Yoongi bangun saat pening mendera kepalanya. Ia menoleh ke kanan-kiri, tetap tak menjumpai jam di dalam ruangan --hanya ada Jungkook yang masih tertidur lelap di sofa --
Huh. Yoongi lupa ini bukan dirumah, tentu saja tak ada jam di sini.
Ia mencoba mengubah posisinya menjadi duduk dengan perlahan. Tak ingin membuat suara dan berakhir membangunkan adiknya.
"Sshh.."
Yoongi merintih kecil. Sedari tadi, kepalanya sakit. Benar-benar sakit, ditambah dengan perutnya yang bergejolak mual entah karena sebab apa.
'Appo...'
Yoongi hanya bisa mengerang dalam diam. Tangannya yang tak berinfus ia gunakan untuk memijit pelipis. Mencoba untuk mengusir rasa sakit yang terus mendera.
Tak sampai lima menit, tangan itu ia turunkan kembali. Rasanya begitu lelah walaupun yang ia lakukan hanya hal kecil.
Yoongi memilih menyenderkan kepalanya pada dinding di belakang. Ia menutup matanya, membiarkan sakit itu hilang dengan sendirinya.
Ia lelah.
Yoongi benar-benar lelah.
Mau bagaimanapun, Yoongi tetaplah seorang manusia yang memiliki batas. Rasanya, ia ingin mati saja saat 'temannya' berulah seperti ini.
Rasanya benar-benar sakit, jika kalian tahu.
Sakit dikepalanya belum berhenti. Dan kini, sesak didada datang untuk singgah. Belum lagi perutnya yang bergejolak.
Cukup. Yoongi ingin mati saja.
Tapi,
Apa ia siap meninggalkan semuanya?
"Hhh...Jung-hh..k-kook.."
Tak tahan dengan semua ini, Yoongi mengerang. Mengerahkan tenaga untuk memanggil sang adik walau hanya lirihan samar yang keluar. Ia sendiri pun yakin, Jungkook tak bisa mendengarnya.
"S-sakit... Sakit sekali..."
Tak ada yang bisa ia lakukan sekarang. Rintihan sakitnya saja, tak ada yang bisa mendengar. Yoongi benar-benar pasrah. Membiarkan apa yang akan terjadi padanya.
"J-jungkoo-Umh!"
Yoongi sontak menutup mulutnya kala ada cairan yang naik melewati kerongkongan. Yoongi tahu cairan apa ini saat lidahnya mengecap rasa amis.
Tak salah lagi, ini darah. Cairan merah pekat yang amat sangat dibencinya.
Yoongi tetap menutup erat mulutnya dengan satu tangan. Tapi, cairan merah itu semakin banyak keluar. Membobol benteng pertahanan yang ia buat.
Saat tenaga Yoongi melemah, saat tangannya terlepas, cairan pekat itu berlomba-loba untuk keluar. Seperti tak gencar membuat pemiliknya merasakan rasa yang amat amis.
"Uhuk! Uhukk"
Yoongi mencengkeram erat dadanya. Dimana sumber sesak berasal dari sana. Ia tak mempedulikan darah yang keluar ketika ia terbatuk.
Kini, ia tak bisa bernapas. Paru-parunya seperti tertimpa dinding besar. Membuatnya kesulitan walau hanya untuk meraup sedikit oksigen.
Sakit ini mempermainkannya, dan Yoongi lelah dengan semua ini. Ia ingin pergi, ketempat yang sepi dimana ia bisa tenang. Tak ada gangguan dari sakit yang terus menyerang dirinya.
Tapi sekali lagi,
Apa ia siap untuk pergi?
"J-jung...kook-hh.."
Kalian coba bayangkan, saat sakit di kepala, sesak didada dan rematan erat diperut menjadi satu.
Jikalau kalian bisa menahannya,
Mungkin tetap tak ada yang sekuat Yoongi.
"K-kook.."
Air mata Yoongi tumpah membasahi pipinya. Beberapa bercampur dengan bercak darah yang ada di sana.
Mata sayu itu mulai menutup. Terlalu lelah untuk melihat keadaan dimana ia selalu dipermainkan.
"Hyung!!"
Samar, dalam pengelihatannya yang buram itu, Yoongi dapat melihat Jungkook yang menghampirinya. Adik kecilnya itu baru saja bangun, ahh.. lucu sekali adik kesayangannya..
'Setidaknya jika aku tak lagi bangun nanti, Hyung sudah melihat wajahmu untuk yang terakhir Koo... walau buram, terhalang selaput air dimata, tapi aku senang. Hyung senang bisa melihatmu... Hyung menyayangimu...'
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
The Last ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed Min Yoongi itu rapuh, tapi ia sembunyikan segala kelemahannya dalam topeng bak es. Ayah dan adik membencinya, karena sebuah kesalah pahaman. Padahal, Yoongi telah menggantikan dengan miliknya yang ber...