Ketika aku datang kamu berlalu untuk pergi, ketika ku ingin mengucap selamat tinggal lagi-lagi hadirmu meminta untuk menetap di hati.
-Hello and Goodbye-
...
Selain keluarga, mungkin hal paling menyenangkan di dunia ini adalah ketika memiliki sahabat. Dengan adanya sahabat kita merasa dianggap ada, kehadiran diakui begitu juga tidak merasa sepi.
Ya, setidaknya itulah menurut Ryuji. Namun untuk orang di hadapannya ini? Entahlah, dirinya tidak yakin, apalagi Takumi bukan yang jujur dalam mengungkapkan perasaannya.
"Kucingku keracunan ahaha..." Takumi tertawa datar, wajah bundar yang tampak pucat itu kini hanya bisa terbaring lemas seraya memerhatikan Ryuji yang duduk di kursi plastik samping tempat tidurnya. Menyebalkan, hari sudah siang dan dirinya masih saja terkapar di atas ranjang. Kucing Ryuji yang semalam harusnya keracunan malah dirinyalah yang seperti keracunan sekarang.
Ryuji tertawa tanpa suara, melipatkan kedua tangan ke dada seraya menyandarkan punggung di kursi plastik berwarna hijau tersebut. "Kenapa tidak menelpon dokter hm? Aku dengar dari Ayumi kau pulang larut malam-ah bukan malam, tapi pagi sepertinya-dan setelah dia bangun tidur dia melihatmu yang sudah terkapar di sofa."
"Ayumi terlalu melebihkan," ucap Takumi, meraih satu bantal putih di sampingnya lalu menumpukkan dengan bantal miliknya agar terlihat tinggi. Ya, mengingat dirinya tidak bisa dimasukan makanan dalam satu hari ini maka sudah dipastikan kepala ini tidak akan berfungsi dengan baik.
Mata bundar terpejam sejenak begitu bayangan gelap melintas dari pandangannya. "Aku hanya ketiduran di sofa waktu itu."
"Lalu dia menemukanmu hampir pingsan ketika ingin menuju kamar mandi," sambar Ryuji cepat, melengkapi kejadian tadi pagi. "Apa itu yang kau bilang terlalu melebihkan Takumi? Harusnya kau beruntung tidak mati disaat seperti ini."
"Ah ya benar juga," Takumi tertawa datar kembali, diraihnya selimut tebal yang berada di kaki begitu merasakan buku kuduknya terasa merinding.
"Jaga kessehatanmu, Bodoh," umpat Ryuji berhasil membuat kepala Takumi tertunduk begitu sebuah gepalan tangan menjitak puncak kepalanya. "Berhentilah berpikir dan bersikap yang aneh-aneh jalani saja hidupmu seperti biasanya."
"Seandainya bisa mungkin aku akan melakukannya Ryuji," ucap Takumi menerawamg, entah untuk berapa kali laki-laki itu mengerang behitu rasa mual sekaligus pusing mendadak bersarang di kepalanya. Ryuji mencondongkan tubuh meraih minyak dengan aroma mint lalu memberinya kepada Takumi. Takumi memejamkan mata, menghirup aroma mint itu sedalam-dalamnya untuk menghilangkan rasa sakit yang mendadak saja menguasai tubuhnya.
"Aku melakukan hal konyol sejauh ini karena tidak ingin menyakiti Ayumi, kau harus tahu itu," tekan Takumi setengah kesal, suara bass lembut itu mendesis setengah memukul ranjangnya begitu rasa kesal mendadak memenuhi suasana hatinya. "Jadi jangan pernah menghalangi rencanaku," ucap Takumi, menahan napas, ditrlannya ludah begitu merasakan tenggorokannya tercekat.
Ryuji yang melihat keadaan sahabatnya itu kini menggeleng pelan. Ya, dirinya memang sudah dengan sikap Takumi yang selalu saja berada di luar dugaannya. Tapi jangan lupa pula sikap bukanlah jauh lebih dari yang diduga sebelumnya. "Kau yakin apa itu benar-benar keinginanmu "
Takumi mengeleng, dengan pandnagan setrngah menerawang laki-laki itu menahan napas, berusaha mungkin menahan sesak yang menghantam bagian dadanya. "Tidak. Tapi aku harus tetap melakukannya "
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello and Goodbye [J-Lit]
Romance(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Ayumi dalam hidupnya adalah menikah dengan Takumi Aoki. Takumi yang pendiam, terlihat tenang...
![Hello and Goodbye [J-Lit]](https://img.wattpad.com/cover/186757169-64-k255708.jpg)