Seberusaha apapun aku mencari, aku tidak akan mengerti makna cinta yang sesungguhnya.
-Hello and Goodbye-
...
Entah benar atau tidak banyak orang berpendapat bahwa kesalahan yang dilakukan oleh seseorang akan lebih mudah diingat dibandingkan kebahagiaan. Pikiran manusia seolah-olah sudah diprogram untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dan menghindar untuk merasakan suatu hal yang tidak menyenangkan. Padahal bukankah rasa sakit itu dibutuhkan? Untuk mengasah seseorang menjadi jauh lebih dewasa 'kan?
Takumi menyandang tas gitar dengan cepat, mobil khusus dari pihak manajemen kini berhenti di halaman rumah begitu juga dengan Masaki dan Ryuji yang turun dari kendaraan beroda empat itu.
"Takumi-kun."
Nihil, tak ada jawaban dari Takumi. Cowok dengan kemeja putih, jaket dan celana hitam utu menyambar topi di samping lemari televisi dengan cepat, mengabaikan panggilan Ayumi dari dapur tersebut.
Ryuji yang merasakan hawa tidak enak dari rumah tersebut kini menoleh ke arah Takumi. Begitu juga Masaki yang menyipitkan mata dengan tajam, belum sempat dirinya ingin bangkit sontak tubuh Masaki terlebih dahulu ditahan oleh Ryuji yang meminta untuk tidak menambah masalah jauh lebih besar lagi.
Masaki mengembus napas panjang, bersandar di sofa hitam ruang tengah. "Baiklah."
"Takumi-kun," Ayumi keluar dari dapur, Takumi yang sedang menghalangi debu dari topi hitamnya tersebut masih saja berusaha mengabaikan panggilan begitu merasakan kehadiran gadis kecil itu didekatnya. Ayumi menyodorkan tote-bag biru. "Bekal untuk Takumi-kun. Jangan lupa makan sebelum manggung nanti. Disana juga ada beberapa obat vitamin dan air mineralnya jangan lupa dihabiskan."
Tanpa menoleh, Takumi berbicara. "Tidak, aku beli makanan di luar saja."
"Oi Takumi!" Nihil sudah, Masaki yang sedari tadi terus memerhatikan pasangan suami istri itu kini bangkit dan yah... untuk kesekian kali ditahan oleh Ryuji. Takumi menoleh belakang, mengenakan topi hitam di kepalanya dengan tenang. "Ayo berangkat."
"Haishh.... anak itu," Masaki mendesis, setengah geram ia mengepalkan kedua tangan dengan erat, diberinya jarak yang cukup lebar sebelum melangkah mengekori Takumi yang berada di hadapannya.
Ryuji yang berjalan paling belakang, menggeleng pelan melihat tingkah keduanya. Takumi dan Masaki, sungguh kedua adiknya itu berhasil membuat dirinya pusing. Baru saja beberapa langkah menjauhi sofa, kini langkah Ryuji terhenti seketika begitu seseorang menarik lengan bajunya. Ryuji menoleh belakang.
Ayumi tersenyum enggan, mengangkat kedua alis tebalnya. "Boleh tolong berikan bekal ini untuk Takumi-kun?"
"Ah, baiklah," Ryuji mengambil tote-bag biru tersebut. Sungguh, benar-benar di luar dugaannya. Jika dilihat sekilas tas ini tampak begitu ringan tapi siapa yang menyangka jika dipegang memiliki berat yang lumayan?
Baru ingin berjalan lagi, Ryuji menghentikan langkah kembali begitu satu pikiran melintas di kepalanya. Mata bulat cokelat itu memerhatikan Ayumi dengan penuh harap. "Aku tidak tahu ada masalah apa di antara dirimu dan Takumi. Tapi disaat seperti ini aku berharap kau jauh lebih sabar menghadapinya."
___
Aku mencintaimu, bukanlah kata yang mudah diucapkan.
Biakan melodi gitar ini mengalir...
Konser usai, ditutup oleh beberapa penyanyi yang bertugas sebagai penutup acara. Matahari yang tampak begitu terik berhasil membuat siapapun ingin menyegarkan diri. Entah itu memanjakan tenggorokkan dengan air, mengompres kepala dengan es ataupun mengibaskan kipas plastik untuk mencari sedikit udara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello and Goodbye [J-Lit]
Romans(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Ayumi dalam hidupnya adalah menikah dengan Takumi Aoki. Takumi yang pendiam, terlihat tenang...