HELLO AND GOODBYE 01

588 46 8
                                    

Kita tidak akan tahu kapan takdir mempertemukan kita. Namun yang pasti takdir selalu membawa kita dari satu pertemuan hingga ke pertemuan selanjutnya.

-Hello and Goodbye-

...

Suara dentingan piano canon melantun indah, suasana dalam aula dengan tinggi menjulang itu kini tampak khidmat dipadukan dengan para peserta undangan yang mengenakan setelan jas dan dress dengan warna beragam. Potongan karpet merah dibentangkan mulai dari pintu aula hingga menuju panggung pernikahan.

Takumi Aoki. Pria berusia dua puluh tahun yang tengah berdiri di tengah panggung itu tampak menahan napas menunggu kehadiran seorang gadis dari ambang pintu aula. Cahaya kamera dan para reporter yang berbicara seolah ikut meramaikan pesta kini tidak dapat dihindarkan atau mungkin sudah biasa?

Ya tentu saja, kamera dan keramaian sudah menjadi teman akrab laki-laki itu karena seingatnya tanpa kamera bahkan tanpa penggemar dirinya bukanlah siapa-siapa. Dirinya bisa hidup karena ada seseorang yang menyentuhnya, mengajak berbicara dengannya bahkan memberikan cinta tulus yang begitu banyak untuknya. Jika tidak ada hal seperti itu bagaimana bisa dirinya hidup dengan sempurna?

Takumi Aoki yang begitu tampan dengan wajah bundarnya, Takumi Aoki yang begitu manis dengan senyuman dan titik kecil hitam yang menghiasi dagunya. Dan satu hal terakhir, jangan lupa pula seorang Takumi yang selalu tampak tenang dalam situasi apa saja.

Perlahan kedua sudut bibir itu terangkat, sorot mata takjub terlihat begitu jelas disorot oleh kamera berhasil membuat siapapun yang melihat seolah begitu menikmati suasana khidmat yang tercipta di balik aula dengan nuansa putih dan biru muda tersebut.

Perlahan cowok bermata bundar itu mengulurkan tangan disambut dengan jari lentik dari seorang gadis yang menjadi pasangan hidupnya. Ayumi Fujita, kini resmi sudah gadis itu menyandang nama Ayumi Aoki dalam hidupnya.

Ya, seorang gadis sederhana kini menjadi salah satu bagian keluarga Aoki yang begitu terkenal. Terlebih lagi dirinya berpasangan dengan Takumi Aoki? Secepat mungkin Takumi menggenggam tangan gadisnya jauh lebih erat begitu merasakan tubuh pasangannya limbung tersandung anak tangga.

"Berhati-hatilah," gumam Takumi, berbicara tanpa suara.

Ayumi yang dengan tinggi tubuh seleher pasangannya itu kini mengangkat kepala, menyatukan kedua alis dan menyengir. "Gomen."

Kedua sudut bibir Takumi terangkat lembut, kini sampai keduanya berada di altar pernikahan, berhadapan satu sama lain dan mengucapkan janji yang terikat untuk selalu ada sehidup semati.

Hidup dengan sempurna bersama dengan pasangan yang sempurna, mungkin memang mustahil rasanya. Tapi siapapun yang melihat keduanya pasti akan merasakan hal yang nyata terlebih lagi Takumi yang selalu menjadi idola para gadis muda mungkin harus diadakan hari patah hati sedunia khusus untuk para penggemarnya.

Ya, setidaknya itulah yang orang di luar sana pikirkan.

Menyenangkan. Benar-benar menyenangkan.

Plats!

Siaran televisi dimatikan, berhasil membuat gadis dengan rambut sebahu yang sedang menonton kini tersentak, ditolehkannya kepala ke belakang mencoba memerhatikan seseorang yang entah merebut remote di hadapannya dengan tiba-tiba.

"Takumi-kun?" gumam Ayumi nyaris tanpa suara. Kedua mata bulatnya mengerjap begitu memerhatikan seseorang yang kini telah menjadi suaminya sekarang. Siapapun tidak ada yang menyangka 'kan gadis biasa seperti dirinya bisa berpasangan dengan artis terkenal? Seperti mimpi dan keajaiban, bahkan percayalah Ayumi sendiri masih tidak menyangka mulai dari seminggu yang lalu hingga selama-lamanya dirinya akan hidup bahagia bersama laki-laki ini.

Takumi yang begitu tenang...

Takumi yang terlihat ramah dengan orang-orang di sekelilingnya...

Dan seorang Takumi yang begitu kuat hanya dengan caranya...

Kedua sudut alis Takumi menurun, sorot mata bundar yang dikenal dengan kesan tenangnya kini terasa tajam, memerhatikan layar hitam televisi yang tidak lagi menunjukkan siaran ulang terkait tentang pernikahan keduanya.

"Ah," Kedua sudut bibir Ayumi terangkat puas, bangkit dari sofa begitu melihat setelan pakaian suaminya. Kaos dengan jaket biru tua yang menyelimuti tubuh tegap Takumi dan jangan lupa pula satu hal yang menjadi ciri khas Takumi adalah menyandang tas gitarnya ketika sedang ada jadwal konser dimanapun. "Sini biar kubenarkan kerah jaketmu."

Plats!

Belum sempat menyentuh, tangan Ayumi terlebih dahulu ditepis oleh pihak lawan. Ayumi terdiam seketika, gadis itu menahan napas lalu memerhatikan Takumi yang masih saja berdiri di hadapannya. "Taku..."

"Berhenti bersikap seperti itu, aku tidak menyukaimu mengerti?" ucap Takumi datar, mengalihkan pandangan seolah tidak berminat melihat wajah gadis di sampingnya.

Masih tercengang, mata bulat Ayumi mengerjap sebelum kembali ke dunia nyata. "Tidak menyukaiku? Bukannya kita sudah menikah? Takumi-kun juga menyetujui..."

"Hm," gumam Takumi sebagai pertanda iya, titik kecil hitam di dagu itu bergerak begitu menahan geramannya. "Secara teknis kita memang sudah menikah, kau istriku dan aku suamimu. Tapi di luar dari itu, kau bukan siapa-siapa. Silahkan urus diri kita masing-masing."

"Kenapa?" tanya Ayumi tanpa suara.

Seolah mengerti dengan apa yang diucapkan Ayumi, Takumi melirik sejenak lalu menghela napas panjang, dimasukkan tangan ke dalam saku celana sebelum benar-benar berjalan meninggalkan rumah. "Seharusnya kau tanyakan hal itu pada keluargaku. Sudah, aku pergi dulu."

Secepat Ayumi berjalan, berdiri di ambang pintu rumah lalu melambaikan tangan tanpa peduli apakah cowok itu akan membalasnya atau tidak. "Itterashai!"

Selesai sudah tugasnya, Ayumi membalikkan badan, kembali masuk seraya menekan tombol power pada remote televisi. Berita pernikahan antara dirinya dan Takumi masih saja disiarkan, baik reporter, para undangan maupun dirinya dan Takumi yang memiliki acara terlihat begitu bahagia.

Ya sangat bahagia. Bahkan lihatlah, dirinya seorang Ayumi Aoki bisa melemparkan sebuket bunga tanpa sedikitpun rasa beban yang menumpu pada pundaknya.

Kau bukan siapa-siapa.

Perlahan Ayumi tertunduk, dipeluknya kedua lutut dengan erat seraya memerhatikan Takumi yang tampak begitu bahagia dari layar televisi sana, cowok itu sama seperti dirinya yah... meskipun tidak juga sebenarnya.

Jika dirinya benar-benar bahagia dengan pernikahan itu maka Takumi sebaliknya. Ya, cowok itu sungguh bertolak belakang darinya, kalau sudah begini bagaimana dengan bayangan hidup bahagia selama-lamanya?

Bodoh. Perlahan Ayumi tertawa datar, diusapnya wajah lalu mematikan layar televisi sebelum kembali pada rutinitasnya. Bagaimana bisa dirinya lupa kalau hidup bahagia hanya ada di imajinasi semata?

____

Thank's for reading! I hope you enjoy it! 

26.08.19

Hello and Goodbye [J-Lit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang