Aku adalah orang yang selalu dikira kuat padahal tidaklah sekuat kenyataannya, aku hanya memendam. Ya, memendam rasa sakit itu hingga lupa bagaimana cara untuk bahagia.
-Hello and Goodbye-
...
"Oniisan!"
Taka. Anak kecil berumur sembilan tahun itu tidak hentinya menyebut 'oniisan' dari mulutnya. Kaki kecil itu terus berjalan menyusuri rumah seraya mencari sosok abangnya tersebut.
Menyebalkan. Perlahan Taka mengembungkan pipi, menyusuri halaman belakang rumah seraya membenarkan letak topi putih yang berfungsi untuk menghalanginya dari sinar matahari. Padahal dirinya sedang bermain petak umpet bersama Takumi tapi kenapa hingga satu jam dirinya belum bisa menemukan abangnya itu?
Apa mungkin Takumi diam-diam meninggalkannya dan latihan band kembali?
"Oniisan!" Hilang sudah kesabaran, kini anak kecil itu berteriak untuk menemukan abangnya. Secepat mungkin langkah kaki kecil itu menuju rumah, melepaskan topi yang sedari dikenakan lalu melemparkannya dengan asal-asalan.
Rumah tampak hening, meskipun besar sungguh rasanya sayang sekali apabila tanpa penghuni. Ya, jika adapun paling-paling hanya Takumi dan dirinya di rumah ini. Sedangkan otosan dan okaasan? Ya, menggeluti profesi yang tidak jauh dari dunia artis berhasil membuat keduanya memiliki kegiatan yang begitu padat.
"Aku menyerah!" teriak Taka, menyusuri rumah. Ruang tamu, ruang tengah, begitu juga dapur. Nihil masih saja tidak berhasil menemukan abangnya itu.
"Aku di kamar!" balas suara bass yang sedari tadi dicari oleh anak kecil tersebut. Tanpa basa-basi lagi secepat mungkin Taka menyusuri anak tangga, dibukanya pintu kamar yang berada di sebelah kamarnya dengan kuat berhasil menampakkan tubuh tegap abangnya yang tengah berbaring di atas ranjang.
"Oniisan!" Taka mengembungkan pipi, setengah kesal anak laki-laki itu memukul tubuh abangnya dengan kuat berhasil membuat laki-laki dengan jaket abu-abu yang membaluti tubuhnya itu tertawa pelan, sesekali berguling menghindari hantaman dari gepalan tangan kecil itu. "Aku mencarimu di bawah dan kau enak-enakan tidur di sini!"
"Maaf maaf hahaha..." Takumi tertawa pelan, merasa adiknya sudah tenang, cowok itu mengulurkan tangan, mengusap puncak kepala kecil itu dengan lembut. "Tiba-tiba aku tidak enak badan. Coba rasa dahiku kalau tidak percaya, panas 'kan?"
Takumi meraih tangan kecil Taka lalu meletakkan di dahi. Panas, sungguh anak kecil itu merasakan sensasi panas pada telapak tangannya. Kesal, lelah, dan ketakutan, tanpa sadar anak kecil itu menggigit bibir bawahnya tampak menahan getaran disana. "Oniisan... maaf."
"Hei hei," Takumi menggeleng, beruntunglah ini hari libur. Selain tidak semakin merusak absensi kelas, dirinya juga bisa beristirahat seharian sekarang. Dirinya yang tadi berbaring terlentang kini menghadap kanan, memerhatikan adiknya. Anak kecil ini kenapa cengeng sekali?
"Kenapa menangis hah?" tanya Takumi mengangkat sebelah alis, pandangan meremehkan tidak dapat dihilangkan dari mata bundar itu seraya mengusap pipi kecil milik adiknya. "Tidak ada yang perlu ditangiskan disini."
"A-aku menuduhmu sembarangan," gumam Taka menunduk, jari-jari kecil itu memainkan ujung kaos kuningnya dengan rasa bersalah. "Kupikir onii meninggalkanku untuk latihan band."
"Bodoh," umpat Takumi setengah mendaratkan jitakan ke kepala kecil itu dengan ringan. Lalu menepuk pipi itu dengan jari telunjuk meminta untuk berhenti menunduk. Takumi tersenyum sinis begitu begitu kepala kecil itu terangkat. "Mana mungkin aku bisa meninggalkan adikku sendirian. Hei, bisa bantu aku ambilkan obat-obatan, kompres, dan masker? Uhh... kakiku lemas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello and Goodbye [J-Lit]
Romance(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Ayumi dalam hidupnya adalah menikah dengan Takumi Aoki. Takumi yang pendiam, terlihat tenang...
![Hello and Goodbye [J-Lit]](https://img.wattpad.com/cover/186757169-64-k255708.jpg)