Kening Aksa maupun Arga mengerut dikala melihat perhatian mamanya. Malam ini keluarga Leonard sedang mengadakan makan malam bersama. Tapi ada hal aneh yang Aksa rasakan. Kedua orang tuanya tiba-tiba perhatian kepadanya.
"Jika mama sama papa perhatian sama aku cuma hanya untuk mendapatkan harta nenek dan kakek, ambil semua hartanya, aku tidak perduli. Aku lebih benci orang munafik dari pada orang jahat." Jelas Aksa, anarkis. Tatapan matanya menjurus tajam, tepat di kedua manik mata orang tuanya.
"Makan dulu, nanti Papa sama Mama jelasin." Suruh Danil. Arga yang sedari tadi diam juga ikut bingung dengan tingkah baik kedua orang tuanya kepada Aksa.
"Serigala berubah baik hati itu mustahil." Gumam Aksa, tangannya sibuk menyendok nasi. Bibir Aksa tertarik keatas. Drama apalagi yang akan mamanya perbuat nanti? Dirinya sadar, mamanya sedari tadi melihatnya dengan mata berkaca-kaca.
Semua orang sudah selesai makan. Intan membawa semua piring kotor kedapur. Dia tidak berniat mencucinya, kakinya berjalan cepat menuju meja makan kembali.
"Ikut papa ke ruang keluarga." Suruh Danil, dia menggandeng tangan Intan menuju ruang keluarga.
"Lo pasti tahu rencana mereka?" Tuduh Aksa, sambil melirik Arga dengan tatapan mata sinis.
"Andai gue tahu rencana mereka, gue tidak akan penasaran seperti ini." Arga berjalan duluan, dia meninggalkan Aksa yang sedang menatap sinis punggungnya yang kian menjauh.
Di ruang keluarga, Aksa dan Arga duduk di sofa single. Sedangkan Danil dan Intan duduk di sofa panjang. Danil menghela nafas berat. Sedangkan Intan lebih memilih menundukkan kepalanya dengan perasaan cemas.
"Kalau gak ada yang mau di omongin, aku mau langsung ke kamar." Ucap Aksa, hendak beranjak dari posisi duduknya.
"Bentar, Sa. Duduk bentar." Pinta Danil. Dia berjalan keluar dari ruang keluarga, lalu dia kembali lagi dengan beberapa barang.
"Nih..." Aksa menerima sebuah foto hitam putih hasil USG seseorang.
"Papa tahu kamu bingung dengan semua ini. Begitupun dengan kamu, Ga. Waktu itu kalian berusia 5 tahun. Kalian masih kecil, mama dan papa sangat menyayangi kalian." Danil menjeda ceritanya. Arga dan Aksa hanya diam, menunggu kelanjutan cerita dari papanya.
"Mama kamu waktu itu hamil 7 bulan. Hasil USG itu menunjukkan bahwa kalian akan mendapatkan adik perempuan. Tapi hal yang tidak di inginkan terjadi. Waktu mama kalian ingin menyuapi Aksa makan, Aksa terus berlarian. Lantai yang semula baru mama kalian pel, dan tentunya masih licin, membuat mama kalian terjatuh ketika ingin mengejar Aksa. Papa yang sedang membeli rujak untuk mama kalian bersama Arga, telat membawa mama kalian ke rumah sakit. Hingga membuat mama kalian keguguran dan tidak bisa hamil lagi karena kandungan mama kalian bermasalah." Jelas Danil, hal itu membuat air mata Intan mengalir deras.
"Kami terpukul atas meninggalnya adik kalian yang kehadirannya sangat kami nanti. Kami sangat menginginkan anak perempuan. Dari kejadian itu, kami menyalahkan Aksa, dan menyimpulkan bahwa Aksa adalah pembunuh." Danil menatap Aksa yang sudah berkaca-kaca.
"Hari-hari kami terus kami gunakan untuk membenci kamu, Sa. Dan menganggap bahwa Arga adalah anak satu-satunya yang kami miliki." Pernyataan yang Danil berikan membuat nadi Aksa seperti di iris menggunakan kaca. Sebegitu bencinyakah kedua orang tuanya kepadanya? Hingga tidak menganggapnya ada.
"Tapi setelah nenek kalian meninggal, dan kami menemukan gambar berserta surat dan keterangan ini, kami sadar, bahwa kami salah." Danil memberikan selembar buku gambar dan surat yang dirinya pegang kepada Aksa. Di atas buku gambar putih itu, ada coretan pensil yang menggambarkan sepasang orang tua yang sedang menggandeng anak laki-laki dengan senyum mengembang. Sedangkan di belakang keluarga bahagia itu ada anak laki-laki yang sedang menatap mereka dengan tatapan nanar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSA ( Complite)
Подростковая литератураAKSA LEONALD!! Cowok itu memiliki arti sebuah mata. Seperti artinya yang sangat indah, Aksa Leonald adalah cowok tampan yang memiliki sejuta pesona. Aksa memiliki kegemaran yang tidak semua orang tahu, yaitu melukis. "Kata orang cinta itu indah, tap...