HELLO AND GOODBYE 12

110 15 1
                                    

Kamu yang begitu polos kini tersakiti oleh kenyataan itu. Ya, sebuah kenyataan yang tidak pernah kamu perkirakan. Sebuah kenyataan yang terjadi begitu tiba-tiba hingga membuatmu terluka begitu dalam dan takut untuk kembali merasakannya. 

-Hello and Goodbye- 

...

Dunia ini seimbang, ada hitam dan putih, pagi dan malam, serta kebahagiaan dan kesedihan. Hanya saja tidak semua dapat menikmati keduanya, ada yang menginginkan salah satu saja hingga pada akhirnya menyakiti pemiliknya. 

Ada orang yang cenderung mengejar kebahagiaan tanpa mau merasakan kesedihan dalam hidupnya dan begitu juga sebaliknya ada seseorang yang cenderung lebih fokus pada sisi kesedihan dalam hidupnya dan ketika rasa senang mendadak menyelimutinya entah kenapa ia menepis hal itu begitu kuat dengan alasan takut dikecewakan bahkan menjadi terlalu larut dalam kebahagiaan. 

Ya, benar-benar rumit. 

" Kupikir Takumi benar-benar beruntung bertemu dengan orang sepertimu." 

Ayumi, gadis yang baru saja usai usai mengantri di dalam pusat perbelajaan kini menoleh, berjalan seiringan bersama Ryuji di sampingnya. Ada begitu banyak barang belanjaan, bukan miliknya melainkan milik laki-laki berjaket hitam tersebut. Dua kantong yang terlihat penuh dan entah mengapa di dalam sana hanya berisikan minuman dengan segala jenis teh. 

Teh susu, teh oolong, teh hijau. 

Ryuji menyengir, mata kecil itu semakin tampak sipit dan tak lupa dengan setengah wajah yang ditutupi oleh masker putihnya. "Aku sempat panik mengetahui dia akan menikah. Takumi itu bukan orang yang mudah ditaklukan, bahkan kau masih tidak cukup mengenalnya meskipun sudah bertemannya dari bangku sekolah. Dia itu benar-benar tertutup." 

Kedua sudut bibir Ayumi terangkat tipis, kembali menatap koridor mall yang selalu dipenuhi kerumunan manusia. Ryuji benar, Takumi sangat tertutup dan dirinya selalu kebingungan akan hal itu. Bagaimana cara menghadapi bahkan menemukan bahasan yang menarik bersama laki-laki itu. Dan tentu saja kebingungan itu tidak akan pernah ia ungkapkan pada siapa-siapa. 

"Aku harap kau lebih sabar menghadapinya," ucap Ryuji tersenyum samar. Langkah kedua orang itu berhenti, membiarkan lajunya eskalator membawa tubuh keduanya menuju lantai tingkat selanjutnya. "Dia akan menjadi orang yang jauh lebih menarik ketika kau nanti sudah mengenalnya lebih dalam."

"Ryuji," panggil Ayumi pelan, namun berhasil membuat cowok yang kini berdiri di belakang Ayumi itu tersenyum seraya mengangkat kedua alis. Ayumi tampak ragu, sesekali gadis itu memerhatikan pemandangan lantai bawah melalui eskalatornya. "Berapa lama dirimu mengenal Takumi?"

Ryuji menggumam, bola mata cokelat itu terangkat, berpikir. "Entahlah. Aku tidak pernah menghitungnya."

"Baiklah," Ayumi mengedarkan pandangan kembali, memerhatikan punggung-punggung manusia yang mengantri di setiap eskalator. Jika Ryuji saja bisa mengenal Takumi lebih dalam, apa mungkin dirinya juga bisa?

Bahkan Ryuji saja membutuhkan waktu yang lama bukan?

___

Mungkin memang sudah ditakdirkan bahwa penyesalan terkadang selalu disajikan pada akhir kehidupan manusia. Ya, entah itu menyesal karena tidak menghabiskan waktu bersama orang yang disayangi atau mungkin menyesal karena tidak berjuang jauh lebih baik pada masa yang sudah terlewati.

Hello and Goodbye [J-Lit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang