Disaat kumelihat segala sesuatu hanya dengan pandanganku sendiri, disaat itu pula aku merasa pantas untuk disakiti. Ya, disakiti oleh hati sendiri.
-Hello and Goodbye-
...
Adakalanya manusia pernah merasakan lupa, mulai dari hal yang sederhana hingga melupakan hal-hal besar seperti apa yang menjadi impiannya sejak kecil. Ya, dimana manusia memiliki berbagai macam sudut pandang yang berbeda dan kita wajib menghargainya.
Sekalipun itu takdir...
Apakah mencintaimu adalah sebuah kesalahan besar?
Beberapa hari berlalu. Entah Masaki harus bersyukur atau tidak yang pasti jadwalnya tidak begitu padat hari ini. Tidak begitu sering menatap kamera, bahkan berinteraksi dengan begitu banyak orang.
Ya, setidaknya hal ini membuatnya sedikit nyaman begitu dapat menikmati privasinya sejenak. Perlahan Masaki mengembus napas panjang, diletakkannya pena ke meja ruang tengah seraya melihat kembali penggalan lirik untuk album terbaru nanti.
Takumi. Sungguh, seberapa sering dirinya berpikir tetap saja ia tidak bisa menyelesaikan semua teka-teki yang berjalan beberapa bulan ini.
"Ada banyak hal yang kau dan Takumi sembunyikan dariku," ucap Masaki menghentikan langkah begitu sesampainya di belakang taman rumah sakit. Tampak sepi dan beruntungah memang itu suasana yang Masaki inginkan disaat seperti ini.
Ryuji yang berdiri berhadapan dengan Masaki kini mengangkat sebelah sudut bibir, meremehkan. "Hal seperti apa yang kusembunyian darimu hm? Kau hanya terlalu banyak berpikir, Masaki."
"Kalian semua sama saja," desis Masaki menyipitkan mata dengan tajam. Awalnya ia kira orang ini akan terbuka dengannya malah hanya ialah yang melakukan. Dirinya menceritakan semua masaah pada Ryuji dan Takumi tanpa ada yang tertutupi. Dan seharusnya kedua orang ini juga...
Masaki mengalihkan pandangan, enggan memerhatikan Ryuji dihadapannya. Sesak, tidak bisakah kedua sahabatnya ini sadar kalau kejujuran adalah hal yang paling membahagiakan dibandingkan kebohongan yang hanya meninggalkan rasa kecewa yang begitu dalam?
"Beritahu yang sesungguhnya atau band ini tidak akan pernah ada," jawab Masaki datar.
"Oi Masaki! Kau!" Mata Ryuji membuat, belum sempat pemilik suara bass Ryuji mengumpat. Masaki kembali mengalihkan pandangan, menyipitkan mata dengan tajam.
"Untuk apa aku berada di antara kalian kalau kalian saja semuanya tidak bisa dipercaya? Kalian yang membawaku ke tempat seperti ini, kalau semuanya sudah seperti ini bukankah lebih baik kita bubar saja? Aku tidak pernah tahu bagaimana cara tersenyum jika tidak ada kalian. Bodoh sekali."
"Masaki ada apa dengan..."
Masaki menepis tangan lebar Ryuji yang mendekati bahunya. Berusaha mungkin Masaki menahan diri, tampak kedua tangan itu tergepal, memasukkan ke dalam saku celana. Perlahan Ryuji memerhatikan, seperti mulai sadar ada beberapa sikap Masaki yang terlihat janggal beberapa hari ini.
Masaki menggertak gigi dengan geram, tampak bola mata cokelat itu menatap lurus seakan menyimpan luka kecewa yang begitu besar di dalam tubuh. "Padahal tidak apa jika kau memberitahunya, aku sudah tahu semuanya dengan sendirinya," ucap Masaki, berusaha mungkin tenang lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celana kanan, tampak sebutir obat berwarna putih dengan bungkus berwarna bening tersebut. "Takumi sendiri yang menjatuhkannya kemarin."
"Yak! Anak itu!" Refleks umpat Ryuji, berhasil membuat sebelah sudut bibir Masaki terangkat puas. Pemilik rambut pirang itu memejamkan mata. "Oke baiklah, akan kuberitahu jawabannya. Jika kau menjawab pertanyaanku dulu Masaki, dimana kau menemukan obat itu?"
"Di sebelah lorong kafe yang biasa kita kunjungi. Saat itu Takumi menyuruhku ke sana dan yah..." Masaki mengangkat kedua bahu. "Aku tidak memiliki rahasia apa-apa lagi dengan kalian. Takumi sudah mengetahui perasaanku pada Ayumi yang sebenarnya dan seperti biasa, reaksi yang tidak terduga. Dia malah dengan senang hati memberikan Ayumi padaku."
"Bodoh," Masaki meringis seketika begitu gepalan tangan Ryuji menjitak mulus di puncak kepalanya. "Meskipun begitu tidak seharusnya kau mengambil Ayumi darinya, Bodoh!"
"Iya! Aku tahu!" Masaki mendesis, untuk kesekian kali menepiskan tangan lebar itu lalu menggerutu. "Beda halnya jika dia menyakiti Ayumi. Kalau dia melakukannya dengan tidak segan aku akan merebutnya."
"Terserah kalian saja," ucap Ryuji pasrah, mengedarkan pandangan memerhatikan langit senja yang menyelimuti taman belakang rumah sakit. "Akan kuberitahu di saat hasil pemeriksaannya keluar tapi perlu kutekankan saja kau juga harus bersiap melihatnya, dan satu hal..."
Ryuji mengerlingkan pandangan, memerhatikan Masaki yang tampak serius itu dengan pandangan menekankan. "Apa yang Takumi ucapkan sealu berbalik dengan apa yang ia inginkan. Jadi, berhentilah merebut Ayumi darinya."
Ceklek!
Suara kamera hp terdengar, Masaki menyandarkan tubuh di sisi sofa begitu berhasil memotret penggalan lirik lagu yang baru saja dilengkapinya. Terasa begitu menyakitkan namun ada rasa kebahagiaan di setiap kalimatnya. Terkadang membuat dirinya merasakan sesak di dada namun ada rasa lega dalam waktu yang bersamaan.
Masaki
Oi Takumi! Sudah kuselesaikan lirik lagunya, kau sudah dibolehkan pulang?
Takumi
Sudah, terimakasihHening sejenak, mata bulat Masaki seolah tengah mempertimbangkan setiap tanda tanya di kepala sebelum benar-benar mengetik pesan untuk orang seberang.
Masaki
Seandainya aku mengatakan, berhenti untuk menyakiti Ayumi, apa yang akan kau lakukan?Takumi
Maaf, aku tidak bisa. Bagaimana juga aku pasti akan menyakitinya."Bodoh," Masaki mengumpat. Baiklah diinya benar-benar mengingat pesan Ryuji di hari kemarin. Apa yang dibicarakan oleh Takumi sungguh berbanding terbalik dengan perasannya sendiri.
Tapi jika Takumi sendiri selalu menyakiti Ayumi untuk apa dirinya peduli dengan perasaan itu? Baiklah, dirinya tidak bodoh, otaknya masih cukup waras untuk membedakan mana yang salah dan mana yang benar.
Masaki
Jangan menyesal jika aku berhasil mengambil Ayumi darimu.___
Thanks for reading! I hope you enjoy it!
Up : 13.05.2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello and Goodbye [J-Lit]
Romansa(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Ayumi dalam hidupnya adalah menikah dengan Takumi Aoki. Takumi yang pendiam, terlihat tenang...