HELLO AND GOODBYE 40

85 9 0
                                    

Aku lelah, meskipun ada rasanya ingin tapi tetap tidak bisa menyerah. Dan  karena itu aku harus meyakinkan diriku dengan suatu hal. Ya, suatu hal yang benar-benar membuatku berpikir untuk memertahankannya atau melepaskannya.

-Hello and Goodbye-

...

Semua orang memiliki cinta hanya saja tidak semua orang mampu mengungkapkannya. Ada seseorang yang mampu menunjukkannya secara terang-terangan tanpa harus diminta dan ada pula seseorang yang mengubur rasa itu dalam-dalam, tanpa menunjukkannya.

Sama juga dengan memertahankan dan melepaskan. Ada seseorang yang memertahankan cintanya dengan susah payah dan ada pula yang melepaskan perasaan itu dengan mudah. Seperti mengerjapkan mata dapat dilakukan dengan cepat.

"Hanya ini? Tidak ada yang lain?" tanya Masaki, laki-laki dengan kemeja krim dan celana hitam itu memegang kemudi mobil dengan erat, sesekali memerhatikan jalanan begitu juga dengan Ayumi di sampingnya. Seperti biasa, tampak cantik dengan kesederhanaannya dan begitu manis dengan sikap lembutnya.

Ayumi mengangguk, membenarkan letak jepitan bunga pada rambut, serasi dengan warna pakaian begitu juga rok selutut yang dikenakannya. "Aku hanya ingin memerhatikannya, menentukan perasaanku yang sesungguhnya."

"Baiklah," Kecepatan gas ditambah, dengan sigap Masaki membawa laju mobil ke arah lokasi syuting Takumi.

Pantai yang dipadukan dengan langit dan laut biru, benar-benar cocok untuk kepribadian seorang Takumi bukan?

Perlahan kedua sudut bibir Masaki terangkat puas, direnggangkannya kedua tangan begitu mobil dihentikan. "Yash! Ayumi kita sudah sampai. Jangan lupa bawa-"

Masaki mengernyit seketika, bangku samping yang tadinya diduduki oleh seseorang kini tampak kosong sekarang. Secepat mungkin Masaki mengalihkan pandangan, menggeleng pelan, memerhatikan Ayumi yang sudah keluar dan berjalan membawa bekal makanannya.

Sungguh, gadis itu benar-benar keras kepala.

____

Takumi...

Ayumi berjalan cepat, mencengkram totebag yang berisi kotak bekal dengan erat. Diperhatikamnya jam tangan sejenak sebelum benar-benar sampai menuju lokasi syuting. Pantai tidak begitu ramai, meskipun ini masih di musim panas setidaknya sudah ada beberapa wilayah kecil yang dikhususkan untuk keperluan syuting. Tiga menit sebelum hari beranjak siang dan jangan sampai dirinya terlambat menyerahkan bekal dan beberapa butir vitamin ini pada Taku...

Langkah pemilik sepatu biru muda itu terhenti seketika. Ayumi menahan napas, mata itu tidak mengerjap begitu sesampainya di lokasi syuting. Takumi, Reina, kedua orang ini sedang berada di dalam adegan...

"Berhentilah melihatnya, matamu bisa rusak nanti," Sebelah telapak tangan lebar sontak  menutupi pandangan Ayumi. Masaki? Sungguh Ayumi tidak tahu, pikirannya kosong sekarang. Harusnya ia tahu ada adegan dimana si pemeran utama mencium lawan mainnya. Tapi siapa yang menyangka jika melihatnya secara langsung rasanya menyakitkan seperti ini? Sakit, benar-benar sakit.

"Cut! Finish!"

Suara tepuk tangan tersengar begitu kuat, suara teriakan senang terdengar sebagai tanda menyelesaikan setiap adegan cerita. Masaki yang berada di belakang Ayumi kini membalikkan tubuh gadis itu dan mendekapnya dengan erat.

Ditutupnya telinga Ayumi dengan telapak tangan memerhatikan wajah kecil gadis itu yang kini berhadapan dengannya. Mata bulat itu terpejam, menahan getaran tubuhnya yang tidak dapat dikendalikan.

"Tunggu, kau Ayumi?"

Masaki mengangkat kepala, semakin menutup telinga Ayumi drngan erat. Mata bulat yang selalu tampak ceria itu kini menyipit tajam, memerhatikan seseorang di hadapannya.

Takumi? Ah ya, Masaki tersenyum sinis, melihat sahabatnya itu yang menatapnya setengah tidak percaya. "Sejak kapan kalian berdua dat-"

"Sejak kau mencium Reina dengan hangat," jelas Masaki cepat. Suara itu terdengar datar, sedatar ekspresi yang ia perlihatkan pada Takumi. Masaki meraih totebag dari tangan Ayumi lalu menyodorkannya pada Takumi. "Dia ingin mengantarkanmu bekal dan memastikan perlakuan seperti apa yang ia dapatkan darimu sekarang."

"Ayumi..."

Masaki membalikkan badan, merangkul bahu Ayumi dengan sebelah tangan seraya menyeka sudut mata gadis itu dengan pelan. Tubuh Takumi kaku seketika begitu kelihat tubuh kecil gadis itu kini telah berada di dalam rangkulan seseorang.

Masaki, laki-laki itu begitu melindungi. Sungguh berbeda dengan apa yang ia lakukan pada Ayumi.

Masaki menghentikan langkah, dengan jarak yang cukup jauh dirinya menoleh belakang, memerhatikan Takumi dengan tajam. "Jangan pernah mendekatinya lagi, Takumi."

____

Thanks for reading! I hope you enjoy it!
Up :25.05.2020

Hello and Goodbye [J-Lit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang