Mungkin ada begitu banyak alasan mengapa mengucapkan halo terasa begitu mudah dibandingkan selamat tinggal. Begitu juga aku, memiliki sebuah alasan mengapa tidak ingin mengucapkan keduanya.
-Hello and Goodbye-
...
Setiap orang memiki tujuan hidup masing-masing. Bukan hanya hidup, tapi begitu juga dengan menentukan impiannya dan berpikir tentang dunia melalui caranya sendiri. Meskipun ada yang merasa saling bertolak belakang tapi selagi hal itu tidak merugikan orang lain bukannya tidak apa-apa?
"Onii-san, bangunlah ini sudah jam sepuluh, kau mau hibernasi berapa lama lagi hah?"
Taka Aoki. Entah untuk berapa kali cowok berusia belasan tahun itu menggoyangkan tubuh abangnya yang masih saja terbaring di dalam kamar. Mata bundar yang terkenal dengan pandangan tenangnya itu masih saja terpejam seakan begitu larut dalam mimpinya. Menyebalkan? Sangat. Onii benar-benar seperti orang mati jika sudah tertidur, bahkan dengan adanya guncangan gempa bumi pun tidak cukup bisa membuatnya terbangun.
"Onii-san, kau bisa kena marah dengan Ayah kalau tidak bangun sekarang juga!"
Nihil, bukannya bangun dan membuka mata, cowok dengan umur selisih delapan tahun lebih tua dari adiknya itu hanya mengerang, membalikkan badan menghadap dinding seraya memeluk bantal persegi panjang yang harusnya berada di kepala. "Nande?" tanya pemilik suara bass itu dengan lemas seraya menggaruk belakang kepalanya yang terasa gatal.
Kedua bahu cowok berkacamata itu terangkat lalu menekan hidung abangnya dengan jail. Sontak Takumi menepis tangan anak yang masih duduk di bangku SMP itu dengan kuat, begitu oksigen tidak lagi masuk ke dalam tubuhnya. Takumi membulatkan mata, bangun dari tidurnya. "Apa kau ingin membunuh onii-mu hm?"
Tanpa wajah berdosa Taka tertawa pelan, berhasil membuat Takumi ingin melayangkan bantal ke wajah sok polos itu. "Maaf," Taka masih saja tertawa, jari telunjuk itu terangkat begitu membenarkan kacamata yang terlihat turun dari batang hidungnya. "Aku tidak tahu ada apa yang pasti ada orang asing di rumah kita."
"Orang asing?" Takumi mengerjapkan mata, memerhatikan nuansa kamar yang dipenuhi berbagai poster dan album lagu itu sejenak lalu mengernyit heran, usai dari menguap. "Siapa?"
"Perempuan, sebaya denganmu," ucap Taka singkat, mata cokelat itu terangkat mencoba mengingat gadis yang ia temui di lantai bawah. "Kurasa bukan artis, aku belum pernah melihat wajahnya dimanapun. Tapi yang aku heran kenapa dia membawa keluarganya juga?"
"Bukan dia yang membawa keluarganya, tapi keluarga kita yang membawa gadis itu dan keluarganya ke rumah," jelas Takumi, memasang wajah datar, bangkit dari tempat tidur dengan kesal seraya memerhatikan jam dinding yang bergantung di atas pintu. "Padahal aku ada perlu dengan Masaki hari ini. Menyebalkan sekali."
"Onii-san."
Takumi menghentikan langkah, dengan wajah mengantuk dan handuk yang bergantung di leher terpaksa laki-laki itu menoleh belakang, memerhatikan kembali Taka yang berdiri di tengah-tengah kamar. "Apa benar onii akan menikah?"
Sebelah sudut Takumi terangkat sinis, bagaimana bisa Taka yang begitu pintar bisa menanyakan hal bodoh seperti ini? Orang dewasa mana yang sudah meracuni pikiran polos anak kecil ini? "Mana mungkin 'kan? Aku tidak berminat."
"Kenapa?" tanya Taka, terdiam dengan setengah pandangan menerawang. "Padahal aku ingin punya kakak perempuan."
Takumi menggeleng, berjalan menghampiri sejenak lalu tersenyum simpul, mengacak rambut adik kecilnya itu. "Kau sendiri sudah tahu alasannya, aku tidak mau menyusahkan orang-orang. Jadi berhentilah bertanya hal-hal bodoh seperti itu, aku mau mandi dulu, mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello and Goodbye [J-Lit]
Любовные романы(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Ayumi dalam hidupnya adalah menikah dengan Takumi Aoki. Takumi yang pendiam, terlihat tenang...