HELLO AND GOODBYE 38

76 8 0
                                        

Apa boleh aku hanya ingin melihat seseorang yang baik pantas mendapatkan sebuah kebahagiaan? Ya, bukan terus disakiti oleh orang yang salah.

-Hello and Goodbye-

...

"Sudah kubilang, berhenti mempermainkan Ayumi."

Pemotretan selesai. Baik antar dirinya dengan pasangan lain maupun Takumi dengan Ayumi kini telah usai. Para staff sedang sibuk mengembalikan peralatan pemotretan begitu juga dengan model yang menghapus kembali riasan di wajah. Masaki berjalan, menghampiri Takumi yang duduk di salah satu sofa milik butik.

"Berhenti menyakiti perasaan Ayumi, tolong jauhi dia, karena aku yang akan melindunginya."

Hening sejenak. Sebagai jawaban, Takumi yang tadinya menatap lurus kini tersenyum sinis, dibangkitnya tubuh dari sofa dan berdiri sejajar dengan Masaki. "Silahkan jika bisa, kau boleh mengambilnya nanti. Tapi selagi aku masih di sini maka akulah yang berhak untuk melindungi."

"Kau? Melindungi?" tanya Masaki pelan. Mungkin Ryuji benar, apa yang diucapkan Takumi sering berbanding terbalik dengan kenyataan. Kemarin laki-laki ini seakan merelakan Ayumi begitu saja tapi sekarang kenapa....

"Bagaimana bisa kau melindungi Ayumi sementara kau sendiri yang selalu membuat Ayumi menangis? Apa itu yang menurutmu bahagia hm?" tanya Masaki.

Takumi maju selangkah, menatap tajam Masaki. "Aku memiliki cara tersendiri untuk melindungi Ayumi, dan jangan pernah ikut campur ke dalam urusanku, Masaki."

Suara tirai ruang ganti disibakkan, memerlihatkan seorang gadis dengan pakaian sederhanya seperti biasa. Kedua sudut bibir Ayumi terangkat, berjalan menghampiri. Belum sempat gadis itu menyampaikan salam perpisahan dengan Masaki, Takumi terlebih dahulu membalikkan badan, merangkul gadis itu dengan cepat dan berjalan keluar ruangan.

Bodoh, ingin saja rasanya Masaki mengumpat, memerhatikan kedua punggung orang yang telah pergi. Bagaimana bisa hal yang dianggap sederhana di waktu kecil malah berubah menjadi rumit di masa dewasa ini?

___

Majalah ditutup dengan erat. Dibalik rumah bernuansa hitam putih itu tampak mata bulat Masaki mengerjap, direbahkannya tubuh di sofa seraya memerhatikan langit-langit ruang tengah. Takumi, Ayumi... Entahlah Masaki tidak pernah tahu mulai sejak kapan dirinya seperti ini. Ya, seperti orang bodoh dan terasa begitu jahat mungkin?

Bodoh karena dirinya mencintai Ayumi yang jelas-jelas milik sahabatnya sendiri. Dan terasa begitu jahat saat dirinya tidak bisa berhenti ingin memiliki gadis itu, merebutnya dari Takumi, dan membahagiakan gadis itu seorang diri. Tapi jika tidak seperti itu bukankah Ayumi akan jauh lebih tersakiti? Jadi siapa yang lebih jahat sekarang?

Masaki mengembus napas panjang, ditegakkannya kedua bahu seraya membenarkan posisi tubuh menjadi duduk. Diraihnya hp berwarna hitam dari meja dengan cepat lalu mencari kontak seseorang di sana. Ayumi, haruskah ia bertanya kondisi gadis itu sekarang?

Masaki
Ayumi, kau bahagia?

Pesan dijawab dengan cepat, berhasil membuat Masaki menahan napas. Ingin mengutuki diri? Pasti, bagaimana bisa dirinya mengetik pesan seperti ini? Tapi ya sudahlah, sudah terlanjur juga bukan?

Ayumi
Maksud?

Masaki mengetik, tampak mata bulat yang selalu bersinar itu ragu, sebelum menekan tombol kirim.

Masaki
Hanya bertanya, kali saja kau sedang membutuhkan bantuan.

Ayumi
Sepertinya aku membutuhkan bantuanmu,  Masaki.

_____

Thanks for reading! I hope you enjoy it!
Vote, comment, dan krisarnya sangat membantu! ^^

Hello and Goodbye [J-Lit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang