Pada akhirnya aku mencoba mencari tahu tentangnya. Mulai dari hal sederhana seperti apa yang ia sukai dan tidak, lalu kepada hal-hal besar yang tidak aku ketahui.
-Hello and Goodbye-
...
Mimpi memang merupakan bunga tidur dari manusia. Dimana otak akan berkerja dengan pelan entah itu menghasilkan mimpi yang indah ataukah sebaliknya. Indah, ketika membawa senyuman bahkan krnyamanan bagi si pemilik mimpi itu sendiri dan dikatakan sebaliknya? Ya, jika mimpi itu akan membawa sedih bagi pemiliknya, kepikiran, dan seolah kembali meluapkan kenangan lama yang berusaha mungkin dipendam oleh si pemilik mimpi tersebut.
Ya, seperti itu.
Ceklek!
Suara pintu dengan kunci yang berhasil saja dibuka terdengar kuat. Takumi yang kini menurunkan handle pintu sontak menoleh belakang begitu menyadari tidak adanya seseorang di sampingnya.
Ayumi...
Takumi terdiam seketika, memerhatikan gadis yang tengah menunduk itu dengan kedua alis terangkat. Entahlah, dirinya sendiri tidak mengerti perasaan semacam apa ini, yang pasti terasa begitu sesak, ada rasa yang tidak mengenakkan dan meminta untuk diungkapkan sekarang juga.
Bukan marah, melainkan sedih?
Ya, kira-kira seperti itu. Mata Takumi mengerjap terus memerhatikan Ayumi yang tengah menjaga koper dan tas tak jauh darinya. Sepanjang penerbangan dari Amerika hingga menuju Jepang gadis itu hanya diam tidak cerewet seperti biasa.
Bertanya, antusias seperti anak kecil, lalu menggumam seolah larut ke dalam dunia imajinasi adalah ciri khas Ayumi dan sayangnya ia tidak menemukan hal itu pada Ayumi hari ini.
"Ayumi..." panggil Takumi tegas, berhasil membuat gadis itu mengangkat kepala dengan pelan. Ah menyebalkan, berusaha mungkin Takumi memejamkan mata sejenak begitu rasa sesak itu kini semakin besar menumpuk dalam dadanya. Kedua alis Takumi terangkat. "Ada apa?"
Kedua sudut bibir Ayumi terangkat tipis lalu menggeleng pelan. "Tidak apa-apa. Pintunya sudah dibuka ya? Ayo kita masuk."
Secepat mungkin Takumi menghampiri digenggamnya kedua tangan gadis itu mencoba menahan ketika ingin mengangkat koper-koper tersebut dalam rumah. Takumi mengalihkan pandangan, berbicara datar. "Masuk duluan."
"Tapi kopernya..."
"Sudah seharusnya aku yang mengangkat ini," potong Takumi cepat, melepaskan genggaman koper besar dari kedua tangan gadis itu, kanan dan kiri, dua koper yang sama besar dan gadis itu mencoba mengangkatnya sendirian.
Entah terlalu mandiri atau bodoh, percayalah Takumi sendiri tidak tahu perbedaan kedua sifat itu sekarang. "Masuk dan langsung istirahat."
"Tapi..."
Takumi memejamkan mata, dihirupnya napas panjang berusaha mungkin mengisi udara dengan rongga dada yang terasa begitu sesak. "Tolong turuti perintahku. Tidak ada yang salah dengan hal itu."
"B-baiklah," ucap Ayumi menunduk, tampak tubuh kecil itu bergetar, terlihat begitu pucat, reaksi yang sama ketika gadis itu tengah dilanda mimpi buruknya seperti semalam. "Terimakasih banyak, Takumi-kun."
"Hm," jawab Takumi sebagai pertanda iya. Beberapa menit kemudian baru diangkatnya koper. Rumah tampak seperti biasa terlihat begitu rapi dan hening, selain dirinya yang malas bicara, dirinya juga terkadang begitu selera menanggapi ucapan Ayumi.
Selesai sudah kegiatannya, Takumi mendaratkan tubuh ke sofa, diedarkannya pandangan sejenak lalu terhenti pada salah satu pintu yang terletak di lantai dua. Tampak terbuka dan begitu terang, dan Takumi berharap semoga saja gadis itu menuruti ucapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello and Goodbye [J-Lit]
Romance(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Ayumi dalam hidupnya adalah menikah dengan Takumi Aoki. Takumi yang pendiam, terlihat tenang...