Dan,
Gelap.
Flashback off
"Aku takut, Appa..."
Janghyun menghela napasnya. Ia menepuk pelan punggung si bungsu.
"Sudah, jangan menangis Kook-ah.."
.
.
.
.
Janghyun dan Jungkook ada di ruang rawat Yoongi. Janghyun duduk di kursi samping brankar. Sedangkan Jungkook, anak itu sudah terlelap disofa.
Janghyun mengamati wajah putera sulungnya. Jemarinya merambat menuju rambut Yoongi, berakhir dengan membelai pelan rambut itu.
"Jagoan Appa cepat bangun ya..."
'Ceklek.'
"Oh!"
Janghyun sontak menoleh ke arah pintunya mendapati Seokjin yang baru saja datang dan hendak pergi kembali, sepertinya.
"Jin?" Panggilnya. Seokjin berbalik. Menatap Janghyun dengan senyum gugup yang dipaksa.
"Hehe.. maaf Samcheon." Ucapnya. Ia hendak berbalik, melangkahkan kakinya pergi sebelum suara Janghyun kembali terdengar.
"Kemarilah." Ujar Janghyun. Mau tak mau Seokjin harus menuruti ucapan itu. Ia melangkahkan kakinya masuk. Tangannya menggaruk tengkuk. Menyumpahi dirinya sendiri yang harus datang pada saat tak tepat.
"Pekerjaanmu sudah selesai Jin?" Tanya Janghyun. Seokjin mengangguk.
"Ne, shiftku sudah berakhir Samcheon. Jadi Seokjin kemari saja." Balas Seokjin. Janghyun mengangguk paham.
Selanjutnya hening menguasai ruangan itu. Seokjin tak tahu apa yang harus dibicarakan.
Melontarkan candaan konyolnya? Sepertinya bukan hal yang baik mengingat siapa yang ada di depannya.
Hingga suara Jungkook terdengar. Menyelamatkan Seokjin dari keheningan.
"Eoh? Ada Jin Hyung?" Tanya Jungkook dengan suara bangun tidurnya. Ia bergegas duduk. Mengucek matanya dengan punggung tangan.
Jungkook berjalan mendekat dengan wajah jahilnya. Membuat Seokjin berjaga dengan mata yang membulat siaga.
"Hyung~ temani aku~"
"Temani apa?" Tanya Seokjin.
"Lihat ini, aku lapar hyung~"
Kan?
Sayangnya firasat seorang Kim Seokjin memang selalu benar.
Dan kali ini dompetnya yang kembali menjadi korban.
"Ayo hyung~"
Jungkook menarik tangan Seokjin. Memaksanya keluar dari ruangan. Seokjin mau tak mau harus mengikut.
Toh, ada baiknya juga.
Seokjin bisa terlepas dari ayah Jungkook yang menurutnya 'menyeramkan' hanya karena memiliki wajah yang cukup serius.
Ehe,
Janghyun hanya menggelengkan kepala melihat tingkah putra bungsunya. Ia tak merasa khawatir. Sebab, Seokjin dan Jungkook terlihat dekat. Lelaki paruh baya itu mengukir senyum tipisnya.
Yang luntur dalam beberapa detik karena mendengar rintihan sang anak.
"...a-appa..."
"A..ppa..."
Janghyun mengalihkan perhatiannya. Khawatir menyerang hatinya kala mendekat si sulung yang meracau dalam tidurnya.
Ia mengulurkan tangannya. Mengelus lembut legam sang putra dengan perlahan. Sembari membisikkan kata penenang hingga akhirnya si sulung kembali tenang.
"Sstt.. Appa disini, tidak kemana-mana..." bisiknya pelan di telinga Yoongi.
Hanya satu kalimat, tak lebih. Tapi mampu merasuk ke indra rungu Yoongi.
Janghyun menghela napasnya lega saat Yoongi kembali tenang. Kekhawatirannya tentang hal buruk untungnya tak terjadi.
Disaat seperti ini, ayah dua anak itu kembali mengingat percakapan tempo hari. Disaat ia membawa sang putra di pangkuannya sembari mendekapnya dengan hangat.
***
"Jika aku menyerah, apa Appa akan marah?"
Pertanyaan itu mampu menghujam relung hati Janghyun. Jantungnya berdetak lebih cepat dari tempo normal. Ia mengusap rambut sang putra. Tersenyum sendu setelahnya.
Tahu betul arti kalimat yang dilontarkan sang putera.
"Appa tak akan marah, Appa tak akan melarang jika Yoongi memang sudah lelah. Appa tak memiliki hak untuk melarang jagoan Appa.." Ujarnya sendu. Walaupun separuh hatinya tak rela.
Janghyun masih ingin bersama dengan sang putra. Menikmati waktu berlama-lama untuk membayar segala kesalahannya dimasa lalu.
Tapi, ia tak boleh egois bukan?
Semua orang memiliki batas. Begitupun dengan puteranya. Janghyun tak bisa egois untuk meminta Yoongi tetap tinggal disaat putranya benar-benar telah lelah.
Bola mata kelam Yoongi bergulir, hingga berhenti saat kedua matanya berhadapan dengan dua obsidian sang ayah yang tak kalah kelam.
Ia memeluk sang ayah. Tak peduli dengan posisi keduanya. Tak peduli jika Yoongi akan dianggap kekananan.
Yoongi hanya ingin menghabiskan waktu yang sebentar ini dengan sang ayah. Yang dulunya, ia tak mendapatkan cukup kasih sayang.
"Aku berjanji akan meminta ijin Appa sebelum pergi. Yoongi tak akan pergi jika Appa tak mengijinkan. Yoongi janji.
Appa bisa meminta Yoongi untuk tinggal selama waktu yang Appa mau. Tapi jangan lupa untuk mengijinkan Yoongi pergi saat waktu itu datang ya... Yoongi berjanji akan menurut pada ucapan Appa. Sekalipun Yoongi sangat ingin untuk pergi, jika nyatanya Appa meminta agar Yoongi tetap tinggal, Yoongi akan tinggal. Appa bisa--"
"Sstt.."
Yoongi diam. Kata yang akan keluar dari bibirnya terpotong, ia merasa sang ayah memeluk tubuhnya dengan erat.
"Jangan katakan apapun lagi Yoongi-ah, dan.. kau tak memerlukan izin Appa untuk pergi.."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed Min Yoongi itu rapuh, tapi ia sembunyikan segala kelemahannya dalam topeng bak es. Ayah dan adik membencinya, karena sebuah kesalah pahaman. Padahal, Yoongi telah menggantikan dengan miliknya yang ber...