Setiap manusia tumbuh dari rasa sakit dan aku yang seperti ini berusaha menikmati hal-hal tersebut.
-Hello and Goodbye-
...
Setiap manusia tumbuh dari rasa sakit. Tidak peduli seberapa kuat manusia itu berlari maka rasa sakit akan dengan senang hati terus datang menghampiri, menghadang, dan memeluk kita dengan erat.
Ya, adakalnya kita harus mencoba menerima agar menjadi jauh lebih dewasa dengan cara menjadikannya pelajaran tapi di sisi lain? Tidak sedikit pula orang yang menyerah akan karenanya dan berjalan ke sisi gelap karena tenggelam oleh rasa sakit tersebut.
Dan jujur saja, Takumi sendiri tidak mengerti dirinya sedang berada di arah mana. Dirinya seperti berada di sebuah perbatasan, antara gelap dan terang, malam dan siang, serta kesedihan dan kebahagiaan.
"Kau terlihat kacau siang ini, ada masalah?"
Bola mata cokelat Takumi terangkat, dirinya yang baru saja menghempaskan tubuh di sofa studio latihan band kini terpaksa mengangkat kepala begitu mendengar suara bass yang tidak asing di hadapannya. Ryuji, seperti biasa, cowok yang kini tampak melepaskan sandangan gitar bass nya itu meraih sebotol air mineral lalu mengangkat kedua alis dengan penasaran.
Sebelah sudut bibir Takumi terangkat memerhatikan Ryuji yang berdiri beberapa langkah darinya. "Tidak perlu di pikirkan, aku bisa menyelesaikannya sendirian."
"Apa itu terkait dengan Ayumi-chan? Kau tidak menyakitinya 'kan?" tanya suara khas Masaki. Sontak Ryuji menoleh, menyipitkan kedua mata dengan tajam begitu juga dengan Takumi, mata bundar itu seolah mengatakan berhentilah-memanggil Ayumiku-seperti-itu-atau-kau-akan-kujadikan-pick-gitar-Ryuji.
Nihil, Masaki tidak mengerti. Cowok yang sedang membenarkan senar gitarnya itu kini memasang wajah polos, duduk di salah satu kursi kecil seraya mengangkat kedua alis. "Ada apa dengan mata kalian? Apa sedang kelilipan?"
"Tidak," jawab Ryuji cepat, memalingkan wajah berusaha menghafal lirik bagian rap untuk lagu di album terbaru nanti.
"Tidak ada hubungannya dengan Ayumi," tekan Takumi, menyandarkan punggung ke sisi sofa seraya melipatkan kedua tangan ke dada. Dipejamkannya mata sejenak sebelum menghilangkan rasa penasaran dari kedua sahabatnya. "Masih ingat Reina?"
Ryuji dan Masaki yang tadi sibuk dengan kegiatannya masing kini menoleh seketika. Sontak saja suara desisan terdengar dari keduanya dan benar saja, sudah Takumi duga kedua orang ini benar-benar menunjukkan permusuhan dengan gadis berambut sepinggang itu.
Reina yang tidak pernah dilirik oleh orang-orang ketika masa sekolah kini sebaliknya akibat bergabung menjadi keluarga besar keduanya...
Reina yang selalu saja mendapat tatapan sekaligus perilaku tidak menyenangkan pada akhirnya menjadi sebaliknya begitu dirinya, Ryuji maupun Masaki berusaha mati-matian untuk melindungi...
Dan terakhir...
Ya, hal paling menyebalkan adalah ketika sudah beranjak kuliah, tepat di kuliah seni gadis itu mengkhianati semuanya, tidak lagi menganggapnya keluarga kedua ketika sudah bertemu dengan teman-teman barunya.
Ah ya, jangan lupa pula gadis menyebalkan itu jauh lebih memilih untuk berpacaran dengan Senior terkenal dan memutuskan hubungannya dengan Takumi tanpa penuh pertimbangan.
"Sepertinya aku sudah lupa jika kau tidak kembali mengungkitnya," ucap Ryuji tidak peduli, mengetuk jari di lututnya seperti menciptakan musik di dalam kepalanya.
"Ah, Reina orang gila yang menjadi mantanmu itu ya?" tanya Masaki, meletakkan gitar di sudut dinding studio lalu menggeser kursi, memberi jarak yang begitu dekat untuk ketiganya. "Ada apa? Apa dia menyesal?"
"Dia menyesal atau tidak bukan urusanku," ucap Takumi tidak peduli. Dikenakannya tudung jaket berwarna hitam itu begitu merasakan pendingin ruangan ini seakan menusuk setiap pori-pori lehernya. "Yang menjadi masalahnya Rin membawa makhluk itu ke rumahku sekarang."
Mata Ryuji membulat seketika, pena yang berputar digenggamannya kini dihentakkan di meja dengan kuat. "Apa yang di pikirkan gadis bar-bar itu hah?!"
Masaki menggurutu, pelan. "Meskipun bar-bar kau juga pernah naksir dengannya Ryuji."
"Berisik kau Masaki," umpat Ryuji, berhasil membuat si menyebalkan Masaki tertawa pelan.
Ryuji mendesis. "Jadi apa yang dilakukan gadis itu di rumahmu hah? Dia tidak berbicara pada Ayumi yang aneh-aneh bukan? Kau harus tahu mulutnya itu benar-benar haishhh..." Ryuji menggertak geram. Diacaknya rambut pirang itu dengan penuh kesal seolah mencoba mengendalikan emosinya agar seperti semula. "Sial, aku benar-benar geram jika mengingatnya."
"Dia terus mengikuti Rin. Mengambil keuntungan dari kepopuleran gadis bar-bar itu," ucap Takumi tenang, sungguh berbeda dengan Ryuji dengan hawa gelapnya dan Masaki yang tertawa seperti anak-anak. "Yah, mengingat Ayumi dan dia dulu pernah bersahabat, aku hanya berharap semoga manusia menyebalkan itu tidak ikut campur dalam urusan rumah tanggaku."
"Kau gila! Bagaimana bisa Ayumi yang polos dan gadis dengan seribu wajah itu..." Mata Ryuji kembali menbulat, secepat mungkin Takumi bangkit dengan tenang, lalu menepuk kedua bahu sahabatnya itu dengan pelan sebagai tanda agar kembali untuk latihan.
Masaki menoleh belakang, memerhatikan punggung tegap Takumi yang mengambil gitar akustik di sudut dinding. "Hei Takumi, jujur saja sedari awal aku mulai ragu, apa benar kau bisa membahagiakan hidup Ayumi?"
Tanpa menoleh ke arah Masaki sebelah sudut Takumi terangkat sinis. Dibenarkannya letak mic yang sedikit turun, lalu memunggungi kedua sahabatnya yang masih saja duduk itu. "Aku bisa membahagiakannya atau tidak itu bukan urusanmu, Masaki."
"S-sial!" desis Masaki, suara geseran kaki kursi besi berbunyi. Belum sempat ingin mencengkram pemilik jaket hitam itu sontak Masaki menoleh belakang begitu tangan lebar seseorang mencengkram pundaknya dengan kuat, begitu kuat dan berhasil membuatnya menoleh seketika.
Ryuji menyipitkan mata dengan tajam berhasil membuat Masaki menunduk, bergumam tanpa suara.
"Ryuji, Masaki..." panggil Takumi pelan, kedua sudut bibir itu terangkat samar berhasil membuat Ryuji maupun Masaki mengernyit heran.
"Apa kalian mau membantuku? Sepertinya ada hal penting yang harus kuselesaikan dengan cepat."
___
Thanks for reading! I hope you enjoy it! ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello and Goodbye [J-Lit]
Romans(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Ayumi dalam hidupnya adalah menikah dengan Takumi Aoki. Takumi yang pendiam, terlihat tenang...