Tulus dan tidak realistis? Entahlah, menurutku tidak begitu berbeda disaat kita mencintai seseorang
-Hello and Goodbye-
...
Bukan tentang siapa yang berhasil mendapatkan, tapi siapa yang berhasil memertahankan hatinya, menjaga hatinya, dan senantiasa untuk bersabar. Tapi bukankah setiap kesabaran akan ada sabarnya, ada saatnya seseorang akan terjatuh dalam titik rendahnya bukan?
Pintu kamar dibuka, Ayumi, gadis dengan secangkir cokelat panas dan beberapa potong cake di nampan itu kini melangkah hati-hati. Nuansa kamar berwarna krim mendadak memenuhi pandangan begitu dirinya berhasil masuk.
Takumi? Langkah Ayumi terhenti, menyetujui. Laki-laki itu sedang duduk di meja kerja kamar, dengan beberapa buku dan skrip di tangan. Meskipun hanya dari belakang, Ayumi yakin kalau Takumi tidaklah seutuhnya membaca. Butuh bukti? Ya, lihat saja halaman skrip itu tidak dibalikkan, lagipula bukannya kepala itu tertunduk namun tetap tegak memerhatikan pemandangan malam melalui kaca jendela.
"Takumi..."
Takumi menoleh, namun secepat mungkin dialihkannya pandangan begitu mengetahui siapa seseorang di samping. Ayumi? Ah ya, seandainya saja gadis itu tahu apa yang ada di pikiran Takumi. Mungkin gadis itu akan mengatakan seorang Takumi begitu bodoh sekarang.
Dirinya, seorang Takumi tidak boleh mencintai Ayumi. Lagipula untuk apa mencintai gadis itu? Bukankah semua orang akan pergi di waktu yang tepat? Entah pergi dalam bentuk seperti apa, sungguh tidak apa.
Dirinua tidak mengenal gadis itu lebih dalam begitu juga dengan Ayumi kepadanya. Ada banyak alasan yang ia sampaikan sebagai bentuk pembenarannya untuk tidak memedulikan gadis itu. Dan tetap saja, seberusaha apapun melakukan maka dirinya akan terus memerhatikan gadis itu, dalam diam.
Kini tawa datar Ayumi terdengar, dari pantulan kaca jendela dapat Takumi lihat gadis itu menunduk sejenak, lalu mengangkat kepala memerhatikan titik-titik kecil yang bersinar di langit sana. "Sekarang aku percaya, kalau cinta benar-benar bisa membodohkan seseorang. Mungkin ini yang dirasakan okaasan waktu itu, bukan hanya ibuku tapi begitu juga dengannya."
"Dengannya?" tanya Takumi tidak mengerti.
"Ibu kandung Masaki," jelas Ayumi berhasil membuat Takumi menahan keinginan agar tidak menoleh. Ayumi tersenyum samar. "Kupikir aku tidak ingin menjadi seperti mereka, terus mencintai meskipun selalu merasa tersakiti."
Tanpa menoleh ke arah samping. Takumi menggertak geram. Diam-diam mencengkram skrip di tangan dengan kuat. "Aku tidak mengerti."
"Aku ingin pergi," jelas Ayumi secepatnya, namun secepat mungkin gadis itu menegak ludah, lalu menatap sekeliling seakan linglung terhadap keputusannya. "Entahlah, aku juga tidak mengerti."
"Pembohong," Takumi tertawa datar, semakin mencengkram skrip di tangan dengan erat. Dipejamkannya mata sejenak, setengah berharap agar gadis itu tidak mendengar suara napasnya sekarang, terasa begitu sesak. "Kemarin kau pernah bilang, cinta itu hebat. Ketika sudah menetap ke satu hati maka tidak ada lagi alasan untuk berhenti tapi sekarang?"
Sebelah alis Takumi terangkat, disambarnya cangkir putih yang berisi cokelat hangat itu meneguknya dengan cepat. "Kau menyerah? Lemah sekali."
"Ya, aku menyerah," ucap Ayumi tegas. Mendadak Takumi menoleh belakang begitu gadis itu membalikkan badan, hendak keluar ruangan. Ayumi menunduk sejenak, menatap petakan keramik putih itu dengan setengah pandangan menerawang. "Aku harus realistis dan mungkin akan sama seperti apa yang Takumi-kun pikirkan."
Takumi mengernyit. Tanpa menoleh belakang, berusaha mungkin Ayumi mendongak, memerhatikan langit-langit kamar begitu merasakan cairan bening mulai menghalangi penglihatannya.
Satu kalimat yang selalu ditunggu dari seorang Takumi...
Satu kalimat yang menuju kepada kemenangan laki-laki itu...
Meskipun pada nyatanya ada rasa kekalahan yang begitu dalam, terasa begitu menyakitkan tepat di bagian hatinya.
"Perlahan aku berpikir ingin mengakhiri hubungan ini."
____
Thanks for reading. I hope you enjoy it!
Selamat hari raya idul fitri. Mohon maaf lahir batin ^^
Up : 24.05.2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello and Goodbye [J-Lit]
Romance(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Ayumi dalam hidupnya adalah menikah dengan Takumi Aoki. Takumi yang pendiam, terlihat tenang...