EMPAT PULUH DUA

13.7K 727 84
                                    

Akhirnya kalian pada keluar, kayanya kalian harus di tekenin dulu kayak gini baru pada keluar😂bukan apa-apa, tapi saya kayak seolah nulis tapi gak berarti aja kalau kalian gak turut andil berpartisipasi sama cerita ini😭Tapi ngeliat comment di chapter sebelumnya saya seneng banget❤

Coba biasa in deh, jangan cuma baca doang. Maksudnya bukan ke saya doang ya, tapi ke penulis lain juga😊mereka udah capek-capek nulis bahkan sampe bergadang cuma buat nyelesain ceritanya, tapi masalahnya kalian gak ada respon apapun bikin authornya gak semangat lagi nerusin ceritanya😩

Please jangan jadi siders 🙏

Dan jangan pernah bosen buat VOTE & COMMENT oke.. ☝ Saya update tergantung sama semangat kalian loh... 💕💕💕

Kalo ada typo koreksi😊saya gak ralat ulang soalnya. Semoga chapter ini lebih dari chapter kemaren 🙏🙏🙏

Tetap semangat💕Enjoyyyyy😘

Happy Reading!!

***

Brakk

Pintu di dobrak keras, sehingga sekarang menampilkan pemuda yang saat ini sedang mematung melihat apa yang ia saksikan sekarang.

"Ta.... " lirihnya dengan suara gemetar.

Satya menghampiri netta dengan langkah yang pelan namun pasti, ia melihat darah yang membanjiri selimut netta.

Jangan bilang..

Satya cepat-cepat mengambil dan melihat pergelangan tangan netta yang ternyata gadis itu sudah memutuskan nadinya bahkan sangat dalam, di tangan satunya lagi terdapat kaca yang tajam sedang ia genggam.

Pendarahan di pergelangan tangan netta sangat banyak, hingga kini selimut tebal berwarna putih itu telah terlumuri oleh darah.

Nafas satya tercekat melihat itu.

"Gak mungkin netta ngelakuin ini... Gak mungkin!!! " teriak satya histeris.

Aulia yang melihatnya pun tak kalah terkejut, ia masih tak percaya apa yang netta perbuat hingga sejauh ini.

Gadis itu menyentuh tangan satya, "Kak kita harus cepet-cepet bawa netta ke rumah sakit kak.

Satya masih diam.

"Kak! " kali ini aulia berusaha menyadarkan satya.

Satya yang sadar langsung berjalan cepat ke arah lemari netta dan mengambil dasi sekolahnya di sana, dengan tergesa satya menghampiri netta.

Ia mengikat dengan erat pergelangan tangan gadis itu agar tidak mengeluarkan darah semakin banyak, jika netta mengeluarkan darah lebih banyak maka nyawanya tidak akan tertolong lagi.

Semoga saja ini dapat membantu agar darahnya berhenti, satya dengan cemas menatap wajah netta yang berangsur menjadi pucat.

Aulia mendekat ke arah netta dan menyibak selimutnya, tak ada lagi yang netta lakukan selain tangannya. Syukurlah.

Ya, satya akan segera membawa netta ke rumah sakit. Pemuda itu langsung menggeser posisi aulia, gadis itu terhuyung dan jatuh.

Aulia meringis dan menatap satya yang tak menoleh ke arahnya. Gadis itu tersenyum kecut, dari dulu sampai sekarang.. Ia memang tak mempunyai tempat di sana. Tidak akan pernah.

Satya dengan cekatan langsung membopong netta di pangkuanya dan turun ke bawah.

"Aulia!! Bawa kunci mobil di kamar!! " teriak satya.

Brother and Sister [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang