Aku pikir kata 'selamat tinggal' merupakan kata yang paling sulit untuk diucapkan oleh seseorang, tapi sepertinya tidak untukmu. Ya, untuk dirimu yang begitu rapuh dan selalu terbawa luka masa lalu
-Hello and Goodbye-
...
Banyak yang mengatakan bahwa pernikahan merupakan hal yang sakral bagi setiap orang. Dimana mengucapkan janji untuk sehidup semati dan selalu bersama disaat senang maupun susah. Ya, memang benar dan tidak semua orang pula menganggap hal seperti itu merupakan momen paling serius di dalam hidupnya.
Suara hentakan antara gantungan baju dan tiang besi terdengar. Masaki berkeliling begitu juga dengan Ayumi yang menyusuri setiap lorong pakaian yang berjejer di setiap sisi. Pernikahan? Ah ya, Masaki menggaruk belakang kepala yang tidak gatal seraya menyentuh beberapa jas dan tuxedo yang berada di dekatnya.
Sungguh, tak ada yang menyangka tema photobook hari ini tentang pernikahan. Harusnya Takumi yang mengisi bagian ini hanya saja mengingat laki-laki itu masih membutuhkan istirahat panjang maka mau tidak mau dirinyalah yang harus menggantikan.
"Ayumi-chan..." panggil Masaki mengampiri begitu melihat Ayumi melamun memerhatikan manekin yang mengenakan gaun putih. Gadis itu tersentak begitu telapak tangan Masaki mendarat ke kepala kecilnya. Ayumi menoleh, kedua alis Masaki terangkat. "Sudah ketemu?"
Ayumi tersenyum tipis, mengangguk. Kepala itu terangkat memerhatikan Masaki tanpa mengerjap. Masaki yang merasa terus diperhatikan kini mengernyit heran. "Ada apa?"
"Terimakasih," ucap Ayumi menyengir, menyipitkan mata dengan senang. Secepat mungkin Masaki mengalihkan pandangan. Baru diketahui dirinya tidak cukup kuat melihat ekspresi imut dari gadis ini.
Ya, meskipun tadi dirinya dapat melihat bola mata itu berair mungkin? Belum sempat Masaki bertanya, lengan itu ditepuk dengan kuat oleh Ayumi. "Aku harus bersiap-siap terlebih dahulu. Masaki-kun juga harus bersiap-siap."
Masaki-kun. Mendadak pipi Masaki bersemu malu.
Hingga hampir menghabiskan waktu satu jam untuk mempersiapkan, mungkin tidak dari pihak laki-laki. Masaki yang mengenakan jas hitam dan kemeja putih itu kini telah usai dari setengah jam lalu. Tapi untuk wanita sendiri? Ya, mengingat begitu banyak jenis make-up yang digunakan sepertinya Masaki harus menahan sabar.
Masaki memejamkan mata, diembuskannya napas secara perlahan seraya mengancingkan lengan kemeja yang sempat terlepas. Hanya pemotretan saja dirinya gugup seperti ini. Bagaimana jika dirinya benar-benar menikah nanti?
Entahlah, Masaki tidak tahu. Namun yang pasti tirai berwarna merah muda disibakkan. Dari ruang ganti pakaian bersama salah satu staff penata rias. Ayumi mengangkat kepala, seulas senyuman tidak dapat lagi dihindarkan seraya mengangkat sedikit bagian bawah gaun di saat berjalan.
Cantik. Masaki menahan napas seketika. Bukan hanya dirinya, Masaki berani bertaruh seluruh staff sini juga tengah memerhatikan Ayumi. Mata bulat, tubuh proporsional dan kulitnya yang begitu cerah menjadi salah satu kriteria tubuh idaman untuk para gadis lainnya, apalagi ditambah mengenakan pakaian seperti ini rasanya...
Ayumi mengangkat kepala, begitu menyadari Masaki yang jauh lebih tinggi dibandingkannya. Masaki masih saja mengerjapkan mata tidak percaya, bahkan cowok yang dengan mudah membuat orang sekelilingnya itu tertawa kini terdiam begitu melihat Ayumi di hadapannya.
Ayumi tersenyum tidak enak, tampak risih dengan risleting yang berada di balik punggung. "Masaki-kun? Bagaimana penampilanku?"
"K-kau..." Lidah Masaki kelu, memerhatikan gadis yang menatap polos itu berulang kali. "Sangat cantik Ayumi-ch..."
Brakk!!
Pintu ruangan butik sontak terbuka lebar. Ayumi menoleh begitu juga Masaki dan seluruh staff. Seseorang datang dengan cepat, tampak begitu terburu dan menarik napas susah payah.
Takumi...
Laki-laki ini...
Bola mata Takumi terangkat, dengan tubuh yang setengah menunduk itu berusaha mungkin berbicara. "Aku bisa mengikuti pemotretan ini dan tolong, Ayumiku sepertinya tidak nyaman mengenakan gaun itu."
___
"Maaf untuk tadi pagi."
Tak ada jawaban. Masih dengan kemudi di tangannya, Takumi melirik seseorang dari bangku samping. Ayumi, gadis itu masih saja mengabaikannya dan percayalah ini jauh lebih menyeramkan dibandingkan appaun.
Ya, seandainya saja Ayumi tahu bahwa dirinya juga tidak percaya akan datang mengikuti pemotretan setelah mengingat tema yang akan diusung untuk photobook bulan depan.
Pernikahan? Mana mungkin dirinya seorang Takumi rela begitu saja membiarkan Ayumi berfoto dengan Masaki dalam tema seperti itu.
Harusnya dirinyalah yang cemburu di saat seperti ini. Ya, meskipun bukan salah Ayumi sepenuhnya. "Tapi aku tetap tidak akan menarik perkataanku. Terserah jika kau ingin pergi dengan siapa saja. Mungkin aku terkesan tidak peduli denganmu. Ya, memang benar. Dan kau tidak mengerti apa alasan aku melakukannya."
"Wajar jika aku tidak mengerti 'kan?" Ayumi menoleh, dengan jaket biru muda yang menyelimuti bahunya itu kini menoleh sejenak, berusaha mungkin menahan kesal yang dapat dilihat melalui sorot matanya. "Bagaimana bisa aku mengerti sementara Takumi selalu memendam segalanya seorang diri?"
____
Thanks for reasing. I hope you enjoy it!
Vote dong vote dong. Wuehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello and Goodbye [J-Lit]
Romance(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Ayumi dalam hidupnya adalah menikah dengan Takumi Aoki. Takumi yang pendiam, terlihat tenang...
![Hello and Goodbye [J-Lit]](https://img.wattpad.com/cover/186757169-64-k255708.jpg)