Yoongi mendongak, menatap segerombolan remaja yang berdiri dihadapannya. Ia masih menutupi hidungnya dengan jaket. Menyembunyikan fakta bahwa ia mimisan.
"Hei, kau memasuki wilayah kami" ucap seorang remaja sambil menendang tubuh Yoongi.
Tunggu!
Mereka semua tampak sebaya dengan dirinya, mungkinkah mereka geng? Dari sekolah lain?
"Kita apakan dia?" Tanya remaja lain.
"Bukankah kita harus menghabisinya? Itu sudah menjadi kesepakatan kan?" Jawab remaja yang menendang tubuh Yoongi tadi.
"Sepertinya ia sebaya dengan kita. Dari sekolah mana dia?" Tanya remaja berjaket cokelat.
"Hei, kau! Dari sekolah mana?!" Bentak remaja. Yang tadi menendangnya.
"Jawab sialan!"
"A-apgujeong" Jawab Yoongi.
"Woah, kebetulan sekali!" Teriak salah satu dari mereka.
"Siapa namamu?!" Bentak remaja berjaket hitam.
"M-min Yoongi.."
"Sudah! Ayo, habisi saja!"
Duakh!!
Bugh!
Bugh!
"Akh!! Hajima.." Yoongi merintih kala tendangan dan pukulan itu mengenai tubuhnya berkali-kali. Pasti, lebam yang ia dapat akan membiru esok hari.
Duakh!
Bugh!
Duakh!
Bugh!
"Haji..ma.." Yoongi meringkuk, sakit dikepalanya semakin menjadi. Perutnya serasa diaduk-aduk.
Duakh!!
Tendangan keras tepat mengenai ulu hati Yoongi membuat anak itu meremat dada dengan nafas tersengal.
"Akh! Uhukk! uhukk!" Yoongi terbatuk begitu saja dengan cairan merah pekat yang menyembur keluar dari mulutnya. Tubuhnya benar-benar lemas. Lengan yang sedari tadi menutupi wajah sudah terkulai dibawah. Menampakkan wajah pucat yang penuh dengan cairan merah itu.
Bugh!
"Hei, Hei! Hentikan! hentikan! Lihat dia!" Teriak salah satu dari mereka. Sontak saja keempat yang lain berhenti memukuli Yoongi.
"Wae Jongin?!" Protes salah satu dsri mereka tak terima.
"Lihat dia!" Tunjuk remaja tadi. Keempatnya menoleh kearah Yoongi yang menutup matanya yang terbatuk dengan darah yang keluar dari mulutnya.
"Hei, dia tidak akan mati kan?"
"Yak! Kita terlalu bersemangat" Ucap Jongin. Matanya menatap lekat Yoongi yang sudah setengah sadar.
"Ahh, kau benar Jongin-ah.. Ayo kita tinggalkan saja" Ajak remaja berperawakan tinggi.
"Tapi dia, bagaimana jika mengadu?" Tanya remaja lain.
"Masalah itu kalian tenang saja, semuanya biar ku urus" ucap salah satu dari mereka.
Yoongi membuka sedikit matanya yang sudah berat. Ia dapat melihat salah seorang dari remaja tadi menghampirinya.
Srett!
Remaja itu mencengkeram dagu Yoongi. Memandang tajam masuk, tepat kedalam mata sayu Yoongi.
"Namamu Min Yoongi kan? Kau, lihat saja apa yang akan terjadi denganmu besok!" Ucapnya dingin.
"Sudahlah Junmyeon-ya.. ayo kita pergi, sebelum ada yang datang" Ucap Jongin. Membuat Junmyeon membuang wajah Yoongi kesamping.
Anak itu limbung, tubuhnya benar-benar lemas.
.
.
.
."Yoongi-ya, kau dimana eoh?" Tanya Seokjin entah pada siapa. Ia khawatir sungguh. Yoongi tidak ada dirumahnya saat Seokjin datang kesana tadi. Padahal anak itu baru saja keluar dari rumah sakit tadi pagi.
Dan pada saat Seokjin memasuki kamar bocah itu, ia menemukan botol obat. Artinya, Yoongi tidak membawa obatnya.
"Aarghh!!" Seokjin memukul stir mobilnya. Ia khawatir, sungguh.
"Kemana Yoongi, kenapa tidak membawa obatnya? Apa jangan-jangan...Seolma" Seokjin langsung tancap gas mobilnya. Hanya ada satu tempat yang terpikirkan olehnya sekarang.
Brakk!
"Hei! Hei! Kau harus ganti jika pintu itu rusak!" Teriak seorang perempuan garang. Seokjin tak peduli, ia terus berjalan, menggebrak meja didepannya.
"Dimana Yoongi?!" Teriaknya. Ia sama sekali tak peduli jika atensi seluruh orang disana mengarah padanya.
"Yoongi? Kau siapanya?" Tanya perempuan tadi. Seokjin dapat membaca name tag di saku perempuan itu.
Kang Seulgi
"Yoongi eodi?!!" Teriak Seokjin. Wajahnya sudah memerah menahan amarah.
"H-hei, tenang oke? Yoongi sudah pulang setengah jam yang lalu" jawab Seulgi. Ia sedikit takut pada laki-laki didepannya ini.
"Arrghh!!!" Seokjin menjambak surainya frustasi lalu segera keluar dari minimarket itu. Ia membanting pintu kaca minimarket itu, lalu memasuki mobilnya dengan cepat.
"Yoongi-ya.. Jebal.." Gumam Seokjin. Ia menjalankan mobilnya menyusuri jalanan yang biasa Yoongi lalui untuk pulang. Jalanan sudah sepi, mengingat ini sudah pukul sembilan lebih.
Samar-samar Seokjin dapat mendengar suara yang membuat ia menghentikan mobilnya ditepi jalan.
Bugh!
Duakh!!
Bugh!
"Hei, Hei! Hentikan! hentikan! Lihat dia!"
"Hei, dia tidak akan mati kan?"
"Yak! Kita terlalu bersemangat"
Segala prasangka buruk menyelimuti diri Seokjin sekarang. Selang berapa lama, segerombolan remaja keluar dari dalam gang dengan wajah puas. Seokjin turun dari mobilnya setelah remaja itu jauh berjalan.
Ia memasuki gang yang gelap. Matanya tak menemukan apapun disana. Seokjin mengambil handphone di sakunya lalu menyalakan flash untuk penerangan. Hingga akhirnya, kedua netra Seokjin dapat melihat siluet orang yang terbaring di depan sana. Seokjin mengarahkan handphonenya, membuatnya bisa melihat siapa yang ada didepannya.
"Yoongi!" Teriak Seokjin. Ia memacu kakinya agar lebih cepat. Seokjin menepuk pipi Yoongi. Berharap anak itu belum kehilangan kesadarannya.
"Yoon.. Bisa dengar aku?"
Mata itu terbuka untuk melihat siapa yang ada didepannya.
"Hy-hyung.."
"Bagus, jangan tidur dulu. Ini, minum obatmu" ucap Seokjin sambil mengeluarkan dua butir pil dari botol obat Yoongi yang memang sengaja ia bawa tadi.
"Hyung.. sa..kit.."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed Min Yoongi itu rapuh, tapi ia sembunyikan segala kelemahannya dalam topeng bak es. Ayah dan adik membencinya, karena sebuah kesalah pahaman. Padahal, Yoongi telah menggantikan dengan miliknya yang ber...