TIGA BELAS

17.8K 795 11
                                    

Happy Reading

***

Teriakan itu membuat Netta tak sungkan masuk ke dalam kelas itu dan langsung menghampiri gadis itu. Sempat tertangkap juga keterkejutan Satya olehnya, tetapi langsung ia membiasakan kembali seperti semula.

"Semoga aku gak mimpi." Aulia terus menepuk pipinya, menyadarkan bahwa baru saja Satya menyentuh dahinya. Berapa luar biasa halus jarinya walau itu sebuah sentilan maut.

Netta yang jengah akan tingkah Aulia
memutar bola matanya malas, ia berjalan melewati Aulia tapi sebuah tangan mencekalnya membuat si empunya berhenti dari gerakan berjalannya.

Satya, ya dia yang mencekal tangan
Netta. Ia menaikan satu alisnya dengan isyarat bahwa ia bertanya seperti 'Mau kemana?' walau tidak secara gamblang netta mengerti apa yang Satya tanyakan. Netta menunjukan apa yang ia pegang dan Satya paham betul dan mengangguk sebagai tanda izin.

Di sana pemuda yang ingin ia hampiri sedang berkutat dengan buku dan pensil yang sedang ia pegang, tampaknya ia serius mengerjakan dengan betul betul.  Netta melihat sisi lain dari pemuda itu, yaitu Adam yang merupakan si wakil ketos. Netta menyerahkan jaket pemuda itu yang sempat ia pinjamkan padanya yang saat ini di balut tas kain berwarna pink.

Adam mendongak untuk melihat siapa pemilik tangan mungil itu, ternyata Netta. Seperti yang ia duga bahwa gadi itu akan mengembalikannya hari ini. Adam menerima uluran tangan itu dan mengambilnya.

"Thanks." ucap Netta sambil melepaskan tas itu.

"Hm." jawabnya dengan sangat datar dan dingin.

Tak ada percakapan lagi setelah itu, netta langsung meninggalkan Adam karena mata Satya tak hentinya menyoroti ke arah Netta. Dan gadis tahu, bahwa ia tak boleh lama-lama berada di sana, maka dari itu ia segera menghampiri Satya.

"Kantin?" tanya Netta pada Satya.

"Hm." angguknya pada Netta.

Baru selangkah mereka berjalan, Aulia berbicara,  "Nett ikut ya. " gadis itu tak ingin melepaskan kesempatan berlian. Ia tak akan berhenti di tengah jalan, karena perjuangannya sudah sampai sini, maka ia tak boleh berhenti begitu saja.

Akan ia pertaruhkan sampai akhir hayatnya. Apa? akhir hayatnya? Haha.. Tentu saja kan tadi Satya telah menyentuh keningnya. Ralat, menyentil bukan menyentuh. Tapi Aulia bersikeras menyimpulkan bahwa itu adalah kode Satya untuknya.

Netta yang di mintalan izin malah menatap Satya yang sepertinya terganggu dengan keberadaan gadis itu, namun jika ia menggamblangkan ucapanya pada gadis itu akan menjadi rumit masalahnya.

"Hm."

"Yess! Ayo!"

Netta berjalan berdampingan dengan satya, sedangkan Aulia mengekori dari belakangnya. Apalah dia yang hanya upik abu di mata mereka. Eh?!  Enggak deng, kan dia calonya Satya! Masa upik abu sih. Yang cocok untuk dirinya adalah tuan putri yang amat cetar! Haha.

Sesampainya di kantin yang di penuhi oleh lautan manusia yang sedang berbondong mengisi perutnya dengan makanan. Akhirnya Satya memutuskan untuk duduk di meja kantin pojok yang kebetulan kosong.

Satya berdiri dan berkalan untuk memesan makanan untuk mereka makan namun lagi lagi gadis itu menghentikan langkahnya, "Kak Sat, ikut ya." namun yak ada respon dari Satya, alih-alih pemuda itu meneruskan langkahnya yang sempat terhenti.

Namun bukan Aulia jika patah semangat setelah dapat ketidakpastian yang menjalar di statusnya, eh enggak deng bercanda. Gadis itu mengekori Satya dan berusaha mengimbangangi langkahnya yang panjang.

Dengan tak luput dari para siswi seantero sekolah yang berbisik-bisik sembari menatap ke arah satya dengan tatapan memuja, dan mendelik jengkel pada gadis yang berada di dekatnya. Dan Aulia memanfaatkan itu, ia memperpendek jaraknya dengan Satya dan tersenyum miring sembari mengangkat kepalanya sedikit, mengangkuhkan diri karena mungkin dari sekian lautan para gadis hanya dirinya yang bisa berada di sampung Satya.

Membayangkan bisa berada di posisi itu membuat Aulia menahan sesuatu yang berada di perutnya, seperti ada kupu kupu yang berterbangan di dalam perutnya, menggelitik dirinya sehingga membuat dirinya sendiri tersipu malu.

Bagaimana tidak, ia bisa sedekat ini dengan Satya yang membuat iri hari para gadis yang melihatnya. Seorang most wanted yang terkenal akan dinginya, dan irit kata kepada siapaun dengan terkecuali Netta. Siswa di sana merasa ingin sekali berada di dekatnya, namun apa daya mereka yang hanya bisa menyimpan coklat dan bunga atau semacamnya di kolong meja dan lokernya Satya.

Ya, memang benar! Setiap hari pasti kolong mejanya maupun lokernya penuh dengan surat, saparan, coklat, bunga, dan hadiah hadiah yang lainya. Sebagai pertanda bahwa mereka sangat mengagumi Satya sedalam dalamnya, memang ada beberapa yang berterus terang di hadapanya, namun ia menanggapinya dengan biasa saja. Tidak hanya di sini, bahkan di sekolah tetangga atau sekitarnya mengetahui pemuda berparas bak dewa yunani itu yang di pada saat di ciptakan, tuhan membisikan kata sempurna saat membuatnya.

Sebenarnya bukan hanya dirinya saja yang di kagumi oleh para siswi sekolah ini, namun Adam juga banyak di kagumi. Tapi tetap saja satya selangkah lebih maju dari padanya. Jika di ibaratkan Satya 60% dan Adam 40% begitu kira kiranya.

Netta yang tak suka melihat jika ada banyak hadiah di kolong meja dan lokernya, menjadikan Satya yang jadi mempunyai rutinitas opsih hadiah itu. Lalu memberikanya kepada teman sekelasnya yang di terima dengan senang hati.

Melihat Aulia dan Satya berdiri berdampingan seperti itu membuat netta cemburu, karena bagaimana pun satya adalah miliknya. Netta memang agak posesif, tapi tak se-posesif Satya padanya.

"Tapi, gue harap semua bisa berubah. " ucap Netta pada dirinya sendiri sambil menatap ke depan dengan pandangan kosong.

Entahlah, kira-kira seperti itu yang di ucapkannya. Ada arti tersembunyi di setiap kalimat yang diungkapkan namun sulit untuk di artikan.

"Pesen apa? " tanya Satya dingin pada gadis itu tanpa melihat ke arahnya dan tetap fokus menatap ke menu.

"Samain aja." ucap Aulia riang dengan menatap s
Satya penuh harap, tersenyum dengan sangat lebar seakan tak ada hari esok untuk dirinya kembali tersenyum seperti itu.

Satya berpikir mengapa gadis ini ikut jika ingin di samakan? Merepotkan saja. Namun ia tak bisa mengungkapnya karena mungkin itu akan menimbulkan masalah.

Beberapa pasang mata menyaksikan interaksi yang sempat terjadi pada dua pasang sejoli berbeda gender itu, rasa tak rela dan iri hati menebar di hatinya. Lihat saja, perhitungan akan datang! Cukup sudah gadis itu saja yang setiap harinya menempeli Satya, tidak dengan gadis yang lainya.

"Ganjen banget tuh cewek."

"Idih, sok senyum manis gitu."

"Liat aja, setelah kita buat perhitungan sama dia. Apa dia bakalan bisa senyum semerekah itu lagi? "

Mereka tertawa dan di akhiri senyuman sinis dan meninggalkan area kantin yang sangat memang menyumpekan itu.

~~~

Tbc

D

i wajibkan selalu untuk VOTE & COMMENT! Share ke temen kalian juga yang suka baca wattpad ya❤❤

Kalau ada tyoo koreksi ya💕💕💕

Sankyu:*

Brother and Sister [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang