Selama seseorang hidup, maka seseorang akan menanggung rasa penyesalan yang tidak pernah dapat dihindarkan.
-Hello and Goodbye-
...
"Maaf," gumam Takumi menerawang, memerhatikan langit-langit kamar Taka tanpa mengerjap. Diletakkannya kembali handuk kecil basah ke dahi seraya memejamkan mata begitu bayang hitam lagi-lagi melintasi pandangannya, berhasil membuat kepalanya seakan terasa begitu berat dan berputar. "Tapi tidak seharusnya ibu bersikap seperti tadi. Aku sudah banyak menyakitinya dan Ibu jangan menambah rasa sakitnya lagi."
Perempuan paruh baya yang meletakkan obat-obatan sekaligus segelas air mineral ke arah nakas kini memerhatikan anaknya. "Ibu cemas denganmu dan harusnya Ayumi menjagamu dengan baik. Ah ya, bahkan dia tidak tahu bagaimana kondisi tubuhmu yang sebenarnya 'kan?"
"Dia tidak tahu karena aku tidak pernah memberitahunya. Dia tidak pernah bersamaku ketika bekerja karena aku ingin dia beristirahat. Dia memberikan semua hal yang aku impikan sedari dulu tapi aku menepis semua itu karena aku tidak ingin menyakitinya," jelas Takumi menerawang tanpa menoleh ke arah okaasan.
Biarkan, terserah okaasan ingin berpikir seperti apa namun yang pasti dirinya sudah lelah sekarang. Lelah menahan segala bentuk kesalahpahaman sekaligus kesakitan yang selalu dilakukannya. "Dia tulus, baik dengaku, dan aku harap okaasan jangan pernah berpikiran buruk tentangnya."
"Takumi..."
Kesal, Takumi menoleh, menatap tajam, penuh penekanan. Tampak perempuan paruh baya itu seolah ingin memaksanya. Entah memaksanya untuk tinggal disini atau hal lainnya namun yang pasti membuatnya tidak nyaman. "Seandainya, okaasan menyesali semuanya. Silahkan perbaiki semuanya kepada Taka. Jangan biarkan adikku kesepian dan perhatikan dirinya jauh lebih dalam. Jika adikku senang maka aku akan senang. Bukan seperti ini," tekan Takumi tak lama mengalihkan pandangan, menahan napas. "Tolong biarkan aku beristirahat sebentar."
"Baiklah," Pintu kamar kini tertutup rapat. Hening, benar-benar hening. Takumi mengedarkan pandangan, diraihnya handphone di meja seraya menegakkan posisi tubuhnya. Dibiarkannya selimut biru menyelimuti kaki dan rasa hangat mengambil alih, meskipun cuaca hari ini panas, meskipun seluruh pakaian yang ia kenakan dapat menghangati tubuhnya namun entah mengapa tetap saja di dalam tubuhnya seolah terasa dingin, begitu dingin hingga menusuk setiap ruas tulang punggung ini.
"Oi Takumi!"
Suara dari seberang terdengar jelas melalui speaker handphone dan seperti biasa seakan tidak pernah terjadi, Takumi menunduk, ditelannya ludah begitu merasakan ada bagian mengganjal tepat di tenggorokan. Terasa begitu sakit, hingga membuatnya seakan kesulitan untuk bernapas.
"Ryu oniisan..."
"Yak! Takumi! Ada apa dengan suaramu hm? Kau..."
"Aku takut..." gumam Takumi bergetar, perlahan menundukkan kepala, mencengkram lutut dengan erat. Dirinya takut dan dengan demikian sebagai pertanda dirinya telah menyerah. Ya, usai sudah dengan ego yang terus tertahan, membiarkan semuanya berjalan tanpa peduli siapa yang akan terus-terusan terluka.
Dirinya menyeramkan, tidak jauh dengan orang-orang yang dulu pernah ia anggap kejam...
Merusak kepercayaan orang lain, memutuskan hubungan dengan seseorang yang begitu berarti, dan merusak hati orang-orang tanpa mencoba belajar untuk memahami.
Mulai dari Ayumi, Masaki, orang-orang di rumah ini lalu...
"Takumi..."
Takumi menggeleng pelan, dicengkramnya hp dengan erat lalu menutup mata dengan sebelah lengan berisak. "Aku takut dengan diriku sendiri hiks! Maafkan aku..."
____
Thanks for reading! I hope you enjoy it!
Vote, comment, dan krisarnya sangat membantu ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello and Goodbye [J-Lit]
Romance(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Ayumi dalam hidupnya adalah menikah dengan Takumi Aoki. Takumi yang pendiam, terlihat tenang...