya buat Kak Dara langsung di depan Om dan Tante." Bela Mona, yang di balas dengusan oleh Raka.

"Nah, gue tuh cowok jentel men. Iya gak, Yank?" Karel menatap Dara yang sedang tiduran di kamar.

"Bodoamat, kepala aku pusing." Dara menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

"Jangan gangguin Kak Dara, kasihan dia." Bela Deby, sambil memegang kening Dara.

"Nah, cewek gue tuh emang perhatian. Kening aku gak kamu pegang Yank?" Tanya Raka, sambil tersenyum manis.

"Ngapain nyuruh aku megang? Kamu kan gak sakit. Kalau kamu gak sakit terus badan kamu panas, berarti kamu gila." Gelak tawa semua orang yang berada di situ memenuhi ruangan kamar Dara.

"Ck, gak peka banget kamu, yank. Namanya juga mau romantis." Decak Raka, sebal.

🔹🔹🔹

Bima dan Aksa berjongkok di sebelah kanan dan kiri pusaran Chindy. Mereka saling mendoakan. Setelah selesai, mereka berdua menaburkan bunga mawar dan melati ke atas gundukan tanah merah milik Chindy.

"Sekarang kita udah baikan, Chin. Semoga dengan ini kamu tenang disana." Bima mengusap bantu nisan yang bertulis nama Chindy lard.

"Iya, semoga lo tidak lagi hadir di mimpi kita dengan permintaan lo itu. Kita sudah baikan, gue juga udah move on dari lo. Sekarang ini ada hati gadis lain yang sedang gue jaga. Tapi lo tenang aja, lo tetap menjadi masalalu gue yang paling indah." Aksa mengusap batu nisan Chindy, berharap Chindy mendengar suaranya dan Bima.

"Mungkin gue yang belum bisa move on dari lo. Tapi lo tenang saja, gue disini bakal usaha cari pengganti lo. Dan perlu lo tahu, untuk saat ini nama lo masih bertahta paling dalam di hati gue." Gurat kesedihan jelas sekali terlihat dari kedua pancadam mata Bima yang sedikit memerah.

Aksa dan Bima saling tatap, kemudian mereka mengangguk bersamaan. Setelah hati mereka sedikit tenang, Mereka beranjak dari pusaran Chindy.

"Terimakasih, karena kalian sudah mengabulkan semua permintaanku. Sekarang aku bisa tenang."

Sontak Aksa dan Bima yang sedang berjalan menghentikan langkahnya. Mereka kompak menoleh ke pusaran Chindy. Hal mustahil yang mereka lihat adalah Chindy tersenyum kearah mereka berdua dengan baju sekolah yang dulu dia pakai saat kejadian naas itu terjadi.

Bima hendak berlari menghampiri Chindy, tapi Aksa menahannya. Perlahan tubuh Chindy menghilang dengan sendirinya.

"Ikhlasin dia, Bim." Pinta Aksa, pelan. Bima mengusap wajahnya kasar.

"Akan gue usahakan." Jawab Bima, ragu.

🔹🔹🔹

AKSA ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang