LIMA

29.6K 1.4K 30
                                        

Happy Reading

***

Melihat gelagat Netta, sebenarnya Satya juga mengerti, namun ia hanya ingin Netta yang mengatakan langsung padanya. Ia mengusap surai Netta dengan menatapnya hangat, rasanya jika tak melakukan gerakan apapun akan terlalu seperti mengintimidasi.

"Itu bang, boleh gak Netta pulangnya bareng temen-temen?" gadis itu meminta izin pada Satya, pemuda itu mengangkat sebelah alisnya, namun kemudian ia tersenyum lalu mengacak surai Netta dengan sayang, dan selanjutnya Satya mengangkat dagu Netta dengan tangannya.

"Tegang amat, kayak mau foto ktp aja." melihat Netta yang memang agak tegang membuat Satya ingin mencairkan suasana, memang setiap kali Netta ingin pulang atau hanya seadar main dengan temannya Satya tak mengijinkan, menurutnya itu tak akan aman.

Gadi itu berucap pelan namun dapat di dengar oleh Satya, "Takut abang gak ngijinin. "

Satya terkekeh, "mau kemana? " tanyanya sangat ingin memastikan.

"Main keluar, nanti juga boleh sekalian main ke rumah dulu? " jelas Netta.

"Rumah siapa? " tanya Satya sengaja menggoda Netta.

"Ke rumah, bang." balas Netta dengan sabar.

"Oh, yaudah abang temenin." putus Satya.

Sudah Netta duga inilah yang akan terjadi, Netta tau bahwa abangnya itu ingin menjaga dirinya, terlalu posesif memang, namun mau bagaimana lagi? toh Netta tak bisa mengubahnya kan.

Pasalnya ia ingin bebas sehari saja, maksudnya bukan tanpa Satya. Tapi Netta ingin bersama temanya di alam terbuka dan tidak di kawal dengan si kapten ini. Lebih baik ia mengurungkan niatnya saja, dari pada harus hangout dengan cctv yang tak berhenti memantau apa saja yang ia lakukan, ditambah lagi pasti teman temannya akan merasa risih.

"Yaudah, kayaknya gak jadi deh bang, kita pulang aja. " ajak Netta dengan mengurung niat awalnya.

Satya mengeryit, terlihat jelas Netta mengurungkan niatnya karena dirinya, satya sepenuhnya sadar bahwa ia terlalu mengekang Netta, tapi itu yang ia perlu lakukan agar adik kesayangannya itu terjaga dengan aman dan selalu dalam pantauannya.

"Di mana temen-temen kamu?" tanya Satya.

"Temen siapa?" tanya anetta kembali heran.

"Temen-temen kamu sayang " ucap Satya sambil merangkul pundak Netta yang tentunya lebih pendek darinya.

Jika sudah di perlakukan selembut itu, kegugupan Netta kadang berkurang dan menjadi lebih baik. Satya yang melihatnya senang, setidaknya hanya dia yang bisa menenangkan adiknya tersayang.

"Ada di toilet." cicit Netta namun masih bisa di dengar jelas oleh Satya.

"Yaudah kita ke sana, tapi bentar abang ke ruang guru dulu bentar kamu tunggu di sini." ucap Satya.

Netta mengangguk saja dengan ucapannya Satya. Dia menatap punggung Satya yang mulai hilang di belokan koridor depan.

"Udah gue duga kan, gue gak bakal di ijinin sendiri." gumamnya.

Tiba-tiba ada yang menepuk pudaknya dan Netta mau tak mau terlonjak kaget akan tepukan yang tiba tiba itu.

"Eh.. Sorry, lo liat satya? " ucap pemuda yang menepuk pundak Netta.

Netta berbalik dan melotot melihat pemuda itu, dan segera menyingkirkan lengan cowok itu di pundaknya.

"Lo?! " Adam tidak tahu bahwa itu adalah cewek aneh itu.

Brother and Sister [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang