13

6.5K 755 264
                                    

Bugh!

"Hidupmu hanya menyusahkan orang lain!"

Bugh!

"Lebih baik kau mati sialan!" Teriak Janghyun. ia mengambil tongkat baseball dipojok ruangan lalu memukulkannya pada tubuh kurus Yoongi.

Bugh!

"Akh! A-appa.."

"Aku tidak sudi memiliki anak sialan sepertimu!"

Bugh!

"Gumanhh...hae.. je..bal..hh.."

Bugh!!

"Akhh! Uhukk!"

Janghyun tersenyum puas kala melihat Yoongi dengan mata yang terpejam rapat.

Ia tak melakukan hal yang kejam. Hanya mengayunkan pemukul baseball itu ke dada Yoongi hingga terdengar bunyi 'krakk!'. Tapi anak itu malah menutup matanya.

Tidak seru!

Brak!

Janghyun melempar pemukul baseball itu ke sembarang arah. Ia mendekati Yoongi lalu mencengkeram dagunya.

"Kau sudah tidur hm?"

Plakk!

"Benar-benar sudah tidur rupanya.." Ucap Janghyun. Setelahnya ia pergi keluar dari gudang itu, tak lupa mengunci pintu ruangan usang tersebut.

.
.
.
.

19.00

Brakkk!

"Sudah bangun eoh?" Tanya Jaehyun. Malam ini, ia kembali memasuki gudang. Dan tepat sekali ia menemukan Yoongi yang sudah sadar.

"Bagus, aku tak perlu mengotori tanganku hanya untuk membangunkanmu" lanjut Janghyun. Yoongi hanya diam. Matanya menatap kosong lantai penuh debu gudang yang telah tercampur dengan cairan merah.

"Sekarang kau keluar! Aku tidak mau menampungmu dirumahku lagi!" Bentak Janghyun. Yoongi menurut, ia berdiri walaupun tubuhnya sangat lemas. Dadanya sesak.

"Bagus, jangan pernah menginjakkan kakimu dirumahku!" Ucap Janghyun. Ia mendorong Yoongi hingga anak itu nyaris tersungkur. Yoongi buru-buru berjalan tertatih kearah pintu keluar.

.
.
.
.

Yoongi kembali ke flatnya. Ia menutup pintu lalu menguncinya. Anak itu menghidupkan lampu hingga terang menghapus gelap yang sedari tadi berkuasa.

"Akh..appo.." erangnya. Sekujur tubuhnya ngilu. Baju seragamnya sudah berganti warna menjadi merah kecoklatan.

Yoongi segera berjalan memasuki kamarnya. Ia ingin mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lemas.

Brugh!

Yoongi jatuh terduduk begitu saja, kepalanya terasa seperti dipukul. Ia menyandarkan punggungnya pada dinding kamar. Tangannya mencengangkan kepala dengan kuat.

Sakit sekali.

Temannya berulah rupanya.

"Akh!"

"Appoyo.."

"Jebal.."

"Appo.."


Tes..

Tes..

Yoongi diam, ia menundukkan kepalanya, membiarkan darah yang keluar dari hidung berhenti dengan sendirinya. Lantai berwarna putih tulang itu kini telah digenangi cairan merah.

Yoongi mendongak kembali saat dirasa mimisannya sudah berhenti. Nafasnya memberat. Semua yang ia lihat menjadi berbayang.

"Hahh..uhukk" Yoongi berusaha menarik nafas dalam. Tapi dadanya justru terasa sakit. Ia mencengkeram dadanya. Ia ingat, ayahnya tadi memukulnya dengan pemukul basseball tepat di dada.

"A-akhh..."

Brukk!

Hingga tubuh itu tidak kuat lagi. Yoongi ambruk dilantai yang dingin.

.
.
.
.

08.00

"Enggh~" lenguhan bangun tidur itu berasal dari seorang remaja dilantai. Ia membuka matanya, dan Yoongi menyadari jika ia tertidur dilantai semalaman.

Yoongi menatap malas sekelilingnya. Mulai hari ini tidak ada lagi sekolah. Yoongi segera berjalan menuju lemari lalu mengambil pakaian ganti. Setelahnya, Yoongi keluar dari kamar menuju ke kamar mandi.

"Hh.." Yoongi meringis perih. Dadanya terasa sakit saat ia menarik nafas.
Seperti dihimpit. Ya, seperti itu rasanya.

"Lapar.." gumamnya mengingat ia belum makan sejak kemarin. Yoongi lantas keluar menuju dapur. Mengambil satu cup ramen instan, menyeduhnya dengan air panas lalu berjalan menuju sofa.

.
.
.
.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" Tanyanya pada diri sendiri. Biasanya di jam seperti ini ia ada disekolah. Tapi sekarang ia tidak bisa mengunjungi tempat itu lagi.

Yoongi ingin sekali menyumpahi guru yang dengan seenak jidat menuduhnya sebagai pecandu obat-obatan.

Ia bukan pecandu. Namun Yoongi membutuhkan obat itu. Tapi, siapa yang mau sakit? Tidak ada bukan? Yoongi juga seperti itu. Ia juga tidak ingin sakit. Tapi hidup tak semulus yang bisa kita gambar dalam khayalan.

"Sshh.." Yoongi meringis saat mendudukkan dirinya di sofa.  Luka cambuk hasil lukisan ayahnya itu terlukis cantik di punggungnya. Menghasilkan sensasi perih yang luar biasa. Belum lagi nyeri di dadanya.

"Kenapa Namjoon bisa melihatnya saat itu? Matanya sejeli itukah?" Gumamnya sambil memakan ramen buatannya.

"Dimana obatnya?" Gumam Yoongi. Ia beranjak untuk pergi ke kamarnya, mencari botol berisi pil berwarna putih itu.

"Aisshh...dimana?" Gumamnya.

Yoongi mengacak Surai nya frustasi. Obat itu pasti ada digudang mansion Min. Obat itu pasti terjatuh saat ia dipukuli disana.

"Jangan sampai mereka tahu.. jebal.."







TBC

Yeahhh!!

The Last ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang