Semua hal itu mudah, hanya saja sebagai manusia kita cenderung mengubahnya menjadi sulit. Membiarkan diri terhanyut di dalam ekspetasi dan menuju lubang kekecewaan yang tidak lagi berarti.
-Hello and Goodbye-
...
Di dunia ini ada pepatah mengatakan bahwa diam merupakan hal terbaik yang pernah ada. Dengan diam maka tidak akan terlibat dalam masalah, kita menjadi tahu mana orang-orang terbaik yang menetap di hati kita meskipun harus menelan rasa kecewa yang begitu banyak pada awalnya.
Tapi jika semua hal dilakukan dalam diam bukankah juga dapat menyebabkan masalah? Dimana banyak terjadi kesalahpahaman dan kesulitan bagi orang-orang untuk mengenal diri kita jauh lebih dalam kan?
"Jika kau benar-benar ingin melindungi semuanya. Tolong jelaskan semuanya pada Ayumi," ucap Masaki datar, dilipatkannya kedua kaki, duduk di karpet biru studio, menatap Ryuji dengan tajam.
Nihil, entah sejak kapan Ryuji yang Masaki lihat menjadi seperti ini. Selain penakut, Ryuji yang sekarang seakan menghindarinya. Minim dengan topik pembicaraan bahkan canda tawa seperti biasanya. "Atau kau akan semakin memperburuk semua kondisi ini," ucap Masaki menatap tajam.
Ryuji menahan napas, mengerling ke arah Ayumi yang tampak tertunduk di samping Masaki sedari tadi. "Apa yang terjadi dengan kalian berdua?"
Ayumi semakin menunduk, dengan napas tertahan, jari-jari lentik itu mencengkram rok dengan erat. Tak ingin membiarkan Ayumi dalam masalahnya, secepat mungkin Masaki menjawab. "Dia ingin bercerai dengan Takumi."
"Kau!" Mata Ryuji membulat seketika, dibalas oleh Masaki dengan tatapan yang sama. Ryuji yang merasa kalah kini hanya memejamkan mata, diembusnya napas sejenak tampak menimbang segala pemikiran yang menumpuk di pikirannya. "Jangan bercerai dengan Takumi. Jika kau melakukannya kalian berdua akan merasakan sakit. Dan khususnya untukmu, Ayumi. Aku tidak mau kau menanggung rasa penyesalan hingga nanti."
"Tapi-" ucap Ayumi mengernyit, ditatapnya Ryuji dengan kedua alis terangkat Masaki di sampingnya. Wajah kedua orang itu seakan suram dan terlebih lagi bukankah Masaki jauh lebih tau seperti apa sikap Takumi padanya? Meskipun Ayumi tidak mengungkapkannya secara langsung, namun setiap tebakan yang terlontar dari Masaki nyaris benar. Tapi kenapa di saat seperti ini...
Ryuji menggeleng. "Ada seseorang yang menyesal karena tidak mengetahui fakta ini sebelumnya dan aku harap kau tidak melakukan kesalahan sepertinya, benar 'kan Masaki?" tanya Ryuji, Masaki yang tadinya mengalihkan pandangan dari kedua orang itu hanya bisa mengangguk pelan.
Ryuji tertawa datar. Memerhatikan wajah Ayumi yang selalu menatapnya dengan bingung. "Takumi itu mengidap suatu penyakit yang tidak pernah ia ceritakan ke orang-orang dan bodohnya, semua itu dapat mempersingkat umurnya jika tidak secepatnya diobatkan."
Ayumi menahan napas seketika, nyaris saja tubuh kecil itu limbung ke belakang. Seandainya saja Masaki tidak menahan. Ayumi menggeleng tidak percaya. "M-mustahilkan? Dia tidak pernah memberitahuku hingga saat ini. Aku memang tau seperti apa kekebalan tubuh Takumi, tapi kupikir ah tidak, bahkan Takumi-kun dan Ryuji juga mengatakan kalau itu hanya-"
"Mana mungkin orang sepertinya bisa memberitahumu, Ayumi," potong Ryuji. "Mana mungkin dia memberitahu orang yang tidak ia ingin lihat bersedih? Takumi memang bodoh dan kuakui itu. Dan dia lebih memilih cara membuatmu menjauh. Menyakitimu hingga sejauh ini karena dia tidak ingin melihatmu bersedih disaat kehilangannya nanti. Kau orang yang paling dicintai Takumi, bersamamu dia mulai tahu apa maknanya hidup di dunia ini."
Tubuh Ayumi mendingin. Tanpa bicara, Masaki mencengkram bahu kecil iitu dengan jauh lebih erat.
"Setiap kalian bertengkar, setiap kau memberi perhatian kecil padanya, dia selalu menelponku. Dia selalu bertanya apa yang harus dia lakukan. Dia selalu senang dengan apa yang kau berikan, hanya saja semua rasa itu terkekang begitu ia dihadapkan dengan fakta yang sesungguhnya."
"Dia akan meninggalkanku?" tanya Ayumi terbata, menerawang. Mata bulat itu masih saja tampak tidak percaya. Masaki menunduk, sementara Ryuji?
Ya, dengan napas tertahan, pemilik rambut pirang itu memerhatikan Ayumi dengan menekankan. "Dia bukan orang yang mudah percaya dengan namanya cinta dan itu diperburuk dengan fakta bahwa dia akan meninggalkan kita semua, cepat atau lambat."
Aku mencintaimu...
Satu kata yang tidak mudah diucapkan...
Bola mata Masaki terangkat, memerhatikan hp hitam di hadapannya bergetar. Layar itu berkedap kedip seakan ada sebuah panggilan yang tidak ingin diangkat oleh pemiliknya. Ryuji, cowok itu tampak melirik nama si pemanggil tampak cemas ingin mengangkatnya ataukah tidak.
"Kenapa tidak diangkat?" tanya Masaki, melirik tajam. "Dari Takumi bukan?"
"Itu-"
"Angkat atau aku akan memusuhimu sama seperti aku memusuhi Takumi hingga saat ini," ancam Masaki bersungguh, dengan ragu Ryuji meraih hp itu. "Besarkan volume dan hidupkan speakernya agar aku dan Ayumi juga bisa mendengarnya."
Dengan pasrah Ryuji menuruti, tombol digeser ke arah berwarna hijau. Masaki mencondongkan tubuh, begitu juga dengan Ayumi yang perlahan menahan isakan dengan wajah pucatnya. Suara bass lembut dari seberang terdengar, suara Takumi terdengar begitu sesak dan tercekat.
"Ryu oniisan..."
Ryuji menelan ludah. Mata yang tampak ditahan agar tidak berair itu berusaha mungkin berbicara seperti biasa. "Yak Takumi! Ada apa denganmu hm? Kau..."
"Aku takut," ucap dari seberang bergetar, suara isakan terdengar, tidak seperti seorang Takumi yang biasa. Terlihat tenang, selalu bisa menyelesaikan semua masalah meskipun tidak semua masalah juga sebenarnya. "Aku takut dengan diriku Ryuji hiks! Maafkan aku..."
Berusaha mungkin Ryuji tertawa datar, memerhatikan Masaki yang masih menatap tajam begitu juga Ayumi. "Maaf kenapa Bodoh? Kenapa kau jadi seperti ini hm?"
"Aku takut dengan diriku! Aku takut menyakiti Ayumi lebih dalam lagi. Aku takut karena sikap ini Ayumi, kau, Masaki, keluargaku semuanya membenciku, menjauhiku. Tapi aku bisa apa? Waktuku..."
"Hiks!"
Masaki menoleh, begitu juga Ryuji. Buru-buru Ayumi membungkam mulut dengan kedua tangan, tampak buliran bening lolos dari pelupuk mata gadis itu. Ayumi menggeleng pelan, begitu juga Masaki yang menunduk sesekali mengusap mata dengan lengan begitu kuat.
"Bodoh kau Takumi!" umpat Ryuji, tampak mata yang selalu mengerling tajam itu berair. Untuk pertama kalinya Masaki melihat seorang Ryuji maupun Takumi menangis sekarang. Kedua abangnya itu manusia biasa. Bukanlah orang yang hidup tanpa lerasaan seperti yang ia kira. "Jujur pada Ayumi dan Masaki atau mereka akan meninggalkanmu."
"Tapi-"
"Cukup, aku sudah lelah menyimpan rahasiamu lagi, Takumi."
----
Thanks for reading. I hope you enjoy it!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello and Goodbye [J-Lit]
Romance(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Ayumi dalam hidupnya adalah menikah dengan Takumi Aoki. Takumi yang pendiam, terlihat tenang...
![Hello and Goodbye [J-Lit]](https://img.wattpad.com/cover/186757169-64-k255708.jpg)