Hal yang aku benci ketika tidak bisa menjadi anak kecil adalah disaat aku tidak bisa jujur terhadap diriku sendiri.
-Hello and Goodbye-
...
"Jangan menyesal jika aku berhasil mengambil Ayumi darimu."
Brak!!
Gelas dihentakkan ke meja dengan kuat. Takumi. Ya, cowok dengan kaos hitam dan celana trainingnya itu menelan air dengan susah payah lalu kembali memerhatikan photobook yang berada di tangannya.
Masaki, selain Ayumi dirinya selalu saja dibuat sesak napas oleh si menyebalkan ini. Bukan karena kehadirannya, tapi sorot mata dan kalimat itulah yang selalu membuatnya takut seketika. Ya, seperti itulah kata hati kecilnya, setidaknya.
Bukannya Takumi tidak tahu bagaimana sifat Masaki yang sesungguhnya. Cowok itu akan tetap pada pendiriannya, selalu bersungguh-sungguh dngan apa yang ia ucapkan bahkan melaksanakannya begitu cepat.
Entahlah bahkan dirinya tidak tahu harus merasakan apa sekarang.
"Kau pergi bersama Masaki nanti?"
Tampak Ayumi yang sedari satu jam duduk tidak jauh dari Takumi itu kini menoleh. Buku ditutup dengan kuat begitu memerlihatkan foto salah satu sahabatnya dengan istrinya.
Ya, Masaki dan Ayumi. Photobook dengan tema formal seperti pakaian untuk menghadiri acara. Takumi melirik tajam, mencondongkan tubuh lalu mengalihkan pandangan begitu gadis itu mengangguk.
"Oh..." jawab Takumi singkat.
Tidak ada lagi Ayumi dengan penampilan sederhana sekarang di matanya. Ah, tapi bukan berarti gadis itu juuga selalu berpenampilan nyentrik seperti Rin. Hanya saja bagi Takumi tidak ada lagi hal yang natural dari seorang Ayumi.
Gadis itu seakan sama dengan orang-orang yang ia temui, mengenakan make-up, tampil di depan kamera dan tersenyum. Entah itu senyuman tulus atau tidak sunguh Takumi tidak tahu.
Kedua alis Ayumi terangkat, memerhatikan Takumi yang selalu saja bersikap tidak peduli padanya. "Apa Takumi-kun tidak cemburu?"
"Cemburu?" Sebelah sudut bibir Takumi terangkat sinis. Bodoh, ingin saja rasanya ia menjawab sangat cemburu. Tapi ya, dirinya bisa apa? Dirinya tidak ingin menyakiti gadis itu bukan?
"Aku bukan orang sepertimu. Kau ingin pergi dengan Masaki atau siapapun, bahkan ingin melakukan hal apapun sungguh aku tidak peduli. Semuanya sudah salah sedari awal, bertemu denganmu, menikah denganmu, hidup bersamamu bukan hal yang pernah kuinginkan dalam hidupku."
"Jadi, apa yang Takumi inginkan?" sambar Ayumi langsung, Takumi menoleh seketika, tampak mata bulat dengan alis lentik itu memerhatikannya dengan serius dan ayolah! Takumi tertawa datar, sejak kapan Ayumi memiliki pandangan yang hampir sama dengan Masaki. Segitu dekatkah hubungan keduanya? Gadis ini tidak mungkin mengucapkannya dengan sungguh-sungguh bukan?
"Aku akan menuruti apa yang Takumi-kun inginkan, aku akan membuat Takumi-kun bahagia meskipun cara itu berbeda denganku, bahkan seandainya Takumi-kun..."
Takumi menahan napas seketika, sama seperti gadis yang mengucapkan kalimat ini barusan, berusaha terlihat biasa saja meskipun menanggung rasa sesak yang teramat sangat.
Ayumi tertawa hambar, gadis itu menunduk sejenak sebelum suara klakson mobil dari seseorang terdengar dan bergegas untuk keluar dengan cepat. "Seandainya Takumi-kun ingin mengusaikan semuanya aku akan tetap menerima."
"Bodoh," Secepat mungkin Takumi bangkit, meraih pergelangan tangan kecil Ayumi. Dan sayang, mungkin dirinya bisa meraih tangan gadis itu hanya saja pandangan gadis itu telah berfokus pada seseorang. Seseorang yang berdiri di ambang pintu rumah dengan kemeja putih dan jaket hitamnya. Masaki. Ya, anak itu telah menjemput Ayumi.
Dari ambang pintu rumah, Masaki mengernyit, dengan wajah yang tetap tersenyum lembut di alihkannya pandangan ke arah Takumi sejenak lalu Ayumi yang tampak menahan segala sesak di dadanya. Masaki mengulurkan tangan. "Ayo Ayumi-chan."
Tubuh Ayumi limbung seketika. Belum sempat gadis itu melangkah, pergelangan tangan ditarik seseorang dengan kuat. Suara benturan sedikit terdengar begitu kepala gadis kecil itu jatuh tepat di dalam dekapan seseorang.
Ya, seseorang yang begitu sulit untuk dimengerti dan menjalani hidup hanya dengan pemikirannya sendiri.
Takumi memeluk tubuh kecil Ayumi dengan kuat dan dengan kuat pula Ayumi menolak pelukan itu. Tubuh Takumi didorong belakang dengan kuat lalu berlari keluar rumah. Dapat Takumi lihat tubuh kecil itu sedikit gemetar seolah takut dengan apa yang barusan dilakukannya secara tiba-tiba.
"Ayumi..."
"Berhenti Takumi," Langkah dicegat, Takumi yang baru saja ingin mengejar gadis itu sontak memerhatikan Masaki. Pandangan tajam dan tidak bersahabat, entah sejak kapan Masaki mulai menunjukkan pandangan itu untukknya?
Tanpa mengubah ekspresinya, Masaki berbicara datar. "Sudah cukup, aku tidak bisa membiarkannya bersamamu lagi, Takumi."
_____
Thanks for reading! I hope you enjoy it!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello and Goodbye [J-Lit]
Romansa(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Ayumi dalam hidupnya adalah menikah dengan Takumi Aoki. Takumi yang pendiam, terlihat tenang...