Di jalan kota yang hening ini, aku memikirkanmu. Bahkan menahan napas begitu mengingat senyuman itu.
-Hello and Goodbye-
...
"Syukurlah gosip itu perlahan sudah hilang Takumi."
Takumi. Cowok berwajah bundar itu kini kembali membenarkan posisi duduknya setelah memerhatikan seseorang dari belakang yang kini melambaikan tangan dengan senang. Mobil matic berwarna putih itu kembali berjalan menembus gelap dan dinginnya angin malam kota setelah berhenti beberapa menit begitu sesampainya di rumah Masaki.
"Hmm," jawab Takumi sebagai pertanda ya-dan-aku-lupa-kalau-aku-pernah-menjadi-bahan-gosipan.
Ryuji yang duduk di bangku penumpang belakang bersama Takumi kini menggeleng pelan, dilepasnya topi hitam yang menyelimuti kepala dan berhasil memerlihatkan rambut pirangnya. "Berhenti memasang wajah tidak senang seperti itu, orang-orang bisa salah paham dengan sikap anehmu itu, mengerti?"
"Salah paham juga tidak apa-apa," jawab Takumi tenang. Dibenarkannya sandangan tas gitar yang berada dipangkuannya dengan asal, seraya memasang wajah datar begitu juga dengan mata yang selama setengah jam tadi melirik seseorang dengan tidak senang. Masaki? Ah ya, beruntunglah cowok itu sudah turun dari mobil ini. "Dari dulu aku tidak pernah berharap untuk dibenarkan."
Ryuji mengembus napas panjang, diacaknya rambut dengan gusar lalu memerhatikan jalanan kota sejenak sebelum mengalihkan pandangan ke arah Takumi. "Ada yang mau kau ceritakan? Sepertinya ada masalah lain selain Reina."
"Ya," gumam Takumi pelan, kepala itu tertunduk seolah tengah menyusun setiap kata yang menjadi tanda tanya di otaknya. "Sepertinya ada yang benar-benar membuatku kepikiran. Bukan tentang keluarga besarku, bukan juga tentang Ayumi, tapi ini tentang keluarga keduaku."
Keluarga kedua. Ryuji terdiam seketika, ditahannya napas seraya mengangkat kedua alis dengan bingung. Ah ya, dibandingkan bingung mungkin rasa takut jauh lebih mendominasi sekarang. Bukan dirinya tidak tahu apa yang ada di pikiran Takumi, meskipun orang lain begitu sulit menebak jalan pikiran itu tapi di sisi lain tidak sesulit yang terlihat pada diri Takumi.
Dan jika semua ini tentang keluarga keduanya pasti Takumi ingin bertanya tentang...
"Kupikir Masaki mulai tertarik dengan Ayumi. Bagaimana menurutmu Ryuji?" tanya Takumi menoleh dengan tenang, meminta penjelasan lebih kepada sahabatnya itu.
"Hmm..." Ryuji menggumam, mengangkat bola mata begitu juga bibir bawah, berpikir. "Kurasa tidak, hei!" Ryuji tertawa pelan lalu menyikut Takumi dengan kuat berhasil membuat tubuh itu limbung ke arah kiri. "Kau cemburu lagi Takumi."
"Mana mungkin aku cemburu, bodoh sekali," ucap Takumi tersenyum miring, diedarkannya pandangan sesekali membiarkan ujung rambutnya sedikit bergerak begitu bagian kaca mobil terbuka. "Seandainya dia tertarik juga tidak masalah. Malah semuanya menjadi lebih bagus."
Tidak ada jawaban dari Ryuji, diam-diam Takumi menelan ludah, mengepalkan tangan dengan erat. "Aku juga tidak akan hidup dengan Ayumi jauh lebih lama lagi. Mungkin semua orang bilang mencintai dan dicintai itu menyenangkan tapi tetap saja bagiku sedari dulu itu menakutkan."
____
"A-ah maaf Ayumi, aku tidak bisa memberitahumu kalau aku pernah berpacaran dengan Takumi."
"Hmm?" Kedua alis Ayumi terangkat, gadis dengan celemek yang mengikat baju kaos dan rok selututnya itu memerhatikan Reina begitu Rin sudah meninggalkan dapur. "Mulai sejak kapan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello and Goodbye [J-Lit]
Romance(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Ayumi dalam hidupnya adalah menikah dengan Takumi Aoki. Takumi yang pendiam, terlihat tenang...