30.kasih sayang.

2.4K 155 0
                                    

Entah ada apa hari ini? Tumben Aksa mau mengambil buku paket di perpustakaan. Dengan wajah datar Aksa berjalan beriringan dengan Yuda.

"Awas...." Teriak Yuda, membuat Aksa yang sedang melihat tumpukan buku yang dia bawa mendongak ke atas. Aksa ingin berlari, tapi langkahnya terlambat. Bola basket itu sudah mengenai kepala gadis di depannya.

Aksa menjatuhkan semua buku-bukunya ke lantai. Dengan wajah khawatir, Aksa menggendong gadis itu, gadis yang tidak lain adalah Mona. Semua anak XII menatap Mona khawatir dan takut. Mata elang Aksa menatap mereka dengan sorot mata marah.

"Anjir...., Buku sebanyak ini masa gue sendiri yang bawa?" Yuda memungut semua buku paket yang berada di lantai dengan kesal. Pasalnya satu buku diambil, satu buku di tangannya jatuh. Hingga membuat emosinya naik ke atas ubun-ubun.

🔹🔹🔹

Sudah hampir 2 jam Aksa menunggu Mona di UKS, tangannya tidak lepas bertaut dengan tangan Mona.

"Kapan lo sadar?" Aksa menggosok-gosokkan telapak tangannya dengan telapak tangan Mona.

Hari ini adalah hari sial untuk Mona, karena selain kepalanya terkena bola basket, hari ini petugas yang bertugas di UKS juga tidak berangkat.

Baru saja Aksa ingin beranjak dari kursinya. Tiba-tiba Aksa mendengar erangan kecil dari bibir gadis di depannya.

"Gu_gue dimana?" Mona memegang kepalanya sendiri, rasanya kepalanya sangat berat saat ini.

"Lo udah sadar?" Aksa mendekat kearah brankar Mona. Tangannya memegang kepala Mona yang tadi terkena bola.

"Kepala Lo masih sakit? Atau badan Lo masih lemas?" Pertanyaan yang Aksa lontarkan kepadanya, membuat air mata Mona berderai. Dia memeluk Aksa spontan.

"Jangan pergi, jangan pergi, jangan pergi. Jangan pergi, kak. Aku takut, aku takut kehilangan kakak." Aksa mematung mendengar permohonan dari gadis di depannya.

"Aku berani bersumpah, aku sama Kak Karel gak main belakang. Aku sungguh sayang sama kakak. Kak, jangan pergi." Mona mencoba bangun dari posisi berbaringnya. Dia menatap sendu kedua iris mata Aksa.

"Kakak adalah duniaku. Saat kakak pergi, duniaku seakan ikut berhenti. Aku mungkin bisa hidup tanpa kakak, tapi hatiku akan kosong tanpa hadirnya kak Aksa. Kak, aku mohon jangan pergi. Tetaplah disini bersamaku." Bibir Mona bergetar, air matanya berderai. Ruangan putih susu menjadi saksi air matanya. Aksa hanya diam dengan tatapan kosong.

"Entah gue harus percaya dengan mata gue sendiri, atau kata-kata lo itu?" Aksa membuka mulutnya, helaan nafas kasar terdengar di telinga Mona.

"Apa kamu masih tidak percaya dengan aku kak?" Tanya Mona, dengan sorot mata sendu.

"Dulu mungkin lo menjadi orang yang sangat gue percayai. Namun sekarang, untuk percaya sama lo itu susah." Aksa berjalan mundur, tatapan khawatirnya tadi entah hilang kemana.

"Gue ke kelas dulu, lo istrahat aja dulu disini." Aksa berjalan keluar UKS, kakinya melangkah menuju kelasnya.

Tok..., tok....

Aksa mengetuk pintu kelasnya dengan pelan. Dia meninggalkan Mona sendiri di dalam UKS. Aksa takut hatinya terketuk ketika mendengar penjelasan Mona yang belum tentu benar

AKSA ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang