31.tentang hati

2.4K 148 0
                                        

Danil dan Intan saling tatap ketika melihat Aksa meneguk air putih dengan cepat. Aksa meletakkan kembali gelas yang airnya sudah tandas keatas meja makan. Peluh keringat menetes di sekitar wajahnya, bajunya juga ikut basah oleh keringat yang di hasilkan dari olahraga.

"Pa, Ma, aku mau ke mall. Kalian mau nitip apa?" Aksa duduk di meja makan, dia mengupas kulit pisang di depannya dengan santai.

"Hah?" Intan dan Danil kompak menatap Arga, namun Arga hanya menjawab dengan kedikan bahu.

"Aku mau beli jaket, kalian mau nitip apa?" Aksa mengulang pertanyaannya, kali ini lebih jelas.

"Gue ikut, Sa. Siapa tahu ketemu cewek cantik disana." Arga terlihat antusias ingin ikut ke mall bersama Aksa.

"Norak Lo bang. Mama sama Papa serius gak mau nitip apa gitu?" Tanya Aksa, dia beranjak dari posisi duduknya. Dia melempar-lemparkan heandpone miliknya ke udara, lalu menangkapnya kembali.

"Gak, mungkin papa." Jawab Intan, ragu.

"Gak, mungkin lain kali." Timpal Danil.

"Oke, aku siap-siap dulu." Aksa berjalan santai menaiki satu-persatu anak tangga menuju kamarnya.

"Aku juga siap-siap dulu." Arga berlari mengejar Aksa yang berjalan tidak jauh darinya.

"Apa Aksa sudah memaafkan kesalahan kita?" Tanya Intan, dengan mata masih menatap punggung kedua putranya.

"Entah," Jawab Danil, tidak tahu.

🔹🔹🔹

"Kalau mau beli jaket jangan yang warna putih bang, nanti kalau kotor kelihatan. Beli yang warna gelap aja." Saran Aksa, sambil mengambil jaket yang berwarna coklat gelap.

"Kalau gue beli jaket yang warna gelap, kegantengan gue gak kelihatan dong di mata cewek-cewek." Arga mengembalikan jaket putih yang dia pegang ke tempatnya. Aksa yang mendengar penuturan Arga mendengus pelan.

"Cewek-cewek kalau lihat Lo makai baju putih juga silau kalik. Badan Lo udah putih, terus Lo mau makai baju putih. Silau, men." Aksa dan Arga kompak tertawa. Terakhir meraka seperti ini ketika mereka masih kecil. Karena Aksa kecil tidak mengerti dendam, yang dia tahu adalah kedua orang tuanya lebih banyak menghabiskan waktu bersama abangnya.

"Mon, Karel suka yang warna apa?" Tanya Dara, sambil memegang jaket tebal berwarna kuning.

"Mana aku tahu. Itu kan gebetan kakak." Jawab Mona, malas. Ini semua gara-gara Dara. Dia datang ke rumahnya, dan menyeretnya ikut ke mall untuk menemani dia belanja.

"Calon sayang kuh. Aku sama dia belum jadian." Dara tersenyum kepada Mona.

"Alah, pokoknya kalau kalian jadian jangan lupa sama jasa-jasaku. Gara-gara kakak sama Kak Karel, aku di tuduh pacar aku selingkuh." Mona menekuk wajahnya, kesal.

"Uluh, uluh, jangan ngambek dong. Entar kakak traktir teh manis di pinggir jalan." Dara mencolek dagu adik sepupunya, dia mencoba menghibur Mona yang sedang bersedih.

"Kok teh manis pinggir jalan? Anak kolongmerat tapi dompet melarat." Cibir Mona.

"Heee..., Bercanda kalik Mon. Nanti kakak traktir kamu es krim rasa coklat kesukaan kamu." Mendengar kata es krim keluar dari bibir Dara, membuat mood Mona yang sempat hilang kembali lagi.

"Oke, let's go. Udah kan milih jaketnya?" Tanya Mona, matanya melirik jaket tebal berwarna kuning yang berada di tangan kanan Dara.

AKSA ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang