Terkadang kau tersenyum dengan manik mata yang terlihat begitu sedih. Semua itu karena masih ada sisi lain dari hatimu yang belum bisa kau perlihatkan, bukan?
Mirai - kobokuro
-Hello and Goodbye-
...
Tempat yang familiar kini terasa berbeda bagiku
Karena sebenarnya pandanganku telah berubah
Kata 'murni' atau 'jujur' terlanjur bermakna buruk bagiku
Pasti karena dari dalam diriku telah muncul sifat jahat.
Lagu Mr. Children - Inori mengalun indah, para penonton yang kini berbaris itu melambaikan tangan kanan kiri mengikuti irama bersamaan dengan light stick di tangan.
Malam yang hening, melankolis, dimana semuanya seakan termakan nuansa lagu yang begitu menusuk ke hati.
Kuputuskan untuk melupakan
Namun kembali terkenang
Semuanya tetap sama, tak peduli berapapun usia bertambah
Hal yang kuingin tak pernah hilang dariku
Satu demi satu memberikan rona pada jalur hatiku
Dari belakang panggung tampak Takumi menghela napas panjang, cowok yang telah selesai mengenakan pakaian serta riasan panggungnya kini duduk menghadap sekotak roti di hadapannya.
Tidak selera. Padahal dirinya masih harus meneguk butiran pahit itu dan memasukkan segala jenis gizi dalam tubuh. Tapi jika seperti ini, bagaimana dirinya bisa? Sementara dirinya masih ada tersisa setengah jam untuk manggung.
"Takumi-kun?"
Tanpa menoleh ke arah sumber suara sebenarnya Takumi sudah tahu siapa yang memanggilnya. Ayumi? Ya, benar. Selain telinganya yang perlahan mulai bisa menyesuaikan suara gadis itu tampaknya dirinya juga tidak perlu repot menoleh begitu memerhatikan pantulan gadis itu melalui kaca rias yang cukup lebar di hadapannya.
Kedua alis Takumi terangkat, masih saja memerhatikan sekotak roti di hadapannya dengan harapan ada niat untuk memakannya, dan nihil, bahkan hanya dengan melihatnya saja perutnya seakan penuh sekarang.
"Kenapa tidak dimakan?" tanya Ayumi penasaran. Secepat mungkin Takumi memejamkan mata begitu gadis itu memerhatikan wajah Takumi dengan dekat lalu menyentuh dahi lebar itu dengan telapak tangannya. "Sudah tidak panas. Tapi apa tenggorokanmu pahit atau semacamnya?"
Takumi menggeleng pelan. Untuk hal kecil seperti ini saja gadis itu sudah panik sekali, bagaimana dengan nanti? Untuk hal-hal yang jauh lebih besar daripada ini?
Pasti gadis itu akan cemas setengah mati bukan?
Belum sempat Takumi ingin meraih roti, sontak Ayumi menggeleng, menahan lengan Takumi lalu meronggoh tas sandang cokelatnya. Terdengar heboh, entah apa yang gadis ini bawa sungguh Takumi tidak tahu.
"Untung aku bawa bubur instan kan? Hehe..." Bungkus makanan diletakkan atas meja. Tampak kemasan plastik berwarna kuning itu menampilkan gambar semangkuk bubur beserta topping yang tersedia. Kali ini rasa ayam.
"Sekarang kita tinggal cari air panas," Bibir bawah Ayumi terangkat, diedarkannya pandangan pada setiap sudut ruangan panggung. Tidak perlu membutuhkan waktu yang lama kini gadis itu tersenyum kemenangan seraya membawa mangkuk bubur tersebut.
"Selesai!" Takumi mengernyit, menerhatikan mangkuk plastik kuning tersebut. Aneh? Ya lumayan. Meskipun instan tapi percayalah ini pertama kalinya dirinya memakan makanan seperti ini. Dari bau? Diam-diam Takumi mengendus, ya lumayanlah.
"Sebentar, aku masukin dulu bumbunya," Entah untuk berapa kali Ayumi menahan lengan Takumi. Suara teriakan 'ah!' dari Ayumi mendadak saja terlontar begitu dengan Takumi yang memejamkan mata, tak cukup dengan itu juga menutup penglihatannya dengan sebelah tangan.
"Ah! Bumbunya Takumi!" Mata Ayumi membulat, memerhatikan salah satu bumbu sayuran yang tertera di atas bubur putih tersebut. "Ada daun ah!"
Seledri. Takumi menahan napas melanjutkan dalam hati, parah sekali.
"Maaf maaf," Secepat mungkin gadis itu meraih sumpit lalu memisahkan daun-daun yang nyaris saja bercampur tersebut. "Takumi tunggu sebentar ya, aku pisahkan dulu."
Drttt... drrt...
Takumi menunduk, dironggohnya hp dari celana hitam sejenak lalu memerhatikan kontak yang baru saja menghubunginya. Takumi terdiam seketika, diliriknya Ayumi yang tengah fokus memisahkan daun seledri dengan bubur lalu bangkit, menjauh beberapa langkah dari gadis tersebut.
Reina. Setengah mendesis dirinya memerhatikan nama kontak tersebut. Bodoh, bagaimana mungkin dirinya lupa untuk memblokir nomor ini? Oh ayolah! Dirinya bodoh sekali!
"Moshi moshi," ucap Takumi datar, memerhatikan jam tangan, masih ada lima belas menit, Masaki dan Ryuji juga belum selesai untuk persiapan di panggung.
"Apa kabarmu Takumi?" tanya dari seberang, terdengar begitu lembut dan melengking. Sungguh nada yang jauh berbeda dibandingkan Ayumi, dan demi apapun dirinya masih menyukai nada milik Ayumi.
"Berhenti mengganggu hidupku dan jangan hubungi aku lagi," ucap Takumi tegas, tanpa ingin mendengar balasan dari seberang secepat mungkin ia menekan tombol merah, memutuskan percakapan.
"Ayumi-chan!"
Panggilan ini...
Sontak Takumi menoleh ke arah kiri. Masaki, cowok dengan rambut yang dicat berwarna kecokelatan untuk sementara ini kini berjalan, menghampiri Ayumi yang tengah sibuk dengan makanan di depan meja rias.
Mata bundar Takumi melirik tajam.
"Bisa tolong benarkan ujung rambutku? Sepertinya berantakkan akibat kipas angin tadi."
Dan sudah Takumi duga, si polos Ayumi akan berbaik hati membantu cowok itu. Masaki mencondongkan tubuh tersenyum senang dibantu dengan Ayumi yang kini memrgang ujung rambut laki-laki itu mencoba untuk membenarkan.
Sedangkan Takumi? Perlahan kedua tangan itu tergepal erat, digenggamnya hp dengan kuat lalu berjalan menuju meja rias, menyambar semangkuk bubur masih dengan daun seledri yang begitu berantakkan di sana.
Ayumi yang merasakan kehadiran Takumi kini menoleh belakang, sambil membenarkan letak rambut Masaki. "Takumi-kun, tapi itu buburnya..."
Tanpa peduli, Takumi langsung menyambar. Didaratkannya tubuh ke kursi rias seraya memasukkan bubur itu ke mulut dengan cepat tanpa berbicara.
Di balik kepala yang menunduk itu, diam-diam Takumi memejamkan mata begitu potongan daun seledri meluncur di tenggorokkannya.
Untuk kesekian kalinya dirinya berpikir, berusaha apapun menghindar maka kenyataan akan jauh lebih menyedihkan dibandingkan apapun.
Ya, jauh lebih pahit dan menyakitkan dibandingkan rasa sakit itu sendiri.
___
Thanks for reading! I hope you enjoy it!
Silahkan vote, spam comment, share wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello and Goodbye [J-Lit]
Romance(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Ayumi dalam hidupnya adalah menikah dengan Takumi Aoki. Takumi yang pendiam, terlihat tenang...
![Hello and Goodbye [J-Lit]](https://img.wattpad.com/cover/186757169-64-k255708.jpg)